Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Panggil Aku Suami



Panggil Aku Suami

3Qiao Mianmian merasa saat itu Mo Yesi sengaja melakukannya. Biasanya, sikap Mo Yesi begitu dingin, tidak suka didekati orang lain, dan sangat serius. Sehari-harinya Mo Yesi sama sekali tidak lepas dari kesan tersebut. Tapi ternyata ... kalimat yang keluar dari mulut Mo Yesi benar-benar tidak bisa dipercaya.     

"Mo Yesi, jangan sentuh aku ..."     

Sebelum Qiao Mianmian menyelesaikan kalimatnya, ia sudah dipeluk sangat kuat oleh pria di belakangnya.     

Mo Yesi sedang memijat tubuh Qiao Mianmian dan menarik wanita itu ke arahnya. Mo Yesi segera menemukan tangan seputih susu Qiao Mianmian memegangnya dengan lembut. Jari-jari Mo Yesi yang panjang dan kuat memijat telapak tangannya. Pijatan itu terasa sangat pas dan Mo Yesi menekannya dengan perlahan-lahan.      

Mo Yesi mengeluarkan tawa rendah dari tenggorokannya. Ia menaikkan pandangan dan menatap Qiao Mianmian. Ada senyuman licik di matanya yang gelap dan dalam. Lengannya yang padat berisi menahan pinggang lembut Qiao Mianmian dengan begitu kuat dan agresif. Kalimatnya juga terdengar sangat meyakinkan dan agresif, "Aku adalah suamimu, kau adalah istriku. Jika kau tidak membiarkan aku menyentuhmu, lalu kau ingin disentuh oleh siapa?"     

"Atau ... kau ingin suamimu menyentuh orang lain?" pancing Mo Yesi.     

Qiao Mianmian akhirnya membalas, "... Mo Yesi, kau ..."     

"Panggil aku 'suami'," sela pria itu.     

"...." Qiao Mianmian terdiam.     

Lengan yang melingkar di pinggang Qiao Mianmian semakin erat. Sorot mata Mo Yesi yan dalam dipenuhi emosi yang sangat kuat. Ia menatap Qiao Mianmian tanpa berkedip, dan mengucapkan kalimatnya dengan perlahan serta penuh penekanan, seperti sedang memerintah, "Sayang, panggil aku 'suami'."     

Mo Yesi melanjutkan, "Saat kau bicara dengan Shen Rou di kantorku hari ini, bukankah kau bisa memanggilku suami dengan sangat natural? Panggil sekali lagi, aku ingin mendengarnya. Ya?" Mo Yesi memohon.     

"...." Qiao Mianmian terdiam dan tidak menanggapi.     

Namun wajahnya panas, seperti terbakar. Detak jantungnya juga meningkat. Bagaimana mungkin situasinya bisa disamakan dengan situasi sekarang? Saat itu ia tidak tahu Mo Yesi sedang menguping dari luar. Jika Qiao Mianmian tahu, ia juga tidak akan leluasa memanggilnya 'suami'.     

Sekarang Mo Yesi meminta agar Qiao Mianmian memanggilnya seperti itu secara langsung. Mana mungkin ia ... berani memanggilnya seperti itu. Meskipun mereka memang sudah menikah, dan benar, Mo Yesi sudah menjadi suaminya, tapi Qiao Mianmian tetap merasa sangat malu jika harus memanggilnya 'suami' secara langsung.     

"Kau tidak mau?" Mo Yesi menyipitkan mata. Lengannya yang melingkar di pinggang Qiao Mianmian tiba-tiba terangkat. Tangan besar dan napas yang panas milik Mo Yesi berpindah ke tempat yang berbahaya, suaranya juga tiba-tiba menjadi rendah, "Apakah dengan aku yang mencintaimu masih tidak cukup? Jika seperti ini, maka suamimu tidak punya pilihan selain memberikan lebih banyak cinta padamu."     

Ekspresi di wajah Qiao Mianmian tiba-tiba berubah saat merasa tangan besar milik Mo Yesi yang hangat bergerak semakin seenak hati. Qiao Mianmian segera mengulurkan tangan dan menahan tangan Mo Yesi.     

"Mo Yesi, jangan ..."     

Qiao Mianmian menangis dalam hati. Ia sekarang yakin, Mo Yesi adalah orang yang menakjubkan! Mereka belum lama keluar dari dalam kamar mandi, tapi Mo Yesi bisa memaksanya bersetubuh lagi      

... Apakah dia adalah Mo Yesi yang takut bersentuhan dengan perempuan ...?     

Pria ini benar-benar menakutkan. Qiao Mianmian merasa sangat ketakutan. Ia tiba-tiba teringat pada kalimat yang pernah Mo Yesi katakan. Kata Mo Yesi, selama Qiao Mianmian bisa memuaskannya dalam satu ronde, pria itu tidak akan memaksanya melakukan lagi seperti yang Mo Yesi lakukan sekarang.      

Jika dilihat dari fisik dan energi Mo Yesi yang luar biasa, untuk memuaskan Mo Yesi sepenuhnya, mungkin tenaga di tubuh mungilnya akan benar-benar terkuras. Kemudian, ia akan mati di atas tempat tidur Mo Yesi, dan menjadi wanita pertama yang mati karena melayani Mo Yesi.     

"Masih memanggilku Mo Yesi?" Pria itu mendengus tidak puas. Ia mencubit dagu Qiao Mianmian, menundukan kepala, dan langsung menggigit bibir wanita itu dengan keras.     

"Aduh!" Qiao Mainmian merasa kesakitan hingga wajah mungilnya mengecil seperti bola.     

Sialan! Apakah pria ini sudah berubah? Mo Yesi benar-benar menggigitnya, bahkan hingga gigitan barusan terasa begitu sakit.     

"Apa kau benar-benar ingin suamimu mencintaimu dengan sepenuh hati, baru kau akan mengubah panggilanmu?" Seolah satu gigitan tidak cukup melegakan perasaan kesalnya, pria itu menggigit bibir Qiao Mianmian lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.