Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Jangan Khawatir untuk Menyerahkan Dirimu Kepadaku



Jangan Khawatir untuk Menyerahkan Dirimu Kepadaku

1"Aku dulu pernah menyukainya, tapi itu benar-benar pernah terjadi. Dia selingkuh dengan adikku dan secara pribadi memutuskan hubungan kami yang sudah berjalan selama sepuluh tahun. Bagaimana mungkin aku bisa tetap menyukainya? Kecuali jika aku adalah seorang perempuan jalang."     

"Mo Yesi. Tolong percayalah padaku, oke?" kata Qiao Mianmian dengan tatapan mata yang tulus dan tidak terhalang apapun, "Aku mengakui bahwa aku pernah berpikir untuk menceraikanmu sebelumnya karena menurutku pernikahan kita ini tidak akan bertahan lama. Tapi...."     

"Tapi, bagaimana? Bagaimana menurutmu sekarang?"     

Mata hitam pekat Mo Yesi mengunci Qiao Mianmian. Ia melihat jejak ketidaksabaran di mata pria itu. Meskipun penampilan Mo Yesi tidak jelas, ia masih bisa melihatnya. Mo Yesi tidak sabar ingin mengetahui jawabannya.     

Qiao Mianmian mengerutkan bibir bawahnya dan kemudian memikirkannya dengan serius, "Sekarang aku tidak akan memikirkan tentang perceraian lagi. Mo Yesi, aku akan benar-benar mencoba menerimamu dan menerima pernikahan kita. Terlepas dari hasilnya baik atau buruk, aku ingin mencoba menjalaninya dengan serius."     

"Tidak akan ada hasil yang buruk," kata Mo Yesi.     

Begitu Qiao Mianmian selesai berbicara, pria itu memeluknya dengan erat. Ia mendengar jantung Mo Yesi berdetak lebih cepat dari sebelumnya, "Sayang, jangan khawatir untuk menyerahkan dirimu kepadaku. Aku berjanji kau tidak akan menyesalinya. Percayalah padaku. Aku menganggap pernikahan ini lebih serius dari apapun. Terima kasih karena telah membuat keputusan seperti itu. Aku sangat senang. Sayang, terima kasih banyak."     

Mo Yesi dengan hati-hati memegangi wajah Qiao Mianmian, seolah-olah ia sedang memegang barang yang rapuh. Gerakannya penuh dengan kasih sayang. Ia menundukkan kepalanya, mencium sudut mata Qiao Mianmian yang memerah, dan berkata, "Sayang, terima kasih telah memaafkanku dan bersedia memberiku satu kesempatan. Aku akan menggunakan tindakan nyata untuk membuktikan bahwa pilihanmu tidak akan pernah salah."     

Bibir hangat dan lembut pria itu mendarat di sudut bibir Qiao Mianmian, tetapi Qiao Mianmian merasa Mo Yesi seperti sedang mencium hatinya. Qiao Mianmian dapat merasakan rasa manisnya. Penderitaan, keluh kesah, kesedihan, dan semua emosi negatif sebelumnya lumer dan bercampur dalam ciuman lembut ini.     

Qiao Mianmian ragu-ragu, lalu mengulurkan tangan mungilnya dan membungkus pinggang kurus Mo Yesi dengan lembut. Pria yang dipeluknya tampak menjadi kaku. Mo Yesi melirik ke arah Qiao Mianmian sambil memanggil dengan suaranya yang rendah dan seksi, "Sayang…"     

Qiao Mianmian sedikit malu. Ia jarang mengambil inisiatif, kecuali saat terakhir kali ia mendadak impulsif dan berinisiatif mencium Mo Yesi. Setelah itu, ia tidak lagi berinisiatif melakukan sesuatu.     

Qiao Mianmian masih sedikit malu ketika ia berinisiatif untuk memeluk Mo Yesi kali ini. Ketika sepasang mata yang dalam dan suram itu menatapnya, wajahnya sedikit panas dan ia mengerucutkan bibirnya, "Um… Itu, aku… Wah."     

Begitu bibir lembut Qiao Mianmian terbuka, pria itu mengangkat dagunya dan mencium dalam-dalam. Ciuman ini lebih bersemangat dan intens dari sebelumnya. Itu adalah ciuman dalam yang hampir membuatnya tercekik. Mo Yesi mencium Qiao Mianmian sampai ia tersipu malu, jantungnya berdegup kencang, dan seluruh tubuhnya gemetar.     

Mo Yesi mengulurkan tangannya, membelai wajah mungil Qiao Mianmian yang memerah, dan berkata dengan suara serak, "Selain itu, kau juga jangan khawatir tentang Shen Rou. Aku sudah berbicara dengan jelas kepadanya. Aku yakin dia tidak akan melakukan hal-hal yang tidak rasional lagi."     

Qiao Mianmian bersandar lemah di dada Mo Yesi dan napasnya masih terengah-engah. Saat ia mendengar Mo Yesi tiba-tiba menyebutkan tentang Shen Rou, ia tiba-tiba mengangkat kepalanya, "Kau… Kau sudah menjelaskan kepada Shen Rou dengan jelas? Bagaimana kau mengatakan itu padanya?"     

Mo Yesi menatap Qiao Mianmian dengan lembut, "Aku tidak mengatakannya secara gamblang. Lagi pula, dia seorang perempuan, jadi aku juga harus menyisakan harga dirinya. Tapi, Shen Rou pasti mengerti maksud perkataanku."     

"...Baiklah," jawab Qiao Mianmian. Padahal, ia sebenarnya ingin mengatakan bahwa ia tidak menganggap perkataan Shen Rou terlalu serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.