Halo Suamiku!

Serangan Mendadak (3) 



Serangan Mendadak (3) 

0Rong Zhan memeluk Sang Xia dengan erat, terus mencium dahinya dari waktu ke waktu, dan tidak melontarkan sepatah kata pun.     

Itu artinya Rong Zhan membenarkan dugaan Sang Xia.     

Dan seketika itu juga Sang Xia benar-benar lumpuh.     

Itu adalah Harlan.     

Ia benar-benar membawa Harlan bergabung ke dalam bandnya sendiri. Bagaimana bisa ia menjadi begitu bodoh? Kenapa ia bisa begitu mudah terpikat?     

Tepat di saat pikiran Sang Xia berkecamuk, sebuah suara terdengar dari earphone milik Rong Zhan. Setelah mendengar ini, Rong Zhan sedikit terkejut. Kemudian ia membuka pintu mobil yang ada di sisinya dan memasukkan Sang Xia ke dalam begitu saja, "Sayang, tunggu di sini, aku akan segera kembali."     

Tanpa sadar, Sang Xia meraih lengan baju milik Rong Zhan dengan mata memerah dan ia berkedip dengan gelisah, "Rong Zhan, apa kamu akan menemuinya? Ini berbahaya."     

"Sayang, justru kamu-lah yang telah melakukan hal paling berbahaya untukku." ucap Rong Zhan sembari membelai lembut rambut Sang Xia.     

Sang Xia-lah yang telah berhasil membawa Harlan keluar. Meski mengetahui bahwa Harlan akan tertipu dan meski mereka mengawasi keduanya sepanjang jalan dalam kegelapan, tapi kekhawatiran Rong Zhan tetap tidak dapat ditepis sepanjang waktu.     

Tentu itu hal yang paling berbahaya bagi Sang Xia.     

Sampai akhirnya, Rong Zhan mengendurkan tangan Sang Xia, merapikan jaketnya, dan langsung berlalu pergi.     

Sementara keadaan Harlan di dalam bisa dikatakan sampai di titik putus asa dan benar-benar mati.     

Tetapi saat ini, ia mengajukan sebuah permintaan terakhir.     

Ia memang sudah menduga bahwa akan mati seperti ini, tapi ia ingin mati dengan damai. Satu-satunya hal yang ia inginkan sekarang adalah berduel dengan Rong Zhan sendiri. Jika tidak, maka ia tidak akan berdamai.     

Rong Zhan memenuhi permintaannya.     

Dan sosok ramping itu berjalan santai menuju ke kafe.     

Sedangkan Harlan telah berdiri dan dikelilingi oleh orang-orang bersenjata di sana.     

Setelah Rong Zhan masuk, semua orang segera memberinya jalan.     

Sontak, Rong Zhan menatap tajam pria jangkung dan kurus di depannya. Mata sipitnya sedikit menyipit dan ia berkata dengan sinis, "Sampai di titik ini, tidakkah kamu ingin menunjukkan wajah aslimu? Karena kamu ingin berduel, tolong berikan sedikit martabat pada almarhum dengan tidak bertarung menggunakan penampilannya."     

Begitu kata-kata ini terlontar, tidak ada perubahan ekspresi apa pun di wajah Harlan, tapi ia tampak mengulurkan tangannya menuju ke sisi telinganya.     

Sesaat setelah tangannya menyentuh tepi telinga, topeng kulit manusia yang dikenakan Harlan perlahan-lahan terkoyak dari wajahnya, yang seketika memperlihatkan wajah aslinya yang tampan dan melankolis.     

Melihat wajah yang tidak ingin ia lihat itu, Rong Zhan tidak bisa lagi menahan amarahnya yang sudah lama terpendam. Tanpa pikir panjang, ia langsung melambaikan tinjunya dengan cepat dan keras sembari berteriak, "Harlan, jika kamu ingin mati dengan damai, aku akan memberikannya untukmu!"     

Harlan dengan cepat mengangkat kepalanya dan melawan setiap serangan yang diberikan. Keduanya bertarung dengan begitu hebat. Kecepatan pukulan satu sama lain sangat luar biasa dan memesona. Namun, Harlan tidak bisa menahan tinju sengit yang dilayangkan Rong Zhan. Begitu satu pukulan berat menghantam dadanya, tubuhnya terhuyung mundur.     

Seketika, darah tumpah dari sudut mulutnya.     

Saat itu juga, Rong Zhan mencibir dengan seringai kejam dan memukulnya lagi dengan keras. Ketika Harlan tidak lagi bisa melarikan diri, tubuhnya ditekan ke meja belakang dan pergelangan tangannya dijerat kuat oleh kepalan tangan Rong Zhan..     

"Harlan, aku berjanji untuk melawanmu sendirian. Aku ingin kamu perlahan menikmati proses disiksa sampai mati. Aku ingin kamu merasakan akibat dari memenjarakan istriku, menculik putriku, melukai ayah mertuaku dengan serius, dan bahkan halusinogen di dalam tubuhku ada hubungannya denganmu. Semua yang telah kami derita harus kamu pertanggung jawabkan!"     

Sorot mata Rong Zhan telah dipenuhi dengan kilat membunuh, bahkan kalimat terakhirnya diucapkan sembari menggertakkan gigi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.