Halo Suamiku!

Gelombang Badai



Gelombang Badai

1Berhenti memanggilku kakak ipar.     

Kalau tidak, aku akan membuatmu merasakan kekacauan.     

Sesaat setelah kata-kata itu terlontar, pikiran Josh seketika meledak.     

Pikirannya jarang sekali carut-marut seperti saat ini.     

Kemudian ia melihat Bo Jing menyalakan kembali mobilnya, dengan wajah yang sangat agresif, bahkan dari samping pun tampak terlihat tegas dan sempurna dengan garis bibir yang tipis. Saat Josh melihat pemandangan ini, punggungnya terasa dingin untuk sesaat.     

Ya, ia tidak salah dengar.     

Ia benar-benar mendengarnya dengan sangat jelas.     

Selama beberapa saat bibirnya sedikit bergetar, seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi akhirnya, ia hanya mampu menelan ludah dengan susah payah, menegakkan tubuhnya, mengepalkan tangannya, melihat keluar, dan tidak mengatakan apa-apa lagi sepanjang perjalanan.     

  ...     

Sementara itu di Australia.     

Rong Zhan dan Sang Xia sedang bersama-sama mencari keberadaan mengenai orang yang menjual halusinogen. Setelah beberapa saat berlalu.     

Hasil yang diterimanya sangat tidak terduga.     

Pasalnya, orang yang setuju menjual halusinogen itu mengaku sebagai pengusaha yang berasal dari Eropa Barat, namun Sang Xia dengan cepat menangkap keberadaan pria tersebut berada di Australia melalui keterampilan peretasnya saat kedua pihak saling berkomunikasi.     

Di Australia.     

"Oh, itu menarik. Rupanya orang itu sangat berbahaya. Saat mengirim sinyal, dia mengirimkan titik koordinatnya ke ratusan titik pemisahan di seluruh dunia." Jika saja Sang Xia tidak segera memeriksa dengan cara khusus, ia pasti akan benar-benar dibuat bingung olehnya.     

Sedangkan Rong Zhan seketika berdiri, mendekat, lalu menyentuh kepala istrinya dengan sayang, "Sayang, kamu melakukannya dengan baik. Sebenarnya, kamu tidak perlu campur tangan dalam transaksi ini. Dia hanya tidak tahu bahwa kita telah menemukan keberadaannya, jadi aku bisa membuat rencana selanjutnya."     

Karena transaksi ini selalu berisiko, belum lagi transaksi kali ini bukanlah sebuah transaksi biasa.     

Meskipun Sang Xia khawatir, tapi tidak mudah untuk mengatakan apa pun. Ini adalah urusan suaminya, sementara kemampuannya hanyalah sebatas melakukan pendampingan di balik layar. Jika ia bersikeras melakukan sesuatu yang merepotkan, justru itu akan membuat masalah bagi Rong Zhan.     

Saat itu, Sang Xia ingin mengatakan sesuatu, tetapi sebelum ia bisa berbicara, ponsel Rong Zhan tiba-tiba berdering.     

Begitu telepon berdering, Rong Zhan segera melihat ID penelpon itu dan seketika warna berbeda melintas di sorot matanya yang sipit.     

Tanpa membuang waktu lagi, ia mengambil ponselnya, mengangkat tangannya, dan kemudian meninggalkan ruang kerjanya untuk menjawab panggilan itu di luar.     

Mendapati itu, Sang Xia mengangkat alisnya sedikit.     

Siapa yang menelpon hingga membuat Rong Zhan menghindarinya?     

Malam harinya.     

Sang Xia hanya berguling-guling di atas ranjang karena tidak bisa tidur. Karena takut mengganggu istirahat Rong Zhan, jadi ia bangkit dengan sangat hati-hati.     

Tapi tiba-tiba, ponsel Rong Zhan yang ada di kepala tempat tidur menyala.     

Tanpa suara sedikit pun.     

Sontak, mata Sang Xia menatap tepat ke arah ponsel itu sembari pikirannya melayang di kejadian siang tadi.      

Di sebuah ponsel yang tidak terkunci itu, terlihat sebuah pesan masuk.     

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Sang Xia mengambil ponsel Rong Zhan, memegangnya erat-erat, meneutup pintu dan bergegas keluar.     

Tiga menit kemudian.     

Sang Xia duduk sendirian di tengah balkon terbuka, dengan mantel di bahunya, dan kaki telanjang. Kali ini, ia dikelilingi oleh asap di depan matanya.     

Dengan cepat ia melihat ponsel Rong Zhan di satu tangan, memegang sebatang rokok di sisi lain, dan dengan santai menghisap rokok di bibir tipisnya.     

Hal pertama yang Sang Xia lihat adalah pengirim pesan dan catatan panggilan Rong Zhan.     

Seperti yang sudah dapat ditebak oleh Sang Xia, banyak hal yang ternyata diluar dugaannya.     

Bahkan bisa dibilang jika Rong Zhan menyimpan terlalu banyak hal darinya.     

Karena Sang Xia merasa bahwa ia telah mengingatnya dengan benar. Orang yang tersimpan dalam catatan panggilan dengan Rong Zhan bukanlah orang lain, melainkan Anthony.     

Dan pesan malam ini, juga panggilan siang tadi, semuanya dikirim dan dihubungi oleh Anthony.     

Apa yang sedang terjadi?     

Masalah apa yang menyatukan keduanya?     

Sang Xia tidak bodoh. Sekilas, ia bahkan hampir bisa memikirkan apa yang mereka berdua kerjakan sekaligus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.