Tidak Dapat Mengingat Banyak Hal
Tidak Dapat Mengingat Banyak Hal
Melihat sosok kurus dan tinggi Mo Yesi berjalan ke kamar mandi, Qiao Mianmian tertegun selama beberapa detik. Wajahnya terasa panas hingga kulit putih dan lembutnya sedikit memerah.
Jadi… Ketika Mo Yesi datang untuk menemuiku, dia sudah berencana untuk tinggal bersamaku malam ini? Pria ini... ternyata sudah merencanakannya dengan baik lebih awal. Dan dia akan tidur bersama denganku malam ini, batin Qiao Mianmian.
Lampu kamar mandi menyala, lalu segera terdengar suara air mengalir. Pintu kaca kamar mandi merupakan kaca bertekstur buram. Tidak terlihat pemandangan apapun dari luar ke dalam. Namun, bayangan samar masih bisa terlihat.
Begitu Qiao Mianmian mengangkat kepalanya, ia langsung dapat melihat sosok Mo Yesi. Di seberang pintu kaca, pria itu tampak sedang membuka baju. Baju bagian atasnya sudah terbuka, kemudian lanjut ke bagian bawahnya.
Tubuh bagian atas Mo Yesi terlihat sangat halus dan sangat seksi. Ketika pria itu mengangkat tangannya, Qiao Mianmian bahkan bisa melihat otot-otot di lengannya. Tubuh pria itu terlihat sangat kokoh dan juga sangat kuat.
Pemandangan yang Qiao Mianmian lihat membuat jantungnya berdetak semakin cepat. Wajahnya semakin memerah dan semakin memanas. Tidak tahu kenapa, ia tiba-tiba teringat malam saat mereka bergumul. Bahwa, meskipun Qiao Mianmian hampir melupakannya dengan sengaja, ia kembali teringat malam itu.
Malam itu, Qiao Mianmian merasa bingung dan tidak bisa mengingat banyak hal. Tetapi, ia ingat bahwa pria yang merampas keperawanannya juga merupakan sosok yang luar biasa. Tangan Qiao Mianmian juga telah menyentuh bagian panas tubuh pria itu dengan gerakan maju mundur secara perlahan. Pria itu tidak hanya memiliki otot dada, tetapi juga otot perut.
Hanya dengan sentuhan tangannya saja, Qiao Mianmian bisa merasakan bahwa tubuh pria itu sangat seksi. Suaranya juga sangat seksi. Dalam ingatan Qiao Mianmian yang samar, pria itu menekan telinganya dan memanggilnya sayang. Suara terengah-engah yang pria itu keluarkan ketika ia sedang emosional… Hanya memikirkannya saja membuat jantung Qiao Mianmian berdegup kencang dan wajahnya memerah.
Qiao Mianmian tidak benar-benar mengingat dengan jelas suara pria itu. Tetapi, ketika Mo Yesi memanggilnya sayang, ia langsung teringat pada pria itu. Saat Qiao Mianmian menyadari bahwa ia benar-benar membayangkan Mo Yesi dan pria menjijikan yang telah merampas keperawanannya itu sebagai orang yang sama, ia mengerutkan kening dan segera menghilangkan pemikiran seperti ini.
Bagaimana mungkin Mo Yesi adalah pemerkosa itu? Bagaimana mungkin pria yang memiliki identitas seperti Mo Yesi melakukan hal-hal yang memaksa orang lain? Qiao Mianmian menyangkal dalam hati. Ia langsung menyimpulkan bahwa hal itu tidak akan mungkin.
Saat sembarangan memikirkan hal ini, wajah Qiao Mianmian memerah dan ia menarik kembali pandangannya dan tidak berani melihat lebih jauh lagi. Ia beralih ke kopernya dan sedang bersiap merapikan barang bawaannya. Namun, tiba-tiba ia mendengar nada dering. Ponsel yang berdering adalah ponsel Mo Yesi.
Ponsel yang berdering tiba-tiba akhirnya menarik jiwa Qiao Mianmian kembali dari lamunannya. Ia ragu-ragu selama beberapa detik saat mendengar ponsel berdering berulang kali. Lalu, ia berbalik badan dan berjalan.
Ponsel Mo Yesi diletakkan di samping tempat tidur. Qiao Mianmian mengambilnya dan melihat nama Yan Shaoqing tertera di layar. Qiao Mianmian langsung teringat bahwa Mo Yesi pernah mengatakan bahwa ia memiliki seorang teman yang merupakan tuan muda dari keluarga Yan. Seharusnya pria ini bernama Yan Shaoqing.
Qiao Mianmian mengetahui keluarga Yan. Keluarga ini merupakan salah satu keluarga paling terpandang di Yuncheng. Sama seperti keluar Mo, mereka adalah keluarga yang sangat terkemuka dari lingkaran politik dan bisnis.
Ponsel Mo Yesi masih berdering. Qiao Mianmian masih mendengar suara air yang mengalir dari dalam kamar mandi. Ia masih dilanda keraguan selama beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk mengangkat telepon.
Suara yang mengeluh segera terdengar dari ujung telepon, "Kakak Kedua, bukankah kau bilang kau akan membawa Kakak Ipar untuk menemui kami? Mengapa orangnya belum datang? Takut karena kami yang tidak terpelajar ini? Kami sudah mengusir wanita-wanita cantik untuk menyambut Kakak Ipar. Bisa kau bayangkan betapa jenuh dan bosan jika sekelompok pria hanya duduk di sana sambil minum? Jangan bilang kau tidak akan datang."