Aku dan Dia Sudah Tidak Mungkin
Aku dan Dia Sudah Tidak Mungkin
"Aku juga tidak tahu," jawab Su Ze sambil mengerutkan kening, "Tapi, jika itu bukan masalah yang merepotkan, Jiang Luoli tidak akan datang kepadaku untuk meminta bantuan. Jadi…"
"Aku mengerti maksudmu." Qiao Anxin menepuk punggung Su Ze dengan tenang dan berkata dengan simpati, "Jika kakakku benar-benar dalam masalah, tentu saja kita harus membantunya. Tapi, sebelum itu, aku rasa kita harus memahami dulu apa yang terjadi sebelum mengambil keputusan. Bagaimana menurutmu?"
"Maksudmu adalah…"
"Aku dan Kakak kuliah di kampus yang sama. Aku juga memiliki banyak teman di kampus, jadi begini saja. Biar sekarang aku telepon temanku dan menyuruhnya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Jika Kakak benar-benar dalam masalah yang merepotkan, temanku tidak mungkin tidak peduli dan hanya menonton. Aku akan memintanya membantu Kakak. Itu akan jauh lebih cepat daripada kita sendiri yang pergi ke sana sekarang. Benar, kan?"
Su Ze berpikir sejenak dan merasa bahwa apa yang dikatakan Qiao Anxin masuk akal. Ia akhirnya mengangguk dan berkata, "Oke. Kalau begitu kau bisa menelepon dan bertanya."
Semenit kemudian, Qiao Anxin menutup telepon sambil tersenyum. Kemudian, ia berkata pada Su Ze, "Aku sudah mengerti dengan jelas. Itu hanya perselisihan kecil antara teman sekelas, jadi tidak perlu khawatir."
Su Ze jelas langsung tercengang. "Hanya perselisihan kecil antara teman sekelas?" tanya Su Ze yang nyaris tidak percaya. Ia pun melanjutkan dalam benaknya, Kalau begitu, kenapa Jiang Luoli tampak begitu serius?
"Ya," jawab Qiao Anxin. Ia meraih lengan Su Ze, bersandar pada pria itu, dan berkata dengan nada yang agak tidak berdaya, "Untuk apa aku membohongimu? Dia adalah kakak kandungku. Jika dia benar-benar ditindas orang lain, apakah aku bisa tidak mengkhawatirkannya?"
"Tapi…"
"Kakak Aze," Qiao Anxin menghela napas lagi dan berkata dengan suara pelan, "Ada sesuatu, tapi aku tidak tahu harus mengatakannya atau tidak."
Su Ze menatap Qiao Anxin dan bertanya, "Apa yang ingin kau bicarakan?"
Qiao Anxin menggigit sudut bibirnya dan matanya kini tampak sedikit kesal. "Menurutku, kakakku masih memikirkanmu. Kak Aze, kau sangat baik, jadi dia pasti tidak mau meninggalkanmu seperti ini. Dia sekarang mulai membuat alasan dan ingin mengajakmu bertemu. Kalau tidak, aku benar-benar tidak mengerti lagi. Itu hanya pertengkaran kecil antar teman sekelas. Kenapa dia memintamu untuk pergi ke sana?!"
Su Ze tercengang. Entah kenapa, setelah mendengar kata-kata Qiao Anxin, secercah kegembiraan yang tak terduga muncul di dalam hatinya. Ia mulai berspekulasi dalam hati, Apakah Qiao Mianmian masih merindukanku? Apakah ini berarti dia masih memiliki perasaan terhadapku dan tidak bisa melupakanku? Ketidakpedulian dan keterasingan di hadapannya semua berpura-pura. Ya, pasti seperti itu.
Qiao Mianmian selalu menjadi gadis yang sombong. Bagaimana mungkin ia tidak marah, tidak mengeluh, atau tidak membenci Su Ze ketika menghadapi pengkhianatannya? Tetapi, itu bukan berarti ia tidak mencintai Su Ze lagi. Mereka menjalin hubungan dan saling berbagi rasa selama bertahun-tahun. Bagaimana mungkin begitu Qiao Mianmian langsung dapat melupakan Su Ze semudah ia mengatakannya?
Hati Su Ze berubah menjadi bahagia begitu ia memikirkan hal ini. Namun, ia segera menyembunyikan secercah kegembiraan di dalam hatinya. Ia mengulurkan tangannya dan meraih Qiao Anxin dalam rangkulannya, "Sayang, apakah kau cemburu? Aku sudah bersamamu sekarang. Sekarang, hanya ada kamu di hatiku. Tidak peduli apa yang Mianmian pikirkan, aku dan dia sudah tidak mungkin."
"Kak Aze," Qiao Anxin menggigit bibirnya dengan menyedihkan, lalu mengulurkan tangannya untuk memeluk Su Ze, "Aku tahu hanya ada aku di dalam hatimu, tapi aku masih merasa takut."
"Apa yang kau takutkan?" Su Ze merasa kasihan saat melihat gadis kecil yang malang dengan mata memerah di lengannya. Ia menundukkan kepalanya, mencium kening Qiao Anxin, dan berkata dengan lembut, "Aku dan hatiku, semuanya adalah milikmu. Apa lagi yang harus kau takutkan?"