Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Pacarmu Pasti Sangat Mencintaimu Kan



Pacarmu Pasti Sangat Mencintaimu Kan

0Imajinasi seperti ini terlalu berlebihan.     

"Hmm, saat sedang bosan, aku akan membaca novel." Nana menggaruk kepalanya dengan tidak enak hati. "Tapi, Kakak Mianmian, aku benar-benar merasa pacarmu bukan seperti bos di perusahaan kecil. Bagaimana mengatakannya, ya ... Tapi begitu melihatnya pertama kali, aku merasa dia memiliki aura yang berbeda dengan orang biasa."     

Mengenai hal ini, Qiao Mianmian diam dan tidak menyangkal.     

Mo Yesi memang memiliki aura yang berbeda dari orang biasa. Itu karena sejak kecil Mo Yesi dibesarkan di lingkungan dengan kondisi keluarga yang luar biasa dan perlahan-lahan hal itu dibudayakan. Jika dari kalangan keluarga biasa, Mo Yesi tidak akan bisa mengembangkan aura seperti itu. Tidak heran jika Nana merasa Mo Yesi menyembunyikan identitasnya sebagai Tuan Muda dari keluarga konglomerat.     

"Wow, Kakak Mianmian, pacarmu masih belum juga pergi." Nana melihat Mo Yesi masih berdiri di tempat. Mau tak mau ia menghela napas dan berkata, "Dia terus memperhatikanmu. Tatapan matanya begitu fokus. Dia tidak melihat orang lain selain dirimu. Pacarmu pasti sangat mencintaimu, ya."     

Begitu Qiao Mianmian menoleh, ia melihat Mo Yesi masih terus berdiri tegak di sana. Tatapan mata pria itu terus mengarah ke tempatnya. Ia akan segera menghampiri pemeriksaan keamanan. Qiao Mianmian berusaha keras menahan air mata yang akan jatuh dari sudut mata sembari melambaikan tangan pada Mo Yesi.     

*     

Butuh waktu tiga jam untuk terbang dari Kota Yun ke Kota F. Karena Mo Yesi sudah mengingatkannya, sebelum Qiao Mianmian turun dari pesawat, ia mengenakan sweater rajutan tipis. Begitu turun dari pesawat, kebetulan ia melihat di luar sedang turun hujan.     

Iklim Kota F jauh lebih rendah daripada Kota Yun. Ditambah dengan turunnya hujan dan angin yang bertiup membuat hawa terasa semakin dingin. Untungnya Qiao Mianmian mengenakan satu lapis sweater, jadi ia juga tidak merasa terlalu kedinginan.      

Tapi Nana yang memakai kaos lengan pendek tidak bisa menahannya lagi. Ia melingkarkan tangan pada tubuhnya sendiri hingga membentuk bola. "Wow, dingin sekali. Mengapa di sini sedang turun hujan? Bahkan udaranya jauh lebih dingin daripada di Kota Yun!"     

Nana memandang Qiao Mianmian yang mengenakan mantel dan berkata dengan rasa ingin tahu, "Kakak Mianmian, bagaimana kau tahu di luar akan sangat dingin?"     

Setelah Qiao Mianmian turun dari pesawat, ia mengeluarkan ponsel dan menekan nomor ponsel Mo Yesi.     

"Pacarku sudah memeriksa cuaca di sini, dan dia memintaku mengenakan mantel sebelum turun dari pesawat."     

Nana tertegun selama beberapa detik, kemudian ia merasa iri hingga hampir menangis. "Kakak Mianmian, pacarmu benar-benar perhatian. Pria macam apa ini? Membuat orang begitu iri."     

Jika memiliki pacar yang begitu baik, semua pekerjaan harus dikesampingkan. Jika Nana yang mengalami hal itu, ia juga akan memilih pacarnya terlebih dahulu, dan pekerjaannya akan berada di urutan paling belakang!     

Qiao Mianmian menelepon Mo Yesi. Terdengar nada sambung beberapa kali sebelum akhirnya telepon itu terhubung.     

"Sayang, apakah kau sudah sampai?" Suara yang akrab terdengar melalui handset ponsel. Suara itu begitu rendah dan menggoda, memanggil 'sayang' dengan penuh perasaan.     

"Iya."     

Angin berembus. Qiao Mianmian mengencangkan jaketnya sambil mengikuti kerumunan orang menuju shuttle bus bandara. "Aku baru saja tiba. Di sini kebetulan sangat dingin. Untungnya kau sudah mengingatkanku, jadi aku memakai sweater sebelum turun dari pesawat sehingga aku tidak merasa begitu dingin."     

"Sekarang sudah hampir siang. Setelah kau sampai di sana, jangan lupa makan siang." Kalimat pria itu selalu penuh dengan rasa khawatir. "Jangan melakukan sesuatu sebelum makan. Apakah kau mengerti?"     

Hati Qiao Mianmian terasa sangat hangat, dan sudut bibirnya terangkat tanpa bisa ditahan. "Iya, aku tahu."     

"Presiden Mo, rapat akan segera dimulai." Suara Wei Zheng terdengar dari ujung telepon.     

Qiao Mian tertegun. Setelah menyadari bahwa Mo Yesi sedang sibuk, ia langsung berkata, "Cepat pergi rapat, sana. Setelah aku sampai ke lokasi syuting nanti, aku akan meneleponmu lagi."     

"Sayang, aku merindukanmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.