Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Kecemburuan Ini Agak Tidak Bisa Dijelaskan



Kecemburuan Ini Agak Tidak Bisa Dijelaskan

0Saking sibuknya, Mo Shixiu pasti tidak punya banyak waktu untuk tinggal di rumah.     

Mo Yesi mengoreksi, "Itu kakakmu juga."     

"Eh… Kalau begitu, apakah Kakak tertua sangat jarang ada di rumah?"     

Mo Yesi menurunkan pandangan dan menatap Qiao Mianmian, lalu balik bertanya, "Kau tampaknya sangat peduli dengan Kakak tertua?"     

Nada bicara Mo Yesi sangat santai dan terdengar seperti biasa saja. Tetapi, Qiao Mianmian yang sudah mulai memahami temperamen Mo Yesi bisa mendengar sedikit kecemburuan. Qiao Mianmian pun terdiam, "....."     

Tidak mungkin. Mo Yesi bahkan cemburu dengan Kakak tertuanya sendiri? Padahal, aku hanya menanyakan beberapa kata dengan santai? pikir Qiao Mianmian. Ia dan Mo Shixiu bahkan belum pernah bertemu. Kecemburuan ini tidak bisa dijelaskan.     

"...Tidak. Aku hanya sembarang bertanya. Kau boleh jika tidak mau menjawab," kata Qiao Mianmian.     

Mo Yesi menatap wajah Qiao Mianmian yang putih dan lembut selama beberapa detik, merapatkan bibirnya, lalu berkata, "Kakak sangat sibuk. Dalam satu bulan, sudah termasuk lumayan jika dia bisa pulang ke rumah satu atau dua hari. Jika kau ingin bertemu dengannya, aku akan memberitahunya dan memintanya meluangkan waktu untuk kembali."     

Bagaimana mungkin Qiao Mianmian berani mengatakan sesuatu seperti itu di depan Mo Yesi si pencemburu buta? Saat ia bertanya dengan santai sebelumnya, Mo Yesi cemburu. Jika sekarang jika ia mengatakan lagi bahwa ia ingin bertemu dengan Mo Shixiu, kecemburuan Mo Yesi akan benar-benar semakin terjadi.     

"Um… Lebih baik lupakan saja. Lagi pula, Kakak Tertua begitu sibuk. Jangan ganggu pekerjaannya. Aku juga tidak terlalu ingin bertemu dengannya," kata Qiao Mianmian. Namun, begitu ia selesai berbicara, ia merasa bahwa kalimat ini sepertinya sedikit tidak tepat. Ia pun segera menambahkan, "Maksudku adalah jika dia ada waktu, baru kita bertemu dengannya. Jika tidak ada waktu, maka lupakan saja. Tidak perlu secara khusus memintanya datang."     

Menteri muda dari departemen militer yang bermartabat secara khusus diminta kembali untuk bertemu dengan Qiao Mianmian yang hanya seorang orang biasa. Bukankah itu membuang-buang waktu?     

Meskipun Mo Yesi benar-benar ingin melakukan ini, ia tidak akan berani menikmati perlakuan khusus ini. Selain itu, Qiao Mianmian merasa bahwa ia mungkin takut pada Mo Shixiu. Orang yang terlihat sangat serius di televisi pasti memiliki aura yang lebih menakutkan di kehidupan nyata.     

Nenek Mo melihat Qiao Mianmian dan Mo Yesi terus berbisik. Sebuah senyum kegembiraan dan kelegaan terbit di wajahnya saat ia berkata pada Ibu Mo, "Wen Pei, jika kau melihat pasangan muda ini, hubungan mereka sebagai pengantin baru benar-benar sangat baik. Berbisik-bisik terus dan tidak selesai. Tidak tahu juga apa yang dibicarakan mereka."     

Bagi Nenek Mo, melihat cucu tercintanya melewati peristiwa besar dalam hidupnya dengan lancar dan sangat menyayangi istri barunya adalah hal yang luar biasa. Tentu saja, jika pasangan muda ini bisa memberinya cicit lebih cepat, salah satu keinginannya akan terpenuhi. Semuanya akan lebih lengkap dan sempurna.     

Ibu Mo menggerakkan sudut bibirnya sambil tersenyum dan menjawab, "Iya, iya."     

Meskipun Ibu Mo agak tidak puas, ia tidak berani menunjukkannya terlalu jelas di depan Nenek Mo. Sekarang wanita tua itu puas dengan Qiao Mianmian ini dalam segala hal. Jika Ibu Mo mengungkapkan ketidakpuasan saat ini atau mengatakan sesuatu yang menentangnya, ia akan menyinggung Nenek Mo.     

Meskipun Ibu Mo merupakan menantu perempuan di kediaman keluarga Mo dan juga menjadi ibu mertua, Nenek Mo sekarang yang menjadi tuan rumah di sini. Sebagai menantu, Ibu Mo tidak punya banyak hak untuk berbicara.     

"Nenek, aku baru saja memberitahu Mianmian bahwa kau sangat menyukainya," kata Mo Yesi.     

Mo Yesi berjalan dengan Qiao Mianmian di pelukannya. Pelayan pun segera melangkah maju dan menarikkan kursi makan itu.     

"Benarkah?" Nenek Mo tertawa.     

"Nah, Mianmian sangat senang mendengarnya."     

Ketika Nenek Mo berjalan ke meja makan, Mo Yesi melihat ke arah posisi di samping wanita tua itu dan berbisik kepada Qiao Mianmian, "Kau bisa duduk bersama-sama di samping Nenek. Dulu aku satu-satunya yang bisa menikmati perlakuan ini, tapi sekarang sudah bertambah satu orang yaitu kau sebagai menantu perempuan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.