Halo Suamiku!

Menguping Pembicaraan Teleponnya



Menguping Pembicaraan Teleponnya

2Seketika, rasa hangat menjalar di hati Sang Xia. Tanpa ragu ia berbalik dan langsung mengubur dirinya ke dalam pelukan Rong Zhan sambil bergumam, "Kalau begitu, jangan dicuci."     

"Mana bisa? Aku punya kebiasaan mencuci pakaian dalam milik istriku." Rong Zhan berbisik sembari meraih tangannya, lalu mengecup bibirnya dengan lembut.     

Sampai akhirnya, Rong Zhan meremas lembut kesepuluh jari milik Sang Xia, sementara Sang Xia menutup matanya dan bersandar di lengan Rong Zhan. Meski tertidur, tetapi sudut bibirnya sedikit beriak dengan lengkungan yang menawan.     

 **     

Keesokan harinya.     

Ketika Sang Xia terbangun, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Sejujurnya, Sang Xia benar-benar lelah setelah melewati beberapa serangkaian kegiatan akhir-akhir ini. Setelah meregangkan tubuh, ia keluar dengan piyamanya dan berkeliling villa. Villa di Sydney ini sangat besar, dan di villa sebesar ini, keluarganya selalu tidak pernah sendiri. Meski ia dan Rong Zhan tidak terlalu menyukai banyak orang di dalam rumah, tapi paling-paling akan selalu ada pengawal untuk menjaga mereka.     

Kemudian datanglah pengasuh yang merawat anak-anak.     

Sementara itu, memasak dan mencuci atau hal lainnya akan dilakukan sendiri.     

Setelah Sang Xia keluar, ia hanya mendapati Xiao To yang berlari ke dalam, lalu berbaring di sofa yang luas. Tanpa sadar, Sang Xia bertanya, "Di mana Tuanmu?"     

Kemudian ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas. Tidak ada yang perlu dibicarakan dengan singa ini. Meski Xiao To telah dijinakkan, tetapi sifat liar yang melekat padanya akan tetap ada. Entah itu aman atau tidak, yang jelas ia hanya mendengarkan apa yang dikatakan tuannya sendiri.     

Tapi siapa bilang? Setelah berlari turun dari sofa, Xiao To langsung menatap Sang Xia dan terus berlari dua langkah ke depan. Jelas, ia seperti sedang menuntun Sang Xia untuk menunjukkan jalan.     

Kali ini, Sang Xia mengakui jika tampaknya ia terlalu berprasangka buruk pada Xiao To.     

Jelas terlihat jika Xiao To sangat akrab dengan tempat ini, yang membuat Sang Xia ragu bahwa Rong Zhan benar-benar datang tepat di hari konser. Ia yakin jika Rong Zhan sudah datang lebih dulu untuk memberinya kejutan. Tapi bagaimana bisa ia tega meninggalkan Sang Xia sendirian sedangkan ia sudah berada di sini sejak lama?     

Sang Xia menggelengkan kepalanya tanpa sadar dan merasa tidak berdaya, tetapi ia tidak bisa menahan perasaan manis yang menyeruak di lubuk hatinya.     

Ternyata Xiao To membawanya ke tempat gym yang berada di lantai tiga villa. Begitu Sang Xia melewati jendela gym, ia melihat banyak peralatan di dalam. Fasilitasnya sangat lengkap dan luar biasa. Tepat ketika ia hendak mendorong pintu masuk, tiba-tiba Sang Xia mendengar suara dari dalam.     

"Ya, ya, lusa. Baiklah, aku mengerti. Selain itu, setelah kami terhubung, segera kunci sinyalnya. Aku ingin tahu lokasi spesifiknya dan siapa orang yang memiliki penawarnya."     

Entah apa yang dikatakan oleh seseorang di seberang telepon, tapi yang jelas, Rong Zhan tampak terdiam mendengarkan, lalu mengakhiri panggilan itu. Tepat ketika Sang Xia menahan napas sembari menguping pembicaraan Rong Zhan, terdengar suara dentuman keras dari pintu, yang langsung membuat pintu terbuka. Pada saat yang sama, Rong Zhan mendesis, "Siapa!"     

Hidung Sang Xia langsung terkena pintu dan dahinya seketika memar. Sontak, ia menunjukkan ekspresi kesakitan.     

Pintu itu memantul kembali. Segera setelahnya, Sang Xia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka pintu, "Apa yang kamu lakukan begitu kejam!"     

Ketika Rong Zhan melihat bahwa itu adalah Sang Xia, wajahnya sontak berubah, "Sayang, dengarkan apa yang ingin kamu dengar, tidak perlu menguping seperti itu. Kamu tidak lihat anak-anak sudah menunggu? Kamu tahu, kan, aku melakukannya..." kata Rong Zhan dengan nada menahan kekesalan. Hanya saja, begitu melihat dahi Sang Xia yang kebiruan, hidung dan matanya yang memerah, suaranya seolah tercekat di tenggorokan. Tanpa pikir panjang, ia buru-buru meniup dan mengelusnya dengan lembut, lalu segera membuat permintaan maaf yang tulus, "Ini salahku, aku minta maaf, Sayang."     

Sang Xia hanya menggertakkan giginya kuat-kuat dan hendak mengatakan sesuatu, namun...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.