Halo Suamiku!

Tuan Rong Zhan, Dia Malu (1)



Tuan Rong Zhan, Dia Malu (1)

2Tetapi ketika mereka bereaksi, Sang Xia telah menghilang dari kerumunan.     

Seperti embusan angin yang tertutup kabut.     

Sontak, kerumunan di alun-alun musik itu meledak, penuh kegemparan, dan seruan tak percaya terlontar di sana-sini karena terkuaknya identitas wanita yang baru saja memberikan pertunjukkan menakjubkan di hadapan mereka semua.     

Setelah mendengar kata-kata semua orang yang ada di sekitar, pemuda pengembara yang masih berdiri di depan piano tanpa sadar menjatuhkan pandangannya ke poster besar yang ada di kejauhan. Di poster itu, tergambar jelas wajah Sang Xia yang menawan dan cantik, sosok yang tinggi dan sempurna.     

Lalu ia mengalihkan pandangannya tepat di kartu nama yang ada di tangannya dan seketika itu juga tubuhnya benar-benar terpaku.     

 **     

Sementara itu, Sang Xia masih tidak mengetahui seperti apa dampak yang terjadi di alun-alun musik air mancur malam ini, apalagi ansambel yang menarik malam itu telah tersebar di seluruh media berita utama dan platform sosial, terutama setelah netizen dan orang-orang mengenalinya saat itu. Mereka mengenali jika dirinya adalah penyanyi utama Sun Band, yang tentu saja akan menambahkan topik yang tak terhitung jumlahnya.     

Hal ini semakin membuat orang-orang Australia dibuat penasaran dengan sosok wanita ini.     

Dalam perjalanan kembali, akhirnya Sang Xia merogoh ponselnya untuk menelpon Rong Zhan.     

Begitu panggilan tersambung, terdengar suara menyihir dan menawan milik Rong Zhan, "Halo, Sayang."     

Sesaat setelah Sang Xia mendengar suaranya, sudut bibirnya terangkat.     

Mungkin akan ada orang seperti itu dalam hidup kita. Ketika hanya memikirkannya saja, sudut bibir kita akan terangkat penuh kehangatan.     

Karena ia adalah orang yang paling menghangatkanmu.     

Sebenarnya Sang Xia hanya ingin bertanya apa yang sedang Rong Zhan lakukan, tetapi begitu kata-katanya mencapai tenggorokan, tiba-tiba suaranya tercekat karena ia seketika teringat akan suatu kalimat yang terngiang-ngiang di kepalanya, lalu ia menanyakannya pada pihak lain, "Apa yang kamu lakukan? Sedang sibuk?" intinya adalah, "Aku merindukanmu."     

Sang Xia bukanlah orang munafik seperti itu, apalagi setelah ingatannya pulih. Hanya saja, Rong Zhan masih tidak mengetahui bahwa Sang Xia pernah mengatakan jika dirinya akan lebih memanjakan Rong Zhan.     

Jadi sekarang, ketika Sang Xia kembali membuka suara, kalimat itu menjadi, "... Rong Zhan, aku merindukanmu."     

Begitu kata-kata ini terlontar, Sang Xia mendengar napas Rong Zhan terhenti.     

Kemudian ia mendengar tawa rendahnya yang menawan dan sebuah pertanyaan terlontar, "Apa kamu ingin tahu apakah aku juga merindukanmu atau tidak?"     

Cukup lama Sang Xia terdiam. Kali ini, ia sama sekali tidak menyangka jika Rong Zhan begitu tidak tahu malu.     

Sembari menyandarkan punggungnya ke kursi belakang mobil, ia mengangkat alisnya dan berkata, "Aku ingin tahu."     

Tentu saja Rong Zhan tidak ingin melewatkan kesempatan ini.     

Namun, kata-kata berikutnya membuat Sang Xia sedikit terpana dan kemudian akar telinganya mulai terbakar.     

Karena suara Rong Zhan tiba-tiba menjadi sedikit berat dengan aura yang begitu menyihir "Jika kamu ingin tahu, suap aku dengan tidur bersama."     

Suap aku dengan tidur bersama.     

Sesaat setelah Sang Xia mendengarnya, wajahnya langsung berubah menjadi merah.     

Bahkan ia hampir tanpa sadar mengakhiri panggilannya karena takut akan terdengar oleh pengemudi, meski kemudian ia menyadari bahwa dirinya sedang berada di luar negeri dan pengemudi tidak dapat mengerti bahasa Mandarin yang mereka gunakan saat ini.     

Tapi Sang Xia masih merasakan rasa malu yang tak bisa dijelaskan.     

Karena hanya ada keheningan, mau tidak mau Rong Zhan harus memastikan, "Apa kamu mendengarku? Meskipun aku tidak dapat memberitahumu apakah aku merindukanmu atau tidak, tapi yang pasti aku dapat memberitahumu bahwa 'milikku' sangat merindukanmu."     

Sang Xia yang kali ini sedang mengenakan jaket krem seketika menarik kerahnya, mengenakan kembali kacamata hitamnya, menutupi dirinya dengan erat, dan sepertinya merasa malu jika dirinya terlihat oleh orang lain.     

Dengan sedikit menggertakkan giginya, sebuah umpatan kasar terlontar begitu saja, "Sialan, Rong Zhan, apa kamu begitu tidak tahu malu?"     

Rong Zhan terkikik di ujung telepon, terlebih dengan umpatan yang baru saja dilontarkan istrinya, "Bagaimana lagi? Awalnya aku ingin menahannya, tetapi kamu sedang tidak bisa memanjakan 'milikku' sekarang."     

Sontak, Sang Xia terdiam dan tersedak.     

Sementara Rong Zhan melanjutkan bualannya di sana——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.