Jaga Dia, Jangan Tinggalkan! (1)
Jaga Dia, Jangan Tinggalkan! (1)
Tangan Sang Xia yang gemetar segera membuat panggilan telepon pada seseorang.
Siapa lagi yang bisa ia cari di saat seperti ini selain Rong Zhan.
Jika orang ini sakit, ia akan meminta Rong Zhan untuk menyelamatkan hidupnya bersama. Jika ini orang jahat dan orang asing, ia tidak akan membiarkan orang ini menakut-nakuti orang lain dan menyakiti orang lain di sini.
Tepat setelah Sang Xia menekan nomor dan dengan sabar menunggu panggilan tersambung, suara musik berdering tiba-tiba terdengar di koridor yang sunyi dan gelap ini.
Sang Xia terhenyak di tempat.
Kemudian ia berangsur-angsur melebarkan matanya dan melihat cahaya terang di pakaian "orang asing" ini. Suara deringan ponsel yang familiar terdengar, dan itu adalah lagu yang Sang Xia nyanyikan sendiri.
Dan lagu itu juga dipakai Rong Zhan sebagai nada dering di ponselnya...
"Rong, Rong Zhan…!"
Sang Xia berteriak dan bergegas turun di detik berikutnya.
Sungguh, ia benar-benar tidak dapat mempercayai ini.
Ia sama sekali tidak pernah berpikir bahwa orang ini adalah Rong Zhan. Jelas-jelas ia baru saja menelepon dirinya dan berkata sedang menunggunya di mobil, tetapi bagaimana bisa ia muncul di sini dengan keadaan seperti ini.
"Rong Zhan, Rong Zhan...!" Sang Xia bergegas memeluknya. Ketika ia menahan tubuh Rong Zhan agar tidak menabrak dinding, ia bisa melihat wajahnya dengan jelas, dan seketika ia menangis.
Sungguh, ini benar-benar Rong Zhan. Bagaimana ia bisa seperti ini? Kenapa ia tidak memberitahukan ini padanya?
Apakah, apakah...
Mau tak mau, Sang Xia mengingat kembali saat ia tertidur nyenyak malam itu, sesaat sebelum ia pergi meninggalkan Roma. Tiba-tiba ia mendapati Rong Zhan tersandung dan berlari keluar sembari menggigi seperti orang gila
Sontak, mata Sang Xia yang berlinang air mata melebar.
Saat ini, dahi Rong Zhan sudah dipenuhi keringat dingin dan darah yang mengalir di tubuhnya seolah terbakar membara. Ekspresi wajahnya tertekan dan terdistorsi dalam kegelapan. Kekuatannya sangat mengerikan. Ia bahkan memegang lengan Sang Xia erat-erat dan meludahkan beberapa kata dari bibirnya yang tipis.
"Menjauhlah, menjauhlah… dariku... Menjauhlah, aku akan menyakiti... menyakitimu..."
Bagaimana Sang Xia bisa melepaskannya begitu saja? Sang Xia justru semakin memeluknya dengan erat dan mencoba untuk mempertahankan posisinya di tempat. Ia merasa tertekan dan hatinya seolah runtuh. Air mata juga telah meluncur di matanya. Dengan suara sedikit serak dan tersedak, ia berbisik, "Tidak apa-apa. Aku tidak takut, selama kamu tidak menyakiti dirimu sendiri."
Sejujurnya, Sang Xia tidak tahu apa yang merangsang di dalam tubuh Rong Zhan, tetapi ia segera bertindak cepat dengan mengeluarkan telepon untuk menghubungi 120 agar bergegas membawanya ke rumah sakit.
"Rong Zhan, jika kamu bersikeras... aku akan memanggil ambulans sekarang. Jangan sakiti dirimu sendiri..."
Sang Xia mencoba menenangkan hatinya untuk menekan nomor 120.
Detik berikutnya, ponsel itu tiba-tiba dipukul dan terbang begitu saja. Sang Xia berteriak tanpa sadar dan hendak mengambil ponselnya, tetapi tubuhnya tiba-tiba ditekan secara langsung.
"Rong, Rong Zhan… aahh. hmp…!"
Setelah suara yang tajam yang terlontar dari mulutnya, sama-samar suaranya telah lenyap. Mulutnya ditutup dari belakang dan rasa sakit yang tajam tiba-tiba datang dari leher dan bahunya.
Membuatnya berubah menjadi pucat seketika.
Akhirnya Sang Xia mengerti apa yang baru saja dikatakan Rong Zhan. Baru saja ia memintanya pergi karena takut jika Rong Zhan sampai menyakitinya.
Namun terlambat, wajah Sang Xia telah memucat sepenuhnya dan keringat dingin mengalir di dahinya, tetapi Sang Xia mencoba sekuat tenaga menggigit bibirnya dengan erat, mengambil inisiatif untuk tidak berteriak atau melawan dan membiarkan Rong Zhan mulai menyiksanya.