Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Nyonya Mo Sangat Marah Hingga Wajahnya Pucat



Nyonya Mo Sangat Marah Hingga Wajahnya Pucat

0"..." Nyonya Mo sudah dibuat sangat marah hingga tidak bisa berkata apa-apa.     

Bagaimana mungkin ada wanita yang begitu tidak tahu malu!! Wanita seperti apa yang sebenarnya dinikahi oleh putranya!     

Qiao Mianmian melihat Nyonya Mo sangat marah hingga dadanya bergerak naik turun. Tidak ada sedikit pun perasaan bersalah dalam hatinya, ia justru merasa sangat senang.      

Ia awalnya bukan orang yang baik. Jika orang lain bersikap baik terhadapnya, ia tentu saja juga akan bersikap baik terhadap orang itu. Tapi jika orang lain memperlakukannya dengan buruk, ia juga tidak akan tinggal diam. Lagipula apapun yang Qiao Mianmian kerjakan, Nyonya Mo tidak akan menyukainya.     

Sekarang Nyonya Mo bahkan mengancamnya agar ia bercerai dengan Mo Yesi, ia jadi tidak ingin menghormati ibu mertua yang seperti ini. Bukankah Nyonya Mo ingin ia bercerai dengan Mo Yesi, jadi ia meminta persyaratan yang sangat tinggi? Itu baru benar. Ia tahu Nyonya Mo tidak mungkin menyetujuinya, jadi ia sengaja mengatakannya agar membuat Nyonya Mo marah.     

Benar saja, setelah mendengar persyaratan yang ia ajukan, Nyonya Mo sangat marah hingga wajahnya pucat. Bukankan Nyonya Mo mengatakan bahwa ia mendekati Mo Yesi karena uang Mo Yesi. Maka ia berpura-pura menjadi wanita yang hanya mementingkan uang.     

"Ibu, tolong Ibu pertimbangkan baik-baik." Qiao Mianmian menekan bel di atas meja, dan seorang pelayan segera berjalan menghampirinya.     

Setelah ia menanyakan harga tagihan, Qiao Mianmian mengeluarkan kartu hitam yang diberikan Mo Yesi padanya, menyerahkan kartu itu kepada pelayan diiringi tatapan marah Nyonya Mo.      

Qiao Mianmian tersenyum dan berkata kepada Nyonya Mo, "Ibu sudah datang jauh-jauh, aku yang akan membayar kopi ini. Aku masih ada urusan, tidak dapat terus menemani Ibu di sini. Persyaratan yang barusan aku utarakan, Ibu pertimbangkan baik-baik. Aku harap Ibu segera memberiku jawaban, karena setelah hari ini, aku mungkin akan berubah pikiran."     

Setelah selesai bicara, tidak peduli apapun reaksi Nyonya Mo, Qiao Mianmian bangkit sambil menenteng tasnya dan pergi.     

*     

Setelah meninggalkan kafe, Qiao Mianmian melihat jam. Awalnya ia bersiap kembali ke kamar hotel untuk membaca naskah. Begitu ia menekan lantai yang akan ia tuju, ponselnya berdering. Ia menunduk dan melihat Mo Yesi mengirimkan pesan Wechat.     

Mo Yesi baru saja turun dari pesawat dan mengabarkannya sekaligus bertanya apa yang sedang ia lakukan.     

Qiao Mianmian mengetuk ikon Wechat dan ingin membalas. Baru saja mengetik dua kata, tiba-tiba muncul sebuah pemikiran di benaknya. Dua kata yang sudah ia ketik, ia hapus kembali. Setelah lift mencapai lantai yang ia tekan, Qiao Mianmian tidak keluar, tetapi menekan lantai pertama lagi.     

Setelah satu jam, di bandara Kota F.      

Qiao Mianmian mengambil boarding pass dan naik ke pesawat. Setelah menemukan tempat duduknya, ia duduk, lalu mengeluarkan ponselnya untuk membalas pesan Wechat Mo Yesi.     

Mianmian Bu Ruan Meng: Kau langsung pergi ke kantor atau kembali ke rumah?"     

Mo Yesi menjawab dalam hitungan detik: Pergi ke perusahaan dulu, kemarin dan hari ini ada waktu yang tertunda, jadi harus pergi ke perusahaan untuk memeriksa.     

Qiao Mianmian: Oh.     

Mo Yesi segera membalasnya lagi: Aku masih berutang iga goreng dengan saus asam manis padamu. Jika lain kali aku datang, aku pasti akan membuatkannya untuk kau makan.     

Qiao Mianmian mengangkat sudut bibirnya setelah melihat jawaban Mo Yesi. Mo Yesi masih mengingat tentang iga saus asam manis, sedangkan ia hampir melupakan hal itu. Sebenarnya kemarin malam ia hanya asal-asalan mengatakan ingin makan iga saus asam manis dan dengan sengaja mempersulit Mo Yesi. Tapi ia tidak menyangka, Mo Yesi benar-benar mengingatnya.     

Qiao Mianmian berpikir sejenak, lalu membalas: Tidak perlu menunggu lain kali, malam ini aku sangat ingin memakannya.     

Mo Yesi: Sayang, aku khawatir tidak bisa malam ini.     

Qiao Mianmian sebenarnya ingin memberikan Mo Yesi kejutan. Jadi ia tidak berencana memberitahu Mo Yesi bahwa ia sedang berada di pesawat menuju Kota Yun sekarang.     

Ia berpikir sejenak dan membalasnya terakhir kali: Baiklah, kalau begitu lain kali saja. Aku akan masuk lift, kita bicara nanti lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.