Waktu Terakhirnya (3)
Waktu Terakhirnya (3)
Ia juga ingin meminta maaf pada ayahnya.
Karena tidak ingat pelajaran hidup yang diajarkan ayahnya.
Yang membuatnya menjadi pria kurang ajar.
Maaf, tak lupa ia ingin meminta maaf pada kakaknya.
Dalam sekejap mata, kakaknya telah hamil selama enam bulan, dan masih harus di sini bersamanya, menjaganya, berduka untuknya, dan melewati masa sulit ini karenanya.
Terakhir... ia ingin meminta maaf pada Ye Zi.
Ia pria yang tidak berguna, tidak bisa terus mempertahankan hidupnya... Ia telah mengecewakan Ye Zi, dari kecil hingga sebesar sekarang. Ia-lah yang mengecewakan bayi di perutnya... Mungkin ia memang tidak pantas menjadi seorang ayah.
Mungkin semua yang ia lakukan akan dibayar dengan nyawanya.
Mungkin, ia akan masuk ke dalam api neraka.
Sampai akhirnya.
Hari itu datang juga.
Otaknya berdengung dan telinganya tampak tuli sejenak. Kemudian, rasa sakit datang dari tulangnya, dari keempat anggota tubuhnya, dan dari jantungnya pada saat yang bersamaan. Dengan darah yang mengalir melalui setiap sudut tubuhnya, rasa sakit yang hebat mulai memberontak di setiap sel tubuhnya.
Su Xun mulai mengalami kejang-kejang, kejang-kejang yang tak terkendali.
Ia tidak bisa mendengar suara apapun. Meski begitu, ia masih bisa melihat ibunya menangis dengan air mata bercucuran, memegang tangannya, dan mencoba menguatkan diri. Kemudian ia menyadari pintu di ruang isolasi tampaknya terbuka dan banyak perawat juga dokter bergegas masuk sambil menekan tangan dan kakinya untuk mencegahnya terus kejang. Kemudian ia dengan cepat didorong keluar oleh mereka.
"Su Xun, nak, nak..."
Ibu Su Xun hilang kendali. Ia bergegas keluar terlepas dari segalanya dan ingin memegang tangan putranya lagi. Tetapi ketika tangannya hampir berhasil menangkapnya lagi, kekuatan yang kuat tiba-tiba meraihnya ke belakang. Alhasil, ia hanya bisa mengulurkan tangannya dengan putus asa dan menangis, tetapi tubuhnya dipegang erat-erat oleh tangan entah milik siapa, yang tidak membiarkannya bergegas ke sana.
"Anakku... Anakku... Suami, selamatkan anak kita... Dia masih sangat muda, dia baru berusia 24 tahun... Selamatkan dia, selamatkan dia..."
Su Chen hanya bisa mengepalkan tinjunya dengan erat, mengencangkan pelukannya, dan menahan tubuh istrinya sambil menangis. Selama ini, ia selalu sehangat batu giok, tapi kali ini, matanya yang dewasa hanya bisa mantap dalam kehampaan.
Di luar ruang isolasi itu, tidak ada yang beranjak pergi.
Rong Zhan, Sang Xia, Li Yunchen, Jun Hang, En You, Leng Xiaomo, Su Li, Chen Nianbai.
Bahkan generasi yang lebih tua, Li Hanfei, Gu Liang, Rong Bei…..
Pada saat ranjang Su Xun didorong keluar, hampir semua teman dan kerabat datang untuk mengantarnya pergi.
Semua orang, mereka semua mengepalkan tangan dengan mata memerah.
Su Li juga berada di pelukan Chen Nianbai. Ia menangis tersedu-sedu di sana.
Tepat ketika ibu Su Xun berlutut di tanah dan menangis dalam pelukan suaminya, pintu lift tiba-tiba terbuka.
Sosok kecil bergegas seperti orang gila.
Ye Zi datang dengan kotak kecil seperti kata sandi di tangannya. Rambutnya acak-acakan, pakaiannya berantakan, dan lengannya kotor karena debu, bahkan tampak lecet. Tapi ia tetap bergegas seperti tidak melihat apa-apa. Hingga akhirnya, ia menyadari semua orang berdiri di sana menangis dengan mata memerah. Dan ketika melihat ruang isolasi yang kosong…...
Perlahan ia menghentikan langkah kakinya, lalu melebarkan matanya, dan detik berikutnya, tiba-tiba saja kakinya terasa lemas dan hampir tak mampu membuatnya berdiri.
"Su Xun... Su Xun, aku datang untuk menyelamatkanmu, Su Xun..."
Mulut Ye Zi bergumam, tetapi saat melihat ruang isolasi yang kosong, sepertinya ia menyadari sesuatu, dan kesadarannya hampir terenggut.