Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Godaan yang Mematikan



Godaan yang Mematikan

2Di dalam hati, Mo Yesi membayangkan jika ia menindih Qiao Mianmian yang duduk di kursi kulit hitam itu. Bagaimana rasanya, ya? Hanya memikirkannya saja sudah membuat tubuhnya beraksi.     

"Mo Yesi ... kau ... mengapa kau ..." Qiao Mianmian tidak tahu apa yang sedang dipikirkan pria di sampingnya. Kedua matanya membelalak cukup lebar. Dari sorot matanya menunjukkan apabila Qiao Mianmian sedang panik. Ada juga perasaan gugup karena ketahuan melakukan hal buruk.     

"Wei Zheng bilang kau sudah sampai di tempat ini," kata Mo Yesi tenang. Mo Yesi menendang jauh-jauh bayangan tidak senonoh di dalam kepalanya. Ia menunduk dan menatap balik Qiao Mianmian dengan pandangan lembut, mengesampingkan sorot panik di mata gadis tersebut. "Jadi aku datang untuk memastikan," lanjutnya.     

"Apa ... apa benar begitu?" Mata Qiao Mianmian berkedip cepat. Ia teringat pada bualannya barusan, membuat dirinya bingung harus memasang ekspresi semacam apa.     

Mo Yesi pasti mendengarnya. Mo Yesi mendengar bagaimana Qiao Mianmian mengarang kebohongan dan membesar-besarkan betapa Mo Yesi mencintainya di depan teman masa kecil pria itu. Tapi, tampaknya Mo Yesi tidak bermaksud menyanggah. Apakah Mo Yesi berniat menyelamatkan dirinya agar tidak sampai dipermalukan?     

"Iya." Mo Yesi seperti tidak melihat bahwa di dalam kantor masih ada satu orang lagi yang sedang berdiri. Sejak ia berjalan masuk sampai sekarang berdiri di samping kursi, tatapannya terus melekat pada Qiao Mianmian seorang. Mo Yesi juga hanya bicara dengannya seorang.     

"Wei Zheng bilang kau membelikan kue untuknya. Dia baru saja mencicipi dan kuenya sangat enak. Di mana kue untukku? Aku juga ingin mencobanya." Ada senyuman ringan di bibir tipis Mo Yesi. Pria itu mengulurkan tangan di depan Qiao Mianmian dan meminta kue jatahnya.     

Qiao Mianmian tidak tahu apakah Mo Yesi benar-benar tidak melihat Shen Rou atau sebenarnya menyadari keberadaan wanita itu tapi sengaja tidak memedulikannya. Bagaimanapun, sikap tidak peduli Mo Yesi terhadap Shen Rou membuat hatinya terasa sangat tenang. Ia melirik Shen Rou yang berdiri tidak jauh di belakang Mo Yesi. Ekspresi di wajahnya kini benar-benar suram.     

"Kau pasti dapat bagian," balas Qiao Mianmian. Ia pun mengalihkan pandangan dari Shen Rou dengan perasaan senang. Tiba-tiba Qiao Mianmian ingin menyiramkan bensin ke dalam api lagi, agar kemarahan dan kecemburuan Shen Rou semakin membara.     

Qiao Mianmian mengambil tas kue yang ia letakkan di atas meja, kemudian mengangkat sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman, dan berkata dengan sangat manis, "Aku juga tidak tahu kau suka rasa apa, jadi aku beli yang biasa kumakan. Kue ini rasa stroberi. Jika kau tidak suka ..."     

"Aku suka," potong Mo Yesi cepat, tidak memberikan kesempatan pada istrinya untuk menyelesaikan kalimat.     

Sebelum Qiao Mianmian selesai berbicara, Mo Yesi sudah mengambil tas kue itu dan mengeluarkan satu potong kue mousse stroberi. Ia menatap Qiao Mianmian dengan pandangan memohon dan menyerahkan sendok kue padanya. "Suapi aku," pintanya.     

Qiao Mianmian terdiam, tak tahu harus menjawab apa.     

Saat Mo Yesi berkata padanya untuk meminta disuapi dengan suara rendah dan nada yang sangat manja seperti ini, Qiao Mianmian merasa hatinya bagaikan terkena percikan listrik. Jantungnya berdegup sangat cepat.     

Qiao Mianmian sedikit melongo kala melihat wajah tampan namun dingin dari pria di depannya. Ia merasa jantungnya berdetak dengan liar. Mo Yesi yang bersikap manja padanya terlalu menggoda. Itu adalah godaan yang sangat mematikan. Mana mungkin Qiao Mianmian bisa menolak permintaannya?     

"Sayang," panggil Mo Yesi lagi setelah melihat Qiao Mianmian tidak bereaksi apa-apa. Bibir tipisnya melengkung menjadi senyuman tipis, lalu Mo Yesi memaksa Qiao Mianmian memegang sendok. Suara yang dikeluarkan oleh Mo Yesi semakin lama semakin terdengar menggoda. "Suapi aku."     

Berhadapan dengan sepasang mata gelap Mo Yesi yang sedalam lautan, Qiao Mianmian merasa seperti ada sebuah jurang yang hampir menarik jiwanya. Otaknya kosong seketika.      

Seolah tergoda oleh suara Mo Yesi, Qiao Mianmin tidak bisa menahan diri lagi dan langsung menyendokkan satu sendok kue dan menyuapi ke mulut Mo Yesi. Pria itu tersenyum. Ia membuka mulutnya dan dengan perlahan menggigit sendok kecil berwarna pink itu. Kemudian, seraya melihat wajah Qiao Mianmian yang memerah dengan jantung berdetak kencang, Mo Yesi menghabiskan kue di sendok dengan gigitan-gigitan kecil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.