The Richman - Can\'t Wait
The Richman - Can\'t Wait
Andrea sempat membuat keributan antara Clark dan Oliver. Entah apa yang di inginkan wanita itu, tapi dia sempat membuat kehebohan dengan kasusnya itu. Sang suami bahkan dengan sukarela menceraikannya karena ternyata semua tuduhan itu palsu dan terakhir Andrea harus menjalani perawatan di rumahsakit karena gangguan kepribadian ganda yang dia alami. Terkadang dia bisa bertindak membahayakan dirinya sendiri, menyakiti dirinya sendiri tapi di lain waktu dia menyalahkan orang lain untuk kekerasan yang dia lakukan untuk dirinya sendiri itu.
Sementara suaminya justru menceraikannya setelah mengungkap fakta yang tak pernah dia ketahui sebelumnya itu, tapi Clark hadir di sana untuk menemani Andrea. Rupanya si aneh Clark memiliki perasaan yang begitu tulus pada Andrea. Dia rutin mengunjungi rumahsakit dan memastikan pemulihan dan perawatan Andrea berjalan normal.
Di sisi lain, Sheina Anthony yang sempat kebingungan dengan situasi yang ada antara Clark, Oliver dan Andrea akhirnya mendapatkan pencerahan setelah menunggu selama dua bulan.
"Ok, sekarang tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian?" Alis Sheina berkerut dalam, mentuntut jawaban Oliver yang selama dua bulan memilih bungkam dan selalu menghindar. Oliver menyalakan mesin mobilnya, karena setelah mereka berkerja di satu gedung, Oliver dan Sheina praktis pulang pergi bersama meskipun mereka tidak tinggal bersama hingga saat ini.
"Mr. Hawkins, I'm waiting for your explanation." Sheina melipat tangannya di dada.
Oliver berdehem sebelum akhirnya menyalakan mobil dan membawa mobilnya keluar dari area parkir gedung.
"Andrea adalah teman sekolah kami. Dia satu kelas dengan Clark, mereka sempat menjalin hubungan entah berapa lama. Tapi saat itu seperti yang pernah kuceritakan, Clark masih sangat populer di sekolah." Terang Oliver.
"Lalu mengapa dia bisa mengenalmu dengan begitu akrab?" Alis Sheina bertaut semakin dalam. Oliver bahkan belum bercerita soal kedatangan Andrea ke apartmentnya, jika hal itu sampai bocor, tentu saja Sheina akan sangat murka.
"Kami sempat berkencan, beberapa bulan." Jawab Oliver.
"Wow, jadi dia mantan pacarmu?" Sheina tersenyum sinis.
"Puluhan tahun lalu." Jawabnya.
"Dan kalian berhubungan sampai berapa lama?" Alis Sheina berkerut.
"Beberapa bulan, sebelum aku kuliah." Jujurnya. "Dia kakak kelasku, setelah lulus dia memutuskan untuk menjadi model profesional dan tidak melanjutkan pendidikannya." jawab Oliver. "Kami putus hubungan dan hubungan kami berakhir." Jawab Oliver. Bagian dimana dia dan Andrea masih bertemu beberapa kali juga sengaja tidak dia bongkar untuk menghindari berbagai pikiran Sheina yang negatif meski sejatinya hubungan mereka tak sejauh itu.
"Dia selalu berpindah-pindah dan tidak menentu. Terkadang mood swingnya bisa sangat drastis, tapi aku juga tak menyadari bahwa itu adalah gejala awal bipolarnya." Oliver menoleh ke arah Sehina sekilas, dia meraih tangan Sheina dan meremasnya.
"Thanks karena kau sudah membujuk Clark untuk menangani kasus perceraian Andrea, akhirnya mereka bisa kembali bersama." Ujar Oliver.
Sheina menatap pria itu, " Kau punya kesempatan untuk kembali bersamanya, mengapa kau menolak?" Tanyanya.
Oliver tersenyum, "Aku menunggu gadis di sebelahku ini melupakan mantan kekasihnya yang seorang mafia setelah lebih dari lima tahun aku berusaha mendapatkannya dan gagal. Dan saat aku memiliki kesempatan itu, tentu sajak tidak akan ku tukar dengan apapun." Ujarnya meyakinkan dan wajah Sheina bersemu merah.
"Oh ya, bisakah kau membantuku mengambil ponselku di dalam dasboard." Pintanya sambil terus menyetir.
"Ponsel, bukankah kau memegangnya tadi?" Alis Sheina.
"Aku lupa menaruhnya di mana." Jawab Oliver. Sheina membuka dasboard di hadapannya dan meraba-raba sampai dia menemukan satu-satunya benda yang ada di dalam sana dan menariknya. Dia melihatnya dan menyadari itu sebuah kotak perhiasan, cepat-cepat dia berniat mengembalikan kotak itu ke dalam dasboard.
"Tidak ada di dalam." Katanya.
"Lalu mengapa kau mengembalikan kotak itu?" Tanya Oliver.
"Karena itu bukan yang kau cari." Jawab Sheina.
"Kau tak bertanya apa isinya?" Tanya Oliver lagi, sementara tatapannya tertuju pada jalanan di depannya. Sheina menghela nafas dalam, "Itu kotak cincin, pasti isinya cincin." Jawabnya dan Oliver terkekeh. "Kau begitu yakin nona muda." Jawabnya. Karena Oliver mengatakan demikian, maka Sheina menjadi penasaran dan membuka kotak itu. Tidak ada cincin di dalamnya, kotaknya pun kosong.
"Kosong." Sheina memutar matanya, "Kau sedang mengerjaiku Mr. Hawkins?" Tanyanya sedikit kesal.
"Mengapa kau selalu terburu-buru dalam memutuskan sesuatu nona muda." Jawab Oliver. "Coba temukan sesuatu di sana." Jawab Oliver dan Shiena menyalakan ponselnya untuk memberikan cahaya ke kotak berwarna hitam itu. Tidak ada apapun, tapi saat dia membalik posisinya, di bagian tutup tertulis, "Would you marry me?"
Sheina menatap Oliver, "Are you kidding me?" Alis Sheina berkerut dalam, dia menutup kotak itu lagi dan Oliver menepikan mobilnya. Dia menyalakan lampu kabin dan mengeluarkan cincinnya dari saku celana. "I can't wait any longer to marry you, Sheina Anthony. And for your info, I don't accept any rejection. No more rejection. " Ucap Oliver dan itu membuat Sheina tersenyum hingga menyentuh matanya dan berakhir dengan mata yang berkaca-kaca setelah dia mengangguk dan mengatakan "No more rejection. I will marry you Oliver Hawkins."
"Finally." Oliver mengecup bibir Sheina, dan menciumnya pada akhirnya. "Kita lanjutkan di apartment, aku tidak ingin ditilang." Ujar Oliver sebelum menyalakan kembali mesin mobilnya dan melanjutkan perjalanan mereka. Sementara sepanjang jalan, mereka tak saling bicara. Sheina menyandarkan kepalanya ke lengan Oliver sementara pria itu menyetir, sesekali dia mengusap wajah Sheina dengan satu tangannya sementara satu tangan yang lainnya berpegangan pada stir untuk memastikan mobil melaju dengan aman.
Oliver dan Sheina tak langsung pulang ke apartment, mereka mampir ke sebuah restoran untuk merayakan apa yang baru saja terjadi. Dan selama menikmati makan malam bersama, mereka membicarakan tentang konsep pernikahan yang mereka inginkan.
Sebenarnya Olvier tidak memiliki banyak permintaan, yang dia inginkan hanyalah segera menjadi suami dari Sheina Anthony, tapi tampaknya Sheina meiliki pernikahan impiannya. Jika Emilia mantan sektretarisnya menikah di Paris, Sheina memiliki impian lainnya. Dia ingin menikah di suatu tempat yang romantis, sepi dan privat. Dia ingin mengusung tema fairytale.
"Kau ingin menikah seperti di negeri dongeng?" Alis Oliver bertaut.
"Ibu sering menceritakan kisah tentang princess yang menemukan pangerannya, dan aku selalu ingin jadi seperti salah satu dari mereka." Jawab Sheina. "Apa itu aneh?" Alis Sehina berkerut.
"No, tentu saja tidak." Geleng Oliver. "Aku hanya tidak menyangka kau memiliki sisi itu." Oliver meraih tangannya dan meremasnya lembut, "Sudah berapa lama kau menyembunyikan sisi lain dari dirimu yang ini." Oliver menatap Sheina.
"Aku tak ingin orang mentertawakanku." jawabnya.
"Aku tidak akan pernah mentertawakanmu." Jawab Oliver. "Aku menyukai semuanya tentangmu, dan tidak akan mentertawakan apapun, apalagi impianmu. I'll support you, as I always do."
"Thank you." Sheina menatap dalam pada Oliver dan mereka berakhir dengan ciuman mesra di mana seluruh restoran itu ternyata sudah di booking oleh Oliver dan hanya ada mereka berdua dengan lilin dan lampu temaram, live music instrumental yang lembut dan makanan yang menggoyang lidah.
"Berapa lama kau mempersiapkan semua ini?" Tanya Sheina begitu mereka selesai dengan makanan utama, sembari menikmati makanan penutup.
"Ada di kepalaku sejak lima tahun lalu." Jawab Oliver jujur dan itu membuat Sheina menatapnya terkagum-kagum. "Apa kau memiliki stock kesabaran yang tak terbatas Mr. Hawkins?" Sheina tersenyum menatap pria itu.
"Unlimited stock." jawabnya dengan candaan dan mereka terkikik berdua. Bukan makan malam elegan yang kaku, tapi ini sangat intimate dan hangat. Sheina begitu menikmati moment bersama Oliver. Ternyata tak butuh waktu lama bagi pria itu untuk merebut hati Sheina dari kenangan masalalunya. Oliver yang sudah benar-benar matang tak bisa ditolak lagi oleh Sheina Anthony.
***
Meninggalkan moment kebersamaan diantara Sheina dan Oliver, di rumahsakit Clark tengah duduk menghadapi Andrea yang baru saja siuman dari suntikan penenang yang diberikan padanya karena dia mencoba mengamuk. Tapi kali ini kondisinya stabil hingga memungkinkan untuknya berkomunikasi dengan Clark.
"Hi." Clark meraih tangan wanita itu.
"Thank you." Mata Andrea berkaca menatap pria yang duduk di samping ranjangnya itu.
"Kau tidak mengalami bipolar seperti diagnosa dokter." Ujarnya, dan itu membuat mata Andrea semakin berkaca. "Apa maksudmu?" Alis Andrea berkerut.
"Ada tumor di kepalamu dan itu menekan otak hingga memincu gangguan emosional yang kau alami selama ini. Dokter akan mengambil tumor itu dan kau akan pulih." Clark meraih tangan Andrea dan mengecupnya.
Wanita itu menangis tersedu mendengar apa yang dikatakan Clark. "Jadi aku tidak gila?" Tanyanya.
"Kau tidak pernah gila." Clark memeluk Andrea erat.
"Aku akan kembali normal?" Tanya wanita itu di tengah isakannya.
"Ya, kau akan kembali normal dan selama proses itu aku akan selalu ada untukmu." Jawab Clark. Pria itu menggulung Andrea dalam pelukannya, matanya juga berkaca. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana Andrea melewati hari-harinya dengan menyangka bahwa dirinya adalah wanita gila. Namun dokter menemukan sebuah tumor yang ukurannya kecil dan tak berkembang selama beberapa waktu dilakukan observasi di rumahsakit, tapi tampaknya tumor itu menekan salah satu jaringan di bagian otak yang mengakibatkan gangguan emosi pada penderitanya. Dan gangguan emosi yang tidak diketahui penyebabnya itu membuat Andrea frustasi karena selama ini dia menyembunyikan semua yang dia rasakan itu dari orang-orang di sekitarnya.
Baru kali ini Andrea mendapatkan pertolongan medis setelah Oliver dan Clark bekerjasama memecahkan kasus dari mantan kekasih mereka berdua itu. Tapi Oliver tidak memiliki tendensi untuk kembali pada Andrea sebaliknya dia hanya prihatin pada wanita yang memiliki gangguan emosional tanpa bantuan selama ini dan cenderung menyakiti dirinya sendiri.
Tak hanya Andrea yang tertolong, tampaknya Clark juga menemukan hidupnya kembali. Dia memiliki harapan untuk hidup dan semangat untuk mengembangkan dirinya dan juga firma hukum yang dimilikinya. Setelah Andrea mendapatkan jadwal operasinya, Clark merencanakan berbagai hal besar untuk kehidupan mereka. Bahkan dia mencairkan sejumlah besar depositonya dan berencana membeli rumah untuk ditinggali bersama Andrea.
Karena wanita malang itu kehilangan dunianya setelah perceraiannya dengan pengusaha kaya raya itu. Dia tak memiliki apapun karena semua asetnya ternyata diatasnamakan sang mantan suami dengan alasan gangguan mental yang dialami isterinya semasa pernikahan sehingga sang isteri sulit mengambil keputusan dalam keadaan sehat secara fisik dan mental. Dengan kata lain, Andrea ditipu mentah-mentah oleh mantan suaminya. Clark mati-matian memenangkan kasus untuk pembagian harta tapi dia kalah di pengadilan dengan semua bukti yang dimiliki lawannya.
Dan sejak saat itu, Clark memilih untuk memberikan kehidupan baru pada wanita yang sudah lama dikenalnya dan tetap dicintainya.
"Setelah kau menjalani operasi, kau akan melewati masa pemulihan dan kita akan kembali ke rumah kita." Ujar Clark.
"Rumah kita?" Alis Andrea berkerut, setelah mereka menemukan kekuatan dan melewati keharuan beberapa saat lalu, akhrinya mereka bisa bicara lagi dengan normal.
"Ya." Clark menunjukkan foto di ponselnya, rumah yang dibelinya tiga hari lalu dari sebagian deposito yang dia miliki.
"Ini indah." Andrea berkaca.
"Kita akan menikah setelah kau pulih." Clark mengeluarkan cincin dari saku celananya dan memasangkannya di jari manis Andrea.
Wanita itu menatap Clark, "Bagaimana jika aku tidak selamat dari operasi itu?" Tanyanya lirih sembari menatap berlian kecil di cincin yang baru saja dipasangkan oleh Clark di jari manisnya itu.
"Kau pasti bisa melewatinya, ingatlah aku menunggumu di luar ruang operasi." Clark mengecup Andrea.
"Setelah semua yang kulakukan padamu." Andrea meraih wajah Clark dan mengusapnya, "Mengapa kau masih menginginkanku?" Tanya Andrea.
"Karena aku mencintaimu." jawab Clark. Pria itu beranjak naik ke ranjang tempat Andrea berbaring dan mereka menghabiskan malam berbaring di ranjang rumahsakit bersama. Clark memberikan pelukan hangat pada Andrea dan memastikan wanita itu berbaring dengan nyenyak dan stabil sebelum besok pagi harus menjalani operasi yang menegangkan.
***
Di apartment Sheina meringkuk di ranjang sementara Oliver baru saja selesai mandi. Seperti beberapa malam terakhir dia selalu memiliki alasan untuk tetap tinggal meskipun Sheina menolak.
"Kau belum tidur?" Tanya Oliver saat melihat Sheina masih membuka matanya dan melihat Olvier mengganti handuk yang melilit pinggangnya dengan boxer dan juga kaos oblong.
"Mengapa kau selalu punya alasan untuk tidak pulang?" Tanya Sehina.
"Karena tidak ada yang menungguku di rumah." Jawab Oliver sebelum dia merangkak naik ke ranjang dan menggoda Sheina dengan rambut basahnya hingga wanita itu terkikik geli saat Oliver membenamkan kepalanya yang setengah basah ke dada Sehina.
"Kau membasahiku." Protes Sheina.
"Kau tidak bisa tidur dengan pakaian basah." Olvier menatap Sheina. "lepaskan saja, biar ku bantu." Godanya dan Sheina terkikik kembali. "Sial, kau menipuku." Sheian menjerit geli saat Oliver melucuti lingerie yang dia kenakan.
"Kau akan menyukainya." Bisik Oliver di telinga Sheina sebelum dia menghujani Sheina dengan ciuman dan sentuhan yang kenikmatannya membuat Sheina kewalahan.