Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Difoto Diam-diam



Difoto Diam-diam

1Sorot mata dingin Mo Yesi berangsur-angsur menghangat. Setelah terdiam selama beberapa detik, ia mengangguk. "Baiklah."     

Qiao Mianmian akhirnya menghela napas lega. Ia melepaskan tangan Mo Yesi, lalu mengganti dengan menggenggam tangan Mo Yesi. "Kalau begitu, ayo kita pergi."     

Su Ze masih berbaring di lantai, tidak bergerak sama sekali, seperti sedang pingsan.     

Tapi saat Qiao Mianmian menggenggam tangan Mo Yesi lalu berbalik badan dan pergi, tubuh Su Ze baru bergerak. Sudut bibir Su Ze juga ikut bergerak-gerak dan mengeluarkan suara yang lemah, "Mianmian, jangan pergi."     

Emosi yang baru saja ditekan oleh Mo Yesi meningkat lagi. Mo Yesi menggenggam tangan Qiao Mianmian dengan sangat erat, berbalik badan dengan jejak senyuman dingin di sudut bibirnya. "Su Ze, jika kau sungguh ingin mati, aku akan menghabisimu sekarang."     

"Mo Yesi, ayo kita pergi," pinta Qiao Mianmian.     

Qiao Mianmian khwatir begitu emosi Mo Yesi meningkat kembali, Mo Yesi akan main tangan lagi.     

Mata Su Ze tampak tidak terlalu fokus. Su Ze hanya melirik Mo Yesi dengan tatapan melayang, kemudian sorot matanya jatuh pada tubuh Qiao Mianmian. Su Ze membuka mulutnya dan berkata, "Aku ... aku akan selalu menunggumu. Mianmian, aku ... aku tidak akan menyerah begitu saja."     

"Terserah."     

Qiao Mianmian mengucapkan kata-kata ini, lalu buru-buru menarik Mo Yesi dan pergi.     

Saat mereka berbalik, beberapa orang yang sedang memegang ponsel sambil memvideokan mereka juga berbalik dan buru-buru menyelinap pergi.     

Qiao Mianmian berbalik badan, kebetulan ia melihat punggung beberapa orang yang tiba-tiba pergi. Ia mengernyitkan dahi dan muncul firasat buruk di dalam hatinya. "Mo Yesi, apakah ada seseorang yang menyelinap memfoto kita barusan?"     

Wajar saja jika ada orang yang memfoto. Lagipula, tempat mereka berada sama sekali bukan tempat rahasia. Ini adalah tempat orang berlalu-lalang.     

Qiao Mianmian barusan tidak memperhatikan, sekarang ia mulai khawatir. Jika benar-benar ada orang yang menyelinap memfoto saat Mo Yesi memukul Su Ze barusan, bukankahdirinya juga ikut difoto? Semakin ia memikirkannya, ia semakin merasa khawatir. "Bagaimana jika benar-benar difoto? Kau barusan ..."     

Mo Yesi juga melihat punggung beberapa orang yang buru-buru pergi. Mo Yesi juga menebak, ia pasti difoto. Dibandingkan dengan kekhawatiran dan kepanikan Qiao Mianmian, ia justru sangat santai dan juga tenang. "Foto, ya, foto saja."     

Karena Mo Yesi berani main tangan, Mo Yesi pasti sudah berpikir bahwa akan difoto oleh seseorang. Tempat ini adalah restoran, bukan tempat pribadi.     

"Tapi, kau barusan ...."     

"Jangan khawatir." Mo Yesi menepuk-nepuk punggung tangan Qiao Mianmian dan menenangkan Qiao Mianmian dengan suara lembut. "Jika ada berita yang muncul, aku akan meminta bagian hubungan masyarakat perusahaan untuk menekan berita itu sesegera mungkin. Lagi pula, orang yang main tangan adalah aku. Bahkan jika ada pengaruh tidak baik, itu juga tidak akan mempengaruhimu.     

"Nanti, semua tanggung jawab ada pada diriku sendiri."     

"Jika seperti ini, bukankah itu berpengaruh buruk terhadapmu?" Wajah Qiao Mianmian masih terlihat khawatir.     

"Lagi pula, aku juga bukan orang yang berkecimpung di industri hiburan," kata Mo Yesi asal-asalan. "Apapun penilaian orang lain terhadapku, aku sama sekali tidak peduli. Sudahlah, jangan khawatir terhadap masalah ini. Jika aku sudah mengatakan tidak apa-apa, semua pasti akan baik-baik saja."     

"Baiklah."     

Qiao Mianmian merasa kekhawatirannya mungkin terlalu berlebihan.     

Mo Yesi adalah presiden perusahaan Mo yang kaya dan berkuasa, mana ada yang berani bertindak tidak adil padanya.     

Begitu Mo Yesi turun tangan saat Qiao Mianmian terlibat skandal sebelumnya, berita tentang skandalnya segera ditekan dan menghilang. Memikirkan seperti ini membuat hati Qiao Mianmian tidak begitu khawatir lagi.     

*     

Setelah meninggalkan restoran, keduanya langsung pulang.     

Qiao Mianmian harus terbang kembali ke Kota F keesokan paginya, jadi Qiao Mianmian harus beristirahat lebih awal di malam hari. Mo Yesi juga tahu bahwa Qiao Mianmian harus bangun pagi, jadi malam ini Mo Yesi tidak mengganggunya. Keduanya menjadi pasangan suami istri satu malam, saling berpelukan dan beristirahat lebih awal.     

Keesokan harinya, Qiao Mianmian bangun jam lima pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.