Dia Benar-benar Ketakutan
Dia Benar-benar Ketakutan
"Oke, oke, oke, makan dulu." Mo Yesi tahu jika terus menggoda anak kucing kecil di dalam pelukannya itu akan membuatnya jengkel. Mo Yesi tentu memiliki batasan sendiri. "Tapi, aku tidak ingin pergi makan keluar. Tetap di dalam kamar, dan cukup pesan takeaway saja."
"Kalau begitu, bisakah kau membiarkanku menyalakan lampu dulu?"
"Pergi ke kamarku saja." Mo Yesi melipat tangan panjangnya merangkul pinggang Qiao Mianmian, sekaligus membawa Qiao Mianmian berjalan keluar. "Aku sudah memesan kamar lain, kamarmu terlalu sempit."
Qiao Mianmian tidak mengatakan apapun, ia hanya ikut pergi keluar bersama dengan Mo Yesi.
Sebenarnya kamar yang Qiao Mianmian tempati sama sekali tidak kecil. Tapi mungkin benar-benar terlalu kecil bagi Mo Yesi. Saat bepergian, pria ini memang terbiasa menginap di kamar tipe presiden.
*
Mo Yesi dan Qiao Mianmian tiba di lantai atas.
Mo Yesi memasukkan kartu untuk membuka pintu, lalu melepaskan rangkulannya. Mo Yesi meminta Qiao Mianmian masuk lebih dulu.
Saat Qiao Mianmian sampai di ruang tamu, Qiao Mianmian melihat Mo Yesi berjalan ke arahnya dengan seikat mawar merah muda di tangan. Mo Yesi berjalan ke depan Qiao Mianmian, lalu menyerahkan bunga itu kepada Qiao Mianmian. "Saat perjalanan ke sini, aku melewati sebuah toko bunga, lalu aku beli seikat bunga ini untukmu."
Qiao Mianmian menerima bunga dari tangan Mo Yesi dan merasa ini agak konyol. Mo Yesi benar-benar tipikal pria lurus. Mo Yesi juga pernah memberikan bunga untuk Qiao Mianmian karena Qiao Mianmian sangat suka, kemudian Mo Yesi akan mengirimkannya seperti ini setiap saat. Apalagi yang dikirim oleh Mo Yesi bunga mawar merah muda dan tidak pernah berubah.
Sebenarnya, selain mawar merah muda, banyak jenis bunga lain yang Qiao Mianmian juga suka.
"Terima kasih, suamiku, aku sangat suka." Meskipun pemikiran pria ini sangat lurus, Qiao Mianmian berjinjit dan mencium lembut pipi pria itu.
Saat Mo Yesi melewati toko bunga, Mo Yesi masih teringat untuk membelikan bunga untuk Qiao Mianmian. Itu menunjukan bahwa di dalam hati Mo Yesi setiap saat dan setiap waktu selalu ada Qiao Mianmian. Perasaan diingat oleh seseorang itu memang sangat luar biasa.
Saat Qiao Mianmian hendak mundur, Mo Yesi justru memeluknya, merangkul pingganya dengan erat dan membiarkan Qiao Mianmian menyerahkan diri ke hadapan Mo Yesi. Mo Yesi menundukkan kepala dan mengembuskan napas hangat di salah satu sisi pipi Qiao Mianmian. "Kau barusan memanggiku apa? Aku tidak mendengar dengan jelas, tolong ulangi sekali lagi."
Mo Yesi sangat menyukai, panggilan 'suamiku' yang sangat lembut itu.
Qiao Mianmian tersenyum sambil melototinya. "Kau barusan sudah mendengar dengan jelas, pasti sudah mendengar dengan jelas."
"Tidak." Mo Yesi tidak mengakuinya. Mo Yesi membuka matanya dan berbicara asal-asalan, namun masih terlihat cukup serius, "Aku benar-benar tidak mendengar dengan jelas. Sayang, katakan sekali lagi, ya?"
"Tidak!"
Kekuatan Mo Yesi merangkul Qiao Mianmian terlalu besar. Qiao Mianmian mengulurkan tangan untuk mendorong Mo Yesi. "Mo Yesi lepaskan aku, aku ingin meletakkan bunga ini dulu."
"Panggil dulu, baru aku akan melepaskanmu."
Mo Yesi sangat mendominasi dan menolak melepaskan tangannya. Wajah tampannya semakin mendekat ke arah Qiao Mianmian, dan napasnya berubah menjadi sangat panas. "Barusan kau sudah memanggilku seperti itu, mengapa sekarang jadi malu?"
Qiao Mianmian memberinya tatapan konyol. "Bukankah kau baru saja mengatakan tidak mendengar dengan jelas?"
"Iya, tidak terlalu jelas, tapi sepertinya aku mendengar kau memanggilku suami tadi? Sayang, beritahu aku, apakah aku salah mendengar?"
Jarak Mo Yesi dan Qiao Mianmian semakin dekat. Wajah tampan Mo Yesi sedikit demi sedikit menghapus jarak dengan Qiao Mianmian.
Qiao Mianmian dapat merasakan napas yang Mo Yesi embuskan semakin lama semakin panas. Qiao Mianmian terkejut. Saat Qiao Mianmian mengangkat kepalanya dan bertemu dengan mata Mo Yesi yang tajam, hati Qiao Mianmian menjadi panik. Qiao Mianmian merentangkan tangan Mo Yesi dan buru-buru memanggilnya, "Suamiku!"
Qiao Mianmian benar-benar ketakutan.
Tadi malam, Qiao Mianmian dapat merasakan kalau Mo Yesi terus menekan nafsunya. Mo Yesi jelas-jelas sangat ingin menyentuh Qiao Mianmian, tapi Mo Yesi terus menahan nafsu tersebut. Pasti menahan rasanya sangat tidak nyaman.
Saat Qiao Mianmian melihat tatapan mata Mo Yesi saat ini, seketika kaki Qiao Mianmian melunak. Qiao Mianmian merasa ... dirinya masih belum pulih.