Istri yang Sangat Dimanjakan: Nona Muda Kelima Dokter Ilahi

Ruang Runtuh



Ruang Runtuh

1"Tanah abadi akan terbuka untuk jangka waktu yang lebih lama. Kita sudah tahu itu sejak lama. Apakah kalian masih ingat?" tanya Yin Lin.     

"Kami ingat. Master Yin Lin, sebelumnya kau bilang kau tidak tahu kenapa begitu. Apakah kau sudah tahu apa alasannya sekarang?"     

"Benar," jawab Yin Lin. "Alasan kenapa waktunya semakin panjang ada hubungannya dengan apa yang kalian khawatirkan sekarang. Aku menduga inilah alasan penyebab kematian generasi muda kalian."     

"Apa alasannya?"     

Yin Lin terdiam beberapa saat, lalu menjawab dengan suara muram, "Kalian juga tahu tentang ini. Ada banyak benua di luar benua kita. Ada yang lebih kuat dari kita dan ada yang lebih lemah."     

"Apakah ini ada hubungannya dengan orang-orang dari luar benua?" tanya orang-orang tersebut dengan heran.     

Kebanyakan orang mungkin tidak tahu tentang keberadaan benua luar, tetapi banyak pasukan dari wilayah dalam yang tahu tentang hal tersebut.     

Yin Lin mengangguk, lalu menjawab, "Aku baru saja menyimpulkan ramalanku. Peristiwa tak terduga yang terjadi di tanah abadi saat ini disebabkan oleh pintu masuk ke tempat lain yang juga telah terbuka."     

"Pintu tanah abadi terbuka ke tempat lain? Tahukah kau tempat apa itu?"     

"Aku tidak tahu," jawab Yin Lin. "Aku hanya tahu secara umum orang-orang itu jauh lebih kuat. Orang-orang yang masuk ke tanah abadi akan bertemu dengan orang-orang yang sudah masuk ke sana terlebih dahulu. Tentu saja, mereka akan mencoba merebut harta karun itu."     

Orang-orang benua luar berupaya merampok orang-orang Negeri Purba Kuno. Angka kematian mereka pasti akan jauh lebih tinggi dari sebelumnya.     

"Apakah ada cara untuk mengatasinya?" tanya seseorang.     

Lagi-lagi Yin Lin terdiam. Setelah beberapa saat, ia bertanya, "Apa kalian masih ingat dengan anak yang dahulu itu?"     

Anak yang dahulu itu?     

Semua orang tercengang. Untuk sesaat, mereka tidak tahu siapa yang Yin Lin maksud.     

Seseorang bereaksi lebih awal dari yang lainnya, lalu bertanya, "Apakah maksudmu anak yang ditinggalkan oleh Sima Liu Xuan dan Putri Klan Hantu?"     

"Iya, dia."     

"Mungkinkah orang yang bisa menyelesaikan masalah ini itu … dia?"     

"Kemampuan untuk bisa menyelesaikan masalah ini ada di tangan anak itu. Namun, apakah dia mau ikut campur tangan atau tidak, aku tidak bisa meramalnya," jawab Yin Lin.     

"Bagaimana kalau dia tidak mau campur tangan?"     

"Hasilnya sulit untuk dikatakan," jawab Yin Lin. "Mungkin jawabannya tidak bisa kalian terima."     

Tidak bisa mereka terima? Bukankah itu artinya mereka akan kehilangan semua elite generasi muda mereka?     

"Dia hanyalah seorang gadis muda berusia tiga puluh tahun. Tidak peduli seberapa berbakat orang tuanya, bagaimana mungkin dia bisa berubah menjadi seorang monster yang luar biasa kuat? Ada banyak sekali orang yang berkali-kali lipat lebih kuat darinya. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi solusi untuk masalah ini?"     

"Ada kalanya orang yang bisa memecahkan masalah bukanlah yang terkuat, tetapi yang terpenting," jawab Yin Lin.     

Mereka semua kembali terdiam.     

"Master Yin Lin, dahulu, waktu kau meminta kami untuk membiarkan anak itu hidup, kau bilang kalau kami bersedia melepaskannya, akan tiba hari di mana dia akan memberi kami jalan menuju kedamaian."     

"Benar. Aku memang bilang begitu. Namun, itu tidak ada hubungannya dengan masalah ini," kata Yin Lin. "Kebetulan dalam kejadian ini, dia juga memegang peran penting."     

Lagi-lagi mereka semua terdiam. Namun, kali ini, Yin Lin tidak memberi mereka kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lain kepadanya. Murid kecilnya menopangnya sambil ia bangkit berdiri dan mereka pun pergi ke luar ruangan.     

"Master Yin Lin!"     

Mereka semua tidak menyangka Yin Lin akan pergi begitu cepat dan langsung hendak menghentikannya.     

Yin Lin berhenti dan berbalik untuk menatap mereka semua. Meskipun Yin Lin tidak bisa melihat, semua orang merasa ia seolah-olah bisa tahu bagaimana perasaan mereka sebenarnya.     

"Aku tidak punya kuasa atas apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, ini pesanku untuk kalian sekarang. Ada beberapa hal yang tidak perlu kalian pegang terlalu erat. Kalau hal itu sudah pergi atau tiada, jangan mengejarnya. Kalau tidak, itu akan membawa bencana bagi kalian dan keuntungan yang kalian dapatkan tidak akan sebanding dengan kerugian yang kalian derita."     

Setelah berbicara, Yin Lin berbalik dan berjalan keluar. Pada saat yang sama, dua penjaga pintu memasuki ruangan dan membungkuk kepada mereka semua, lalu berkata, "Semuanya, silakan lewat sini."     

Meskipun, mereka masih ingin mengajukan banyak pertanyaan, mereka memahami aturan tempat tersebut. Mereka tahu mereka tidak akan mendapatkan informasi lain lagi dan bahkan bisa membuat sang peramal marah kalau mereka bersikeras untuk tetap di sana. Karena itu, mereka semua hanya bisa bangkit berdiri dan pergi.     

Yin Lin kembali ke ruangannya dan tidak bisa menahan untuk memuntahkan seteguk darah segar. Wajahnya menjadi jauh lebih pucat.     

Murid kecilnya buru-buru mengambil sebuah pil dan memberikannya kepada Yin Lin, lalu bertanya, "Guru, karena situasi ini akan sangat membebanimu, kenapa kau tetap mau meramalnya?"     

Yin Lin mengeluarkan sehelai kain dan menyeka darah dari sudut mulutnya, lalu menjawab, "Murid kecil, ada beberapa hal yang tidak bisa kuhindari walaupun aku menginginkannya."     

"Namun, jelas-jelas kau tidak harus membuat ramalan yang begitu mendalam. Kalau kau hanya melakukan ramalan dangkal, kau tidak akan terluka separah ini," kata si murid kecil.     

"Gurumu ini akan kalah setiap kali aku tidak meramal sekarang," kata Yin Lin. "Murid kecil, kau sudah melihat semuanya. Apakah kau masih berencana untuk menjadi seorang peramal?"     

Si murid kecil mengambil kain di tangan Yin Lin, lalu menjawab, "Guru, apa pun yang terjadi, itu tidak akan mengubah pikiranku."     

"Hhh …." Yin Lin mengembuskan napas panjang, lalu berkata, "Turunlah. Biarkan aku beristirahat dan memulihkan diri sebentar."     

"Ya, Guru. Guru, aku akan berjaga di luar pintu. Panggil aku kalau kau butuh sesuatu." Setelah si murid kecil selesai berbicara, ia mundur dan berdiri di depan pintu. Ia menundukkan kepalanya, tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan.     

Yin Lin mengembuskan napas sekali lagi dan berharap ia bisa memberikan apa yang diinginkan oleh si murid kecil.     

Adapun orang yang membawa beban harapan semua orang, Sima You Yue, sedang mengutuk dan mengumpat dalam hati.     

Kenapa ia sangat tidak beruntung? Semua orang sudah keluar dan ia baru akan meninggalkan tempat ini tepat saat ruangnya hancur!     

Hancur … ruangnya hancur ….     

Pada saat ruang tersebut hancur, ia menyimpan Halcyon dan Si Hitam. Kemudian, ia mengaktifkan penghalang roh dan mengurung diri di dalam. Kalau bukan karena adanya penghalang roh, ia pasti ikut meledak akibat ruang hampa tersebut!     

Beberapa orang di depannya jelas-jelas sudah keluar, tetapi pintu keluar di dekatnya ikut meledak. Berkali-kali ia memaki dan menyumpah serapah dalam hati.     

Namun, walaupun ia sekarang terlindung dalam penghalang roh, itu tetap tidak berguna. Ia benar-benar terjebak dalam ruang hampa dan begitu ia membuka penghalang tersebut, ia pasti akan langsung terluka dan nyawanya pun akan melayang.     

Namun, kalau ia tetap terjebak di situ selamanya, ia tidak akan pernah bisa meninggalkan tempat tersebut dan penghalang rohnya pada akhirnya akan menghilang.     

Apa yang harus ia lakukan?     

"Bum!"     

Ia tidak tahu siapa yang sedang bertempur, tetapi kekuatan pertempuran tersebut beberapa kali mengguncangnya di ruang hampa.     

"Sialan, siapa sih yang sedang bertempur ini! Kalau begini terus, aku benar-benar akan terlempar ke dalam ruang hampa!" Mau tidak mau ia memaki.     

Ia mengarahkan penghalang rohnya untuk perlahan menuju ke pintu keluar. Namun, tidak peduli cara apa pun yang ia gunakan, ia tidak bisa mendekati pintu keluar tersebut.     

Pintu keluar itu jelas-jelas terletak tepat di depannya, tetapi ia tidak bisa mencapainya. Ia nyaris hancur berantakan.     

Terutama karena penghalang rohnya ditekan oleh ruang hampa. Penghalang rohnya menjadi semakin kecil dan sudah menunjukkan tanda-tanda mau runtuh. Selain itu, jarak antara dirinya dan pintu keluar tetap tidak berubah.     

"Krek …."     

Suara tajam tersebut mendarat di telinganya bagaikan gong kematian.     

Ia melolong dengan sedih dalam hati. Ia tidak mungkin sesial ini, kan?!     

"Krek …."     

Suara terbelah itu terdengar sekali lagi, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Ia bisa merasakan celah yang muncul di penghalang rohnya, tetapi ia tidak berhasil menemukan solusi sebelum semuanya hancur berantakan.     

Hatinya hancur bersama hancurnya pintu keluar tersebut. Ia tidak tahu apakah tubuhnya akan ikut hancur bersama ruang hampa itu atau tidak?!     

"Sialan, aku bermain-main dengan terlalu berlebihan kali ini!" jeritnya dalam hati, hanya sekali sebelum akhirnya ia ditelan oleh kehampaan. Ia pun kehilangan kesadaran ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.