Berada di Bawah Kontrol Adiknya
Berada di Bawah Kontrol Adiknya
Begitu Sang Xia mendengar penuturan Rong Zhan, ia melebarkan matanya dengan wajah tidak percaya.
Karena Sang Xia benar-benar tidak mempercayai itu, jadi Rong Zhan mengeluarkan video yang telah ia rekam dan menunjukkannya pada Sang Xia. Kali ini, Sang Xia benar-benar tercengang. Bahkan ia hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar.
Mengapa putrinya menjadi begitu licik, huh?
Tepat di saat Sang Xia ingin bertanya pada putrinya lagi dan mengembalikan kepolosannya, tanpa diduga, Xiao Meibao menggerakkan tubuh kecilnya seolah ingin bersembunyi di belakang ayahnya sembari memegang pinggang Rong Zhan kuat-kuat, dan kemudian membuka mulutnya dengan terbata, "Ka-kak."
Melihat itu, Xiao Ba Wanghua lebih bingung lagi. Sontak, ia menatap Ibu yang juga sedang menatapnya, "Apa kamu yang buang air kecil? Nak, apakah kamu kencing di lantai?"
Sorot mata Xiao Ba Wanghua benar-benar sangat polos. Secara tidak sadar ia berjalan mundur perlahan. Namun alhasil, karena tempat tidurnya terlalu empuk, ia kembali jatuh dan langsung menangis. Suaranya lantang dan jelas, seolah-olah ia merasa malu atau bersalah.
Begitu melihat anaknya menangis, Sang Xia hendak bergerak untuk memeluknya. Namun detik berikutnya, ia melihat Xiao Meibao berguling-guling dengan handuk mandi kecil di tubuhnya, menjatuhkan diri dan duduk di samping kakaknya, mengulurkan tangan kecilnya untuk memeluk saudaranya, dan mengambil inisiatif untuk bangun dan menciumnya.
Xiao Ba Wanghua segera menatapnya dengan air mata berlinang. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya ia berhenti menangis.
"Yah, aku tahu siapa itu."
Sesaat setelah melihat adegan itu, Rong Zhan mengatakannya dengan tenang.
Sedangkan Xiao Meibao di sana segera meraih tangan kecil kakaknya sembari menatap iba, "Kakak."
Begitu kata itu terlontar.
Xiao Ba Wanghua hendak menangis lagi, tetapi ia seolah dilarang untuk berbicara.
Tidak ada cara lagi, adiknya seperti memberi ancaman.
Meskipun Xiao Ba Wanghua sangat sombong dan centil, tapi semua kontrol dasar dipegang oleh adiknya sejak kecil.
Selama ini, setelah mereka semua kembali dari Australia, anak-anak akhirnya tidur dengan ayah dan ibu, menempati wilayah pribadi kedua orang tuanya, dan merampas privasi Sang Xia dan Rong Zhan.
Sementara Sang Xia yang terbiasa dipeluk oleh Rong Zhan setiap hari harus merelakan hilangnya momen seperti itu. Sejujurnya, ia juga sangat kecewa. Harus ada dua anak di antara mereka. Tapi bagaimana mungkin ia menyingkirkan keduanya?
Namun, ia tidak berbuat banyak. Sebaliknya, Rong Zhan-lah yang selalu memiliki cara. Ketika Sang Xia ingin tidur dengan nyenyak, kedua kakinya tiba-tiba terjerat, dan satu kakinya diserang oleh sepasang kaki panjang yang ramping dan kuat.
Sontak, Sang Xia membuka mata untuk menatapnya. Hanya saja, ia mendapati Rong Zhan masih tidur dengan mata tertutup, tetapi kaki bodohnya berlama-lama di bawah selimut, yang membuat wajah Sang Xia memanas seketika. Sang Xia ingin menyingkirkannya, tetapi kakinya telah dipenjara dengan ketat oleh Rong Zhan.
Ya, kaki Rong Zhan berbulu lebat.
Banyak yang bilang jika pria yang kuat memiliki bulu kaki yang lebat.
Alhasil, Sang Xia benar-benar tidak berdaya dan hanya membiarkan Rong Zhan melakukan apa yang ada di otaknya. Tepat ketika anak-anaknya sudah tertidur pulas, tubuh Sang Xia menggeliat dan ia merintih pelan, tetapi Rong Zhan menutup mulutnya dan memeluknya dari belakang.
Untungnya, tempat tidur mereka cukup besar. Tanpa ragu, Rong Zhan meremas kuat buah dada milik Sang Xia dan menikmatinya dengan puas.
Sang Xia menggigit bibirnya kuat-kuat sembari meremas seprai.
Tirai di jendela bergerak lemah, cahaya bulan merasuk ke celah-celah, dan dunia keduanya serasa bergetar lembut. Cinta antara dua orang itu semakin dalam dan lebih dalam lagi.
Di tempat tidur yang begitu besar itu, kedua anak mereka membuka mulut kecilnya, merentangkan tangan kecil mereka, dan kaki mereka sama-sama menghadap ke langit. Dua bayi kecil terlelap dengan manis.
Sudut mulut merah muda keduanya juga mengalir noda air cerah. Entah mimpi indah apa yang mereka alami malam itu.
Semuanya hangat dan sederhana, itu saja.