Halo Suamiku!

Sungguh Memalukan



Sungguh Memalukan

3Begitu kalimat ini terlontari, sorot mata Jun Hang seketika berubah tajam.     

"Jun Cheng, sebaiknya kamu berhati-hati dengan apa yang kamu katakan."     

Kini, napas Jun Hang benar-benar sedingin es dan bahkan tidak ada keramahan sedikit pun dalam nada suaranya.     

Di lain sisi, Rong Zhan juga perlahan duduk tegak, mengetuk abu yang terbakar di depannya dengan ujung jarinya, kemudian membuka mulutnya dengan malas, "Jun Cheng, wanita dan anak-anak tidak dilibatkan dalam masalah seperti ini. Itu melanggar aturan. Jika bersedia, kamu bisa menggandakan harganya."     

Saat mengatakan ini, ia tersenyum dengan aura dingin, "Siapa pun yang meminta bantuan orang lain, maka harus bersikap rendah hati."     

Begitu kalimat ini terlontar, suasana di dalam ruangan itu hening seketika.     

Dan tidak terlihat jelas seperti apa ekspresi Jun Cheng saat ini karena cahaya remang-remang yang menggantung di sana. Fakta telah membuktikan bahwa tidak mudah untuk menegosiasikan bisnis dengan kelompok senjata terbesar di Eropa Barat, ditambah lagi, semua anggota yang ada di dalamnya benar-benar tidak mudah diprovokasi.     

Jika bukan karena kaki Jun Hang yang cacat dan orang-orang dalam anggota kelompok senjata itu mengancam hak masa depannya, tentu saja Jun Cheng pasti akan menyelesaikan ini dengan cara yang tercela.     

Tapi bersikap rendah hati?     

Ah.     

"Sialan." Mau tak mau, ia menundukkan kepalanya sambil mengutuk, tetapi kemudian ia menatap Rong Zhan yang acuh tak acuh, santai, malas, sedangkan Jun Hang tampak begitu terasing. Jun Cheng menggertakkan giginya dalam diam sembari ia memaksakan senyum yang dibuat-buat. "Yah, kalian bisa mengajukan syarat apa pun untuk bisa membantuku memasukkan barangnya."     

Di tempatnya, Jun Hang langsung mengabaikan dalam diam, sementara Rong Zhan juga tampak dengan malas bermain dengan ponselnya, seolah-olah ia tidak mendengarkan kata-kata yang dilontarkan Jun Cheng.     

Seketika, mata Jun Cheng menjadi lebih gelap dan lebih marah, tapi tiba-tiba sebuah dering ponsel terdengar.     

Sebenarnya ketika berbicara tentang bisnis semacam ini, siapa pun seharusnya tidak diperbolehkan menjawab telepon atau bisa mematikannya secara langsung ketika ponsel berdering. Ini tidak hanya untuk saling menghormati, tetapi juga untuk saling menunjukkan bentuk reputasi.     

Namun, begitu Rong Zhan melihat panggilan itu, penampilannya yang malas lenyap seketika, digantikan dengan gesturnya yang tampak enggan menjawab telepon.     

Tentu saja ini membuat Jun Cheng terlihat semakin canggung.     

Namun, Rong Zhan tiba-tiba berdiri setelah mendengar dering ponsel yang tidak ada hentinya. Sepertinya sesuatu yang besar telah terjadi. Alhasil, begitu panggilannya tersambung, ia berteriak, "Apa? Siapa yang memukulmu? Katakan sekali lagi!"     

Teriakan Rong Zhan itu berhasil membuat Jun Hang sedikit mengernyit.     

Sontak, sebuah pemikiran jika sesuatu yang besar telah terjadi melintas di benaknya.     

Jun Cheng justru tersenyum dingin ketika melihat tokoh besar di industri senjata itu tampak kalut. Kini, ia mengendurkan rasa canggungnya dan seolah tahu apa yang mungkin terjadi pada pria gila itu.     

Padahal baru saja, ia mengeluarkan semua martabatnya.     

Namun, yang mengejutkan semua orang adalah kalimat Rong Zhan yang terlontar berikutnya, "Apa! Ibu yang memukulmu? Mengapa Ibu memukulmu? Bicaralah perlahan dan jangan menangis."     

Sesaat setelah kalimat itu diucapkan.     

Semua orang yang ada di dalam kotak itu seketika terdiam dan terciptalah kesunyian yang aneh.     

Sudut mata Jun Cheng juga berkedut keras.     

Setelahnya, Rong Zhan melanjutkan dengan penuh semangat, "Hanya karena itu? Sungguh, bagaimana bisa Ibu memukulmu? Panggil ibumu!"     

Kini, pandangan dingin Jun Hang melirik ke arah Rong Zhan dengan ringan, "...."     

Sementara itu, seorang gadis kecil di ujung telepon terdengar menangis. Tangisan kecilnya semakin lama semakin kencang. Tampaknya, ia sangat tertekan hingga mampu membuat Rong Zhan merasa sekarat.     

Tepat ketika Rong Zhan ingin bertanya pada Sang Xia apa yang sedang terjadi, namun ia justru lebih dulu dimarahi oleh Sang Xia bahkan sebelum ia bisa mengajukan pertanyaannya, "Jangan terlalu memanjakan dia lagi."     

Dengan decakan keras, Sang Xia dengan kejam langsung mengakhiri panggilan itu.     

Rong Zhan buru-buru menelepon lagi, namun tidak ada jawaban. Sekarang, setelah melihat sekelompok orang di dalam ruangan itu, Rong Zhan menendang meja kaca dengan marah, "Cepat bicarakan. Masih ada yang menungguku untuk pulang."     

Kali ini, Jun Cheng benar-benar telah kehilangan kata-katanya, "..."     

  **     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.