Bertemu dengan Nyonya Mo
Bertemu dengan Nyonya Mo
Saat Mo Yesi mengantarnya ke lokasi syuting pagi ini, nenek Mo menelepon Mo Yesi dan bertanya tentang skandal. Nenek Mo tahu masalah ini, jadi Nyonya Mo tidak mungkin tidak tahu. Menilai dari berbagai sikap yang dimiliki Nyonya Mo padanya sebelumnya, ia khawatir kedatangan Nyonya Mo kali ini karena ingin mengutuk kesalahanya.
*
Qiao Mianmian dan Nana tiba di hotel. Qiao Mianmian turun dari mobil bersama Nana dan memasuki lift, ia menekan lantai tempat kafe hotel berada.
"Eh, Kakak Mianmian, ini bukan lantai …"
"Oh, aku ingin bertemu seorang teman," Qiao Mianmian hanya mengatakan dengan singkat, "Kau kembali duluan saja. Hari ini libur satu hari, lakukan apa yang ingin kau lakukan, tidak perlu memedulikanku."
"Baiklah kalau begitu. Aku nanti juga akan keluar bertemu dengan seorang teman. Mungkin aku akan pulang agak malam. Kakak Mianmian, jika ada sesuatu terjadi padamu, segera hubungi aku, aku segera kembali."
"Iya."
Sampai di lantai sepuluh, Qiao Mianmian berjalan keluar lift lebih dulu. Kafe berada di lantai sepuluh. Setelah keluar dari lift, ia berjalan ke depan sebentar dan melihat Nyonya Mo yang sedang duduk di dekat jendela sambil menunggunya.
Nyonya Mo pantas menjadi wanita bangsawan yang dilahirkan di keluarga terkemuka sejak dia masih kecil. Keanggunan dan kebangsawanan yang dipupuk sejak kecil jelas berbeda dengan orang biasa. Sekilas, Qiao Mianmian langsung dapat melihatnya.
Nyonya Mo memiliki postur duduk yang sangat elegan, dan posturnya sambil memegang cangkir kopi juga sangat anggun. Dengan wajah yang terawat baik, bahkan orang tidak dapat menebak usianya sama sekali. Sepintas, ia masih terlihat seperti seorang wanita muda yang sangat menarik. Banyak pria di kafe yang diam-diam menatap ke arahnya. Tapi tidak ada satu orang pun yang berani mendekat untuk berbicara dengannya.
Temperamen Nyonya Mo sangat dingin, ia merupakan tipe wanita cantik yang dingin, dan juga tipe yang diminati kebanyakan pria yang tidak berani mendekatinya. Apalagi, keseluruhan auranya terlihat bukan seperti gadis kaya biasa. Poin ini yang membuat banyak pria menatapnya tapi malah menjauh.
"Halo, Nona, apakah Anda ..."
"Saya sudah buat janji."
Qiao Mianmian memandang pelayan yang menyambutnya dengan ramah, ia segera mempercepat langkahnya dan berjalan menuju tempat Nyonya Mo berada. Begitu ia mendekat, Nyonya Mo, yang awalnya masih memandang keluar jendela seperti sedang menikmati pemandangan, tiba-tiba menoleh dan menatap lurus ke arahnya. Mata Nyonya Mo agak tajam dan dingin, tidak ada kebaikan sedikit pun.
Tatapan Qiao Mianmian berpapasan dengan Nyonya Mo, ia menghentikan langkahnya. Setelah ragu selama beberapa detik, Qiao Mianmian memanggil dengan suara rendah, "Bu ..."
Mendengar panggilan ini, rasa jijik melintas di mata Nyonya Mo. Sudut bibirnya ditarik dengan dingin. Ia mengarahkan jarinya ke posisi yang berlawanan dan berkata, "Sudah datang, ya. Ayo, duduk dulu."
Qiao Mianmian secara alami tidak mengabaikan sorot jijik di mata Nyonya Mo. Ia tahu bahwa Nyonya Mo tidak menyukainya. Namun, rasa jijik yang terang-terangan itu masih membuat hati Qiao Mianmian terasa tertusuk dan sedikit tidak tahan. Tapi penampilannya masih acuh tidak acuh.
Qiao Mianmian duduk di hadapan Nyonya Mo. Setelah meminta secangkir kopi dari pelayan, ia menoleh dan menatap Nyonya Mo. Setelah ragu-ragu, ia memutuskan untuk bertanya, "Bu, ada urusan apa mencariku?"
Nyonya Mo mengambil kopi di depannya dan menyesapnya, lalu mengerutkan kening dengan jijik. terlihat seolah kopi di sini tidak sesuai dengan seleranya. Ia menyesap satu tegukan, kemudian meletakkannya kembali. Meskipun ini adalah hotel bintang lima, tapi bagi orang biasa, konsumsi dan nilai di hotel ini cukup baik. Namun di mata seorang wanita bangsawan seperti Nyonya Mo, hal-hal ini tidak bisa diterima olehnya.