Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Kasih Sayang yang Dalam Antara Saudara Perempuan (2)



Kasih Sayang yang Dalam Antara Saudara Perempuan (2)

3"Kakak?" Suara yang renyah dan lembut dengan sedikit getaran terdengar sangat menyenangkan.     

Dari pandangan pertama, Chen Shuna menyukai saudara perempuannya yang belum pernah ditemuinya sebelumnya. Adiknya itu tampak mungil dan imut sehingga membuat orang yang melihatnya tidak bisa untuk tidak melindunginya.     

"Ya, aku adalah kakakmu. Kamu akan tinggal di sini mulai sekarang. Kalau ada seseorang yang mengganggumu, beritahu aku. Kakakmu ini akan membantumu untuk memberinya pelajaran," jawab Chen Shuna sambil mengangguk. Setelah berbicara, dia menatap seorang pelayan yang ada di sampingnya dengan tatapan serius di matanya, seolah itu merupakan sebuah peringatan. Seketika pelayan itu menundukkan kepalanya karena merasa takut. Ketika Chen Youran dibawa ke ruang tamu, pelayan itu melihatnya dengan pakaian lusuh dan tatapan matanya menunjukkan penghinaan.      

"Kakak, kamu lebih galak dari guruku." Gadis kecil itu mengedipkan mata sambil bercanda. Pada saat itu, dia masih merasa sedikit sedih, tapi juga tetap tertawa.     

Setelah itu, Chen Shuna mendengar Tang Huiru menjelaskan secara rinci mengapa adik perempuannya dikirim ke Wuzhen di pedesaan dan tidak tinggal bersama mereka di rumah Keluarga Chen yang mewah. Sejak saat itu, dia memutuskan untuk merawat adik perempuannya dengan baik, sehingga gadis itu tidak akan merasa teraniaya lagi. Semuanya akan dibagi menjadi dua. Terkadang, mereka berdua bahkan saling bertukar pakaian. Saat itu, mereka berdua memiliki perasaan yang baik pada satu sama lain. Mereka juga membicarakan segala hal berdua.      

Suatu malam, Chen Shuna baru saja pergi tidur. Tetapi, tiba-tiba pintu kamar didorong terbuka dan muncullah kepala kecil di celah pintu. "Kakak, apakah kamu sudah tidur?"     

Mendengar suara itu, Chen Shuna menyalakan lampu dinding di depan tempat tidur. Dia melihat Chen Youran yang mengenakan piyama kartun dan berdiri di depan pintu. Dia berkata dengan heran, "Mengapa kamu tidak tidur?"     

Chen Youran berlari masuk ke dalam kamarnya dan naik ke atas tempat tidurnya sambil berkata, "Aku belum ngantuk."     

Melihat warna gembira di wajah kecil adiknya, Chen Shuna menyipitkan matanya dan berkata, "Menurutku kamu terlalu gembira hari ini sehingga membuatmu tidak mengantuk."     

Seolah tertusuk dengan perkataan Chen Shuna, Chen Youran bergumam, "Itu kamu tahu."     

"Biarkan aku menebak… Mungkinkah itu karena seseorang yang kamu suka?" kata Chen Shuna sambil menyentuh rahangnya dan menatap adiknya.     

Chen Shuna berhasil menebaknya dengan benar sehingga membuat wajah kecil Chen Youran memerah. Wajah cantiknya yang putih alami berubah menjadi merah, sementara sepasang matanya juga tampak cerah.     

Pada saat itu, Chen Shuna sebenarnya hanya menebaknya secara asal. Melihat reaksi Chen Youran, dia juga merasa telah dipukul dan ditabrak oleh tebakannya sendiri. "Tidak mungkin! Youran, kamu baru berusia 15 tahun. Kamu merasakan jatuh cinta terlalu awal."      

"Kakak, aku… tidak punya siapa pun.. yang aku suka…" kata Chen Youran tergagap. Wajahnya memerah bahkan seolah hampir berdarah. Dia mengatakan bahwa dia tidak memilikinya, tetapi melalui tatapan matanya, dia terlihat membohongi diri sendiri.     

Chen Shuna pun lebih yakin lagi dengan tebakannya. Saat itu, dia ingin tahu tentang seorang pria seperti apa yang membuat hati gadis kecil itu tergerak. "Siapa yang kamu suka? Apakah dia teman sekelasmu?"     

Chen Youran menutupi kepalanya dengan tangan kecilnya. Dia berkata dengan samar, "Kakak, omong kosong apa yang kamu bicarakan. Tidak ada orang yang aku suka."     

Namun, Chen Shuna berulang kali meyakinkan adiknya dan berjanji bahwa dia tidak akan memberitahukan kepada siapa pun. Chen Youran sendiri tidak tahan dengan ucapan memelas dari kakaknya. Akhirnya, dia berkata dengan lembut, "Dia dan kamu satu sekolah."     

"Siapa?" tanya Chen Shuna yang menjadi semakin penasaran.     

"Gu Jinchen..." Chen Youran menyebutkan nama itu dengan suara kecil. Dan seketika pipinya berubah menjadi merah, semerah apel.     

Hingga saat ini, Chen Shuna masih ingat bagaimana ekspresi wajah Chen Youran ketika menyebut nama Gu Jinchen. Wajah cantik adiknya itu memerah, tetapi matanya sangat cerah. Tatapannya penuh dengan tatapan cinta gadis-gadis muda pada umumnya.     

***     

Gu Jinchen dan Chen Shuna terdiam selama beberapa saat. Kemudian Chen Shuna terkekeh, "Aku akan merasa lega kalau begitu."     

Setelah Gu Jinchen dan Chen Shuna pergi, ruangan itu menjadi sunyi. Chen Youran juga baru saja mengingat peristiwa itu. Dan dia langsung mengganti saluran televisi dengan perasaan kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.