Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Lupakan Apa yang Harus Dilupakan



Lupakan Apa yang Harus Dilupakan

2Chen Youran melihat tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan Lu Jingnian. Jadi, dia menjawab mewakili Ji Jinchuan, "Iya."     

Lu Jingnian tiba-tiba menatap Ji Jinchuan. Dia menggodanya dengan kasar, "Kalau Xue Jie memintamu berbicara dengannya tentang pekerjaan, lalu kenapa dia datang dengan membawa putrinya? Bukankah itu berarti bahwa dia menggunakan trik menjual putrinya yang cantik?"     

Ji Jinchuan mengerutkan bibir tipisnya. Sekilas dia menatap ke arah Chen Youran, seolah mengisyaratkan bahwa wanita itu telah melakukan kesalahan.     

Mata Chen Youran pun sedikit bergerak dan sudut mulutnya sedikit bengkok. Dia berkata, "Presiden Ji, kalau tidak ada hal lain lagi, aku akan keluar."     

Lu Jingnian menatap punggung Chen Youran yang berjalan pergi menjauh dengan senyum tertarik di sudut bibirnya. Setelah pintu kantor ditutup, dia berkata, "Kepada wanita haruslah bersikap lembut, tidak seperti kamu. Kamu selalu berwajah dingin. Apa kamu berniat menjadi bujangan sepanjang hidupmu?"     

Ji Jinchuan mengulum bibirnya dan menyipitkan matanya ke arah Lu Jingnian. Kemudian dia berkata, "Kalau kamu tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan, cepatlah kembali ke rumah untuk menemani sepasang bayi berhargamu."     

Saat menyebutkan sepasang bayi yang berharga di rumah, senyum Lu Jingnian di sudut mulutnya menjadi semakin besar. Kedua kakinya yang panjang terentang dan turun dari sudut meja. Dia berkata, "Kamu salah. Ada tiga orang berharga."     

Mata Ji Jinchuan yang sipit perlahan-lahan semakin menyipit. Senyum tipis pun muncul di sudut mulutnya. "Aku lupa bahwa kalau juga memiliki istri yang berharga. Itu karena kamu sudah mempertaruhkan seluruh hidupmu untuknya."     

Mata Lu Jingnian sedikit membeku, senyum di sudut mulutnya sedikit tertahan. Dia memikirkan semua hal yang pernah dialaminya dan hatinya tiba-tiba terasa sesak. Dia pun berkata, "Aku pergi."      

Setelah itu, Lu Jingnian mengambil kunci mobil yang ada di sebelahnya. Saat dia baru saja berjalan dua langkah, tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia berbalik dan kembali menatap Ji Jinchuan dengan acuh tak acuh dan berkata, "Beberapa tahun berlalu, ada beberapa hal yang harus dilupakan. Jangan menyiksa diri sendiri."     

Setelah Lu Jingnian pergi, Ji Jinchuan mengerutkan bibirnya dan matanya begitu lemas. Kemudian, dia menyulut rokok dan mengisapnya dengan tajam. Lapisan cincin asap rokok perlahan keluar dari bibir tipisnya, menekan rasa kesal di hatinya.     

***     

Xue Jie dan putrinya sama sekali tidak bertemu dengan Ji Jinchuan hingga tiba saatnya waktu pulang kerja. Setiap kali Chen Youran masuk ke ruang tamu untuk menambahkan teh, Xue Ling selalu menariknya untuk bertanya, hingga akhirnya dia tidak tahu lagi harus memberikan alasan apa. Jadi, dia tidak lagi masuk ke ruang tamu untuk menambahkan teh.     

Ketika tiba waktunya untuk pulang kerja, semua rekan kerja Chen Youran satu per satu pergi. Sementara dirinya masih membereskan barang-barangnya dan baru bersiap untuk pulang. Dia melihat ayah dan putrinya masih menunggu di ruang tunggu melalui jendela kaca di atas pintu. Apa mereka akan menunggu hingga malam? Batinnya.     

Chen Youran mengetahui apa yang Xue Ling pikirkan tentang Ji Jinchuan. Wanita itu rupanya masih tidak menyerah setelah berulang kali membentur tembok. Dia sendiri tidak mengetahui apakah harus menyebut bahwa wanita itu gigih ataukah terlalu obsesif.     

Saat itu, Feng Yi keluar dari ruang referensi dengan membawa setumpuk bahan. Melihat Chen Youran belum pulang, dia bertanya, "Kenapa kamu masih belum pulang kerja?"     

Chen Youran dengan lembut mengangkat rahangnya. Feng Yi pun menatap arah yang ditunjuk olehnya. Dia menatap pemandangan di dalam ruang tunggu melalui kaca kecil pada pintu. Hal semacam ini sudah sering terjadi dan dia sudah terbiasa melihat hal semacam itu. Mereka semua terlihat sama. Dia berkata, "Mereka akan pergi ketika kesabaran mereka habis."      

Kata-kata Feng Yi dan Ji Jinchuan seperti dua kacang polong. Mereka berdua mengatakan hal yang sama.     

Sedangkan itu, di ruang tunggu, Xue Jie sudah sedikit kehilangan kesabaran dibandingkan pada saat awal menunggu. Dia tetap duduk dengan posisi seperti awal, tetapi wajahnya berubah menjadi gelap, segelap dasar panci. Sementara Xue Ling tampaknya telah kehilangan kesabaran sepenuhnya. Dia tidak berhenti melihat arlojinya.     

"Ayah, sekarang sudah jam 05.30 sore. Dan semua orang di Departemen Sekretariat sudah pulang kerja. Presiden Ji pasti tidak ingin menemui kita," keluh Xue Ling.     

Xue Jie tentu saja juga tahu akan hal itu. Tetapi dia juga tidak bisa menahan diri untuk menelan kata-katanya. Dia akhirnya berkata, "Ayo kita pulang."     

Mendengar ucapan ayahnya, Xue Ling sedikit terkejut dan bertanya, "Kita tidak menunggunya?"     

Setelah menunggu selama seharian, amarah Xue Jie meledak dalam sekejap. Dia bahkan menggeram, "Bahkan hingga hari sudah gelap dia tidak menemui kita! Mungkin dia sudah tidak ada di perusahaan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.