Rong Zhan VS Bo Yi (2)
Rong Zhan VS Bo Yi (2)
Ditambah lagi, kedua bayi mereka yang terus menangis sepanjang waktu di rumah. Mereka baru terdiam beberapa saat ketika disumpal dengan makanan. Kali ini, Sang Xia merasa kesulitan untuk membujuk mereka dan keduanya akan kembali menangis saat belum mendapatkan susu.
Padahal Xiao Ba Wanghua selalu mengganggu dan bersaing dengan ayahnya. Tapi saat ini, bahkan saat di pelukan Sang Xia saja ia masih terus saja menangis, tangan kecil yang gemuk itu terjulur, dan seolah ia ingin keluar. Ia seperti ingin melihat seseorang dengan tergesa-gesa.
Tapi siapa lagi yang ingin ia lihat?
Untuk pertama kalinya Sang Xia benar-benar kewalahan dan ia tidak tahu mengapa mereka begitu berisik.
Kemudian, ketika waktu perkiraannya hampir habis, ia memutuskan untuk menelpon Rong Zhan.
Tapi dua panggilan telepon berturut-turut itu tidak ada yang berhasil. Sembari menggendong Xiao Ba Wanghua di satu tangan, ia terus melakukan panggilan telepon di tangan lainnya. Melihat bagaimana panggilan telepon tidak bisa terhubung, ia merasa sedikit bingung.
Padahal ia hanya ingin menelpon Rong Zhan untuk membujuk anak-anaknya agar sedikit tenang, tetapi panggilannya tetap tidak bisa terhubung.
"Ada apa ini? Mereka hanya pergi ke bandara, kan? Kemana mereka sebenarnya pergi?"
Sambil bergumam, ia harus menutup panggilan itu dan terus berusaha membujuk kedua anaknya.
Saat ini, lubuk hatinya sedikit gelisah.
Bahkan Xiao Ba Wanghua terus menangis sampai akhirnya ia tertidur di pelukan Sang Xia. Sementara Xiao Meibao cukup baik. Hanya dengan dot kecil dan mata basahnya, ia melihat ke luar jendela.
Setelah menenangkan kedua anaknya, Sang Xia akhirnya keluar dan kembali mencoba menelpon Rong Zhan dengan ponselnya.
Namun tetap tidak bisa terhubung. Mau tak mau, Sang Xia mengerutkan alisnya dan merasakan bahwa hatinya semakin gelisah. Kemudian ia berpikir bahwa ponsel Bo Yi mungkin tidak mati saat ini, jadi ia segera membuat panggilan untuknya.
Meskipun nomor yang hendak ia telepon adalah nomor yang sudah lama ia kenal.
Tapi hatinya tidak untuk orang itu saat ini. Ia sangat ingin mengetahui informasi Rong Zhan melalui saluran telepon itu.
Rupanya, panggilannya berhasil terhubung dengan Bo Yi.
Begitu telepon terhubung, Sang Xia segera bertanya dengan penuh semangat, "Bo Yi, apa Rong Zhan sudah mengantarmu sampai bandara? Apa dia sudah kembali sekarang?"
Hanya saja..
Suara di seberang telepon itu bukan suara seorang pria, melainkan suara wanita yang terdengar familiar.
Dan apa yang wanita itu katakan adalah sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat Sang Xia.
"Apa? Kamu mencari Bo Yi? Aku tidak menyangka, kamu seorang wanita yang sudah menikah masih begitu khawatir tentang pria lain. Ck ck, tapi sayang sekali Bo Yi ada di tanganku sekarang."
Begitu kata-kata ini terlontar, Sang Xia tertegun, tetapi ia dengan cepat bereaksi dalam pikirannya.
Ada yang tidak beres!
Sesuatu telah terjadi pada mereka.
Suara itu bukan orang lain, melainkan milik Mu Zi.
Kali ini, Sang Xia tidak punya waktu untuk memikirkan mengapa mereka dikendalikan oleh Mu Zi dan mengapa Mu Zi mengatakan itu. Ia hanya ingin tahu keberadaan dan keamanan Rong Zhan sekarang.
Saat mengingat hal-hal kejam yang telah dilakukan Rong Zhan pada Mu Zi, Sang Xia merasa sedikit bingung dan tentu saja takut jika wanita itu akan membalas Rong Zhan terlebih dulu.
Tetapi semakin banyak hal yang terjadi sekarang, semakin Sang Xia mencoba untuk menguasai diri. .
"Mu Zi?! Itu kamu?! Katakan, apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa melepaskan mereka? Apa tujuanmu?!"
Dengan cepat Sang Xia segera menyalakan komputer untuk mencari lokasi Mu Zi.
Yang bisa ia lakukan sekarang adalah mencoba untuk menunda pergerakan Mu Zi.
"Melepaskan mereka? Baiklah, tapi... suamimu ada di tanganku. Apa kamu… tidak khawatir? Kamu justru memikirkan pria lain. Harus kuakui, aku kasihan pada suamimu."
Begitu Mu Zi mengatakan ini, Sang Xia hampir menggertakkan giginya sejenak.
Jalang ini!
Tidak peduli apa yang ia lakukan sekarang, yang jelas Sang Xia tahu bahwa Mu Zi pasti ada di sekitar Rong Zhan, dan dengan sengaja mengatakan itu untuk menabur perselisihan!
.