Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Manfaatkan Setiap Peluang



Manfaatkan Setiap Peluang

2Hari itu, Sima You Yue dan yang lainnya sedang minum-minum dan mengobrol di padang pasir. Mereka mengeluhkan bagaimana ujian itu masih juga belum berakhir. Tak lama kemudian, pemandangan pun berubah. Mereka telah meninggalkan gurun yang tanpa batas itu dan tiba di sebuah tempat yang luas.     

"Selamat datang kembali." Guru dari yang sebelumnya sekilas menatap mereka. Kelompok yang terdiri dari sepuluh ribu orang itu telah menyusut menjadi dua-tiga ribu orang. Ia menginginkan kelompok yang lebih kecil, tetapi jika diingat lagi, pengurangan itu pasti disebabkan oleh terjadinya peristiwa yang tak terduga di tengah-tengah ujian.     

"Guru, apakah kami lulus dari tahap pertama?" tanya seorang murid.     

Guru itu mengangguk. "Selanjutnya, kalian semua akan beristirahat selama satu hari untuk memulihkan diri dan mengobati cedera kalian. Kalian dapat bermeditasi di sini atau pergi ke luar. Namun besok, kalian harus muncul tepat pada waktu ini. Jika terlambat, kalian akan kehilangan kesempatan mengikuti ujian."     

Guru itu meninggalkan tempat tersebut segera setelah ia selesai berbicara.     

Kebanyakan dari mereka memilih untuk tinggal di tempat itu dan berkultivasi, memulihkan kekuatan mereka. Beberapa memilih untuk pergi keluar.     

Sima You Yue dan rombongannya memilih untuk bermeditasi di situ. Waktu sehari tidak cukup untuk menyelesaikan apa pun di luar. Lebih baik mereka memulihkan Kekuatan Roh mereka.     

Sehari kemudian, guru yang sama muncul di tempat itu. "Ini adalah awal dari ujian tahap kedua. Apakah kalian semua melihat pintu besar di belakang?"     

Semua orang satu per satu berbalik, memandangi pintu besar tersebut.     

"Untuk ujian kedua, masuklah ke pintu besar itu dan terus berjalan ke depan. Setelah tiga hari, jika kalian bisa pergi melalui pintu lain, berarti kalian lulus dari tahap ini. Jika jumlah orangnya terlalu banyak, kami hanya akan memilih seribu orang pertama." Kemudian pintu besar itu berangsur-angsur terbuka, dan sebuah kabut tebal memenuhi udara. Orang-orang di luar tidak bisa melihat dengan jelas pemandangan di dalamnya.     

"Masuklah." Guru itu melambaikan tangan. Para murid yang hadir merasakan suatu kekuatan yang mendorong mereka masuk melalui pintu besar tersebut.     

Belajar dari insiden terakhir, Sima You Yue meraih orang-orang yang dekat dengannya, jadi ketika ia masuk, ia tidak akan sendirian lagi.     

Sima You Yue melihat banyak orang menghilang di depannya ketika mereka memasuki kabut yang tebal. Kabut tebal itu memiliki kemampuan pengiriman.     

"Buk buk buk …."     

Suara benda besar berjatuhan di tanah terdengar berturut-turut, diikuti oleh teriakan kesakitan.     

"Ya ampun, bagaimana mungkin kau bisa begini berat?" Fatty Qu hampir pingsan karena menahan berat badan orang di atasnya.     

Supaya tetap bersama, mereka dengan sengaja berpegangan pada masing-masing orang di sebelah mereka, dan dengan demikian jatuh menimpa orang di samping mereka tersebut. Fatty Qu ada di bawah, jadi dialah yang paling tergencet.     

Mereka semua bangun dengan cepat. Tu Kecil menopang Fatty Qu dan menatapnya dengan mata besarnya yang imut. "Kakak Fatty, kau baik-baik saja?"     

"Aku baik-baik saja." Fatty Qu menepuk-nepuk tanah dari badannya. Untunglah ia mengultivasikan tubuhnya, sehingga ia lebih kuat daripada orang pada umumnya. Kalau tidak, siapa yang tahu apa yang akan menimpanya.     

Sima You Yue memperhatikan sekitar mereka. Untungnya semua orang ada di situ. Agak jauh dari sana, ada beberapa orang yang tidak mereka kenal.     

"Kita harus pergi ke arah mana?"     

"Kita mungkin ada di hutan. Kabut tebal ini menghalangi pandangan kita. Namun, kita tidak bisa menuju ke arah mana pun, kalau tidak kita bisa semakin jauh dari pintu keluar," jawab Sima You Ran.     

"Kalau begitu, mari kita coba gunakan kompas." Sima You Le mengeluarkan sebuah kompas. Namun, jarum kompas itu terus berputar; tak ada gunanya.     

"Mungkin medan magnetnya salah." Sima You Lin memperhatikan reaksi kompas tersebut.     

"Kalau begitu kita hanya bisa memilih arah yang harus kita lalui," kata Sima You Ming.     

"Tunggu sebentar." Sima You Yue mengeluarkan para Lebah Merah Tua, meminta mereka untuk menemukan arah. Ia terkejut bahwa kabut tebal itu tidak mempengaruhi para lebah tersebut.     

"Apakah berhasil?"     

"Mm, kita kemungkinan besar bisa menemukan jalan keluar." Sima You Yue mengangguk. "Kita tunggu saja di sini."     

Sima You Yue memanggil beberapa ratus Lebah Merah Tua dan membiarkan mereka menyamar sebagai lebah biasa, lalu menjelajahi tempat itu. Ia kemudian menyuruh yang lainnya untuk tetap tinggal di tempat dan menunggu, sama sekali tidak terburu-buru untuk pergi. Sehari kemudian, Sima You Yue memberi tahu mereka bahwa mereka bisa mulai berjalan, dan memimpin mereka menuju ke satu arah yang pasti.     

Mereka berjalan sepanjang hari. Kabut semakin tebal. Supaya tidak tersesat, masing-masing dari mereka berpegangan tangan sambil bergerak maju.     

Pada akhir hari kedua, mereka akhirnya melihat pintu keluar.     

Setelah berjalan melewati gerbang, mereka melihat bukit-bukit hijau dan air yang kebiruan. Seratus orang berdiri di tepi sungai kecil itu. Mereka tidak terlihat luar biasa. Ketika mereka menoleh ke belakang, gerbang tadi sudah menghilang dan hanya menyisakan sebuah hutan.     

"You Yue, kalian juga keluar!" Tuoba Yan Er melambai ke arah Sima You Yue dan rombongannya.     

Sima You Yue berjalan mendekat dan melihat bahwa semua Klan Tuoba juga ada di situ.     

"Kau sudah ada di sini untuk waktu yang lama?"     

"Mm, keberuntungan kami cukup bagus. Kami mendarat sangat dekat dengan pintu keluar. Kami keluar kemarin," jawab Tuoba Yan Er. "Keberuntunganmu juga cukup bagus, sehingga kalian bisa keluar hari ini."     

Sima You Yue tertawa tanpa mengatakan apa-apa. Apakah Sima You Yue curang? Jika dipikir-pikir, ia tidak curang. Karena sekte itu telah menciptakan ujian semacam itu, maka mereka pasti ingin menguji kemampuan para murid untuk meninggalkan hutan. Mereka tidak akan memedulikan metode apa yang digunakan para murid.     

"Saat ini, sekitar seratus orang telah keluar. Menurutku, pada akhir hari besok, jumlahnya tidak akan sedikit," kata Sima You Ming.     

"Namun, jumlah orang yang keluar mungkin tidak akan melampaui kuota seribu," tambah Feng Wu Hen.     

"Sulit untuk mengatakannya sekarang. Tergantung besok. Lebih banyak orang akan muncul besok," komentar Tuoba Han.     

Sima You Yue juga setuju dengan Tuoba Han. Hari ketiga pastilah waktu di mana jumlah orang terbesar akan keluar. Sebagian besar orang yang keluar dalam dua hari pertama mengandalkan keberuntungan dan oportunisme. Orang-orang yang lainnya itu pasti akan keluar pada hari ketiga.     

Satu hari berlalu dalam sekejap mata. Pada akhir hari ketiga, lebih dari delapan ratus orang telah lulus ujian. Semua orang yang keluar setelah itu didiskualifikasi dan dikirim keluar dari sekte.     

"Selamat, kalian telah melewati ujian tahap kedua. Sekarang lihatlah ke arah gunung di hadapan kalian." Mereka tidak tahu kapan guru yang bertanggung jawab atas ujian itu muncul di kaki gunung. Di belakangnya terdapat sebuah gunung yang menjulang. Tampak berlapis-lapis tangga batu naik dari tanah menuju ke awan.     

"Tinggi sekali!" seru seseorang.     

"Ujian tahap ketiga kalian adalah berjalan ke puncak gunung. Kalian bisa menggunakan senjata gaib dan Kekuatan Roh. Naiklah setinggi mungkin. Tidak ada batasan waktu untuk uji coba ini. Kalian bisa mulai kapan saja mulai dari sekarang."     

Sosok guru itu perlahan menghilang, seolah-olah ia tidak pernah ada di situ sebelumnya.     

"Begitu saja?" seru beberapa murid dengan kaget ketika mereka melihat guru itu menghilang.     

"Itu hanya sebuah bayangan. Memangnya kenapa sih!" dengus seorang perempuan berambut merah dengan dingin, lalu menginjak anak tangga batu itu terlebih dahulu.     

Tangga-tangga batu di kaki gunung itu sangat lebar. Setiap anak tangga panjangnya dua atau tiga meter. Mereka tidak akan merasa kesempitan jika mereka sekaligus melangkah bersama-sama. Ketika mereka melihat bahwa perempuan itu telah naik, mereka semua pun ikut menyerbu ke depan.     

Sima You Yue tidak bergerak. Ia menyaksikan mereka berlari ke depan dengan penuh semangat.     

"Kau tidak ikut naik?" tanya Tuoba Han di sebelah Sima You Yue.     

"Untuk apa terburu-buru? Yang pertama pergi bukan berarti yang akan naik paling tinggi," jawab Sima You Yue dengan tenang.     

Tuoba Han sekilas menatap Sima You Yue, ia pun setuju, lalu memandang ke arah tangga itu. "Apakah kau tahu tempat apa ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.