Halo Suamiku!

Lamaran Romantis (1)



Lamaran Romantis (1)

0Detik setelahnya, Su Xun mendengar langkah kaki mendekat dari arah tempat tidur. Ia segera menutup mata sembari mengutuk dalam hati. Sungguh, ia benar-benar gugup setengah mati.     

Sialan!      

Apa ia akan mati seperti ini?     

Namun, saat Su Li hampir saja mendekat, tiba-tiba ia berhenti tepat di depan lemari dan sedikit menyipitkan matanya.     

Su Xun tidak tahu apa yang terjadi di luar karena ia terus menutup matanya dengan begitu erat dan berhenti bernapas.     

Jika Su Li menangkapnya, tentu ia akan dihajar habis-habisan.     

Padahal Su Li baru saja selesai memarahi Su Xun saat berbicara dengan suaminya dan hendak membuka pintu lemari. Namun, napasnya tiba-tiba berubah. Sebagai pembunuh wanita papan atas, beberapa kepekaan tentu melekat padanya. Kali ini, ia berdiri tepat di depan pintu lemari, berhenti sejenak, dan membukanya dengan tiba-tiba.     

Sementara di dalam, Su Xun merasa bahwa cahaya di depannya begitu menyilaukan dan ia memegang erat lengannya sambil menghalau cahaya itu.     

Atau mungkin kakaknya sudah ada di depan wajahnya saat ini. Bagaimanapun, ia tidak berani menatap langsung ke arah Su Li sekarang.     

Entah apa yang terjadi, pintu lemari dibanting tertutup kembali. Lalu Su Xun mendengar kakaknya menendang pintu itu tepat di detik berikutnya, "Keluar!"     

Keluar!     

Satu kata itu terlontar dengan sempurna! Sangat menakjubkan!     

Chen Nianbai bergegas datang, menatap Su Li dengan sedikit ketakutan, dan segera melihat ke pintu lemari yang ditendangnya.     

Ini, apa yang sebenarnya terjadi?     

Namun, ia akan tahu pada detik berikutnya.     

Ia melihat pintu lemari perlahan didorong terbuka dari dalam. Kemudian sosok ramping berjalan keluar dari sana sembari memegang kotak beludru kecil di tangannya. Tepat di saat ia keluar, sebuah senyum tersungging di bibirnya, "Oh, haha, kakak ipar, kakak, dan keponakan kecilku, selamat siang."     

Dari tempatnya, Su Li hanya meliriknya, lalu beralih pada kotak beludru kecil di tangan Su Xun, dan langsung memberinya tatapan datar, "Lihat, hanya itu yang bisa kamu lakukan! Bagaimana aku bisa mengandalkanmu, hah?"     

Kemudian ia mengepalkan tinju di tangannya.     

Melihat itu, Su Xun dengan cepat memeluk kepalanya, "Jangan, jangan, jangan, aku akan melakukan sesuatu yang besar. Berikan aku sedikit saja kesempatan untuk menunjukkan diriku yang terbaik."     

"Untungnya, kamu tahu jika dirimu harus memulai sebuah keluarga dan memulai bisnis. Apa lagi yang ingin kamu lakukan? Tetap di luar dan jangan pergi! Tunggu aku di pintu karena ada yang ingin kukatakan!"     

Setelah Su Li memberikan instruksi, Su Xun segera bergegas.     

Tapi ia tidak berani pergi jauh. Ia juga ingin tahu apa yang kakaknya ingin katakan padanya.     

Sedangkan di dalam kamar, Su Li tanpa daya mengelus dahinya, "Tanpa diduga, dia berani membobol kamarku. Dia memang sangat kekanak-kanakan. Jika bukan karena dia adikku, aku sangat ingin menghajarnya."     

Sebaliknya, Chen Nianbai jutsru merasa geli dengan sikap Su Xun. Akhirnya, ia hanya menepuk pundak istrinya untuk menenangkan, "Jangan terlalu sering memukulnya. Dia pasti takut disiksa olehmu."     

"Jika aku yang mengambil cincinnya, akankah aku benar-benar menggelapkan cincin itu?" ucap Su Li dengan geram.     

Tujuannya adalah karena ini.     

Sebisa mungkin Chen Nianbai menghiburnya agar kembali menjadi tenang. Ketika Su Li akhirnya keluar, Su Xun masih memegang erat cincin lamarannya. Lalu, ia tersenyum seperti anak yang memiliki keterbelakangan mental,.     

Sementara Su Li meletakkan tangannya di dada sembari mengangkat dagunya, "Duduk di balkon sebentar."     

Meskipun Su Xun tidak tahu apa yang akan dikatakan kakaknya, tetapi ia menuruti perintah kakaknya dengan patuh.     

Tetapi ketika kakaknya kembali ke balkon, ia mendapati tangan Su Li telah memegang sebotol anggur dan dua gelas sekaligus.     

Begitu melihatnya, Su Xun hanya mengangkat alisnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa.     

Sebelum Su Li menuangkan segelas anggur untuk adiknya, ia tampak menghela napas, "Hm, habiskan segelas anggur ini."     

Setelahnya, Su Li juga menuangkan segelas untuk dirinya sendiri, lalu dengan lembut mengguncang gelasnya di bawah pancaran sinar matahari. Kemudian ia perlahan membuka mulutnya, "Su Xun, dalam sekejap mata, kita semua telah dewasa. Aku harap kamu akan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab di masa depan..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.