Dia Masih Peduli Padanya (1)
Dia Masih Peduli Padanya (1)
Ji Shaoheng hendak memanggil dokter. Namun, saat berbalik, dia melihat pintu kamar pasien setengah terbuka dan Chen Youran sudah tidak ada di ruangan itu. Begitu dia keluar dari kamar pasien, dia melihat Chen Youran kembali.
"Dokter akan segera datang," tutur Chen Youran.
Ji Shaoheng sedikit tercengang sejenak. Dia menatap wanita dengan wajah dingin dan acuh tak acuh itu. Dia berpikir bahwa wanita itu adalah orang yang benar-benar keras hati sekarang ini. Tetapi, menilai dari tindakannya barusan, itu terasa seperti hanya ilusi di permukaannya saja.
Dokter datang dengan cepat. Setelah memeriksa, dia bertanya kepada Ji Shaoheng tentang situasi sebelumnya, kemudian memberi Ji Jinchuan cairan infus.
Chen Youran berdiri di ujung tempat tidur Ji Nuo dan mendengar Ji Shaoheng mengatakan bahwa Ji Jinchuan telah dirawat di rumah sakit sebanyak dua kali karena pendarahan di perut. Saat mendengar itu, hatinya bergetar. Dia tanpa sadar menatap pria yang berbaring di tempat tidur pasien. Pria itu memejamkan mata, menyatukan alis hitamnya, dan ekspresinya terlihat sangat kesakitan.
Kemudian, Dokter memberi tahu Ji Shaoheng, "Penyakit perutnya telah mencapai tingkat yang sangat serius. Kalau dia tidak merawat tubuhnya, dia akan mati."
Ji Shaoheng sudah tahu akan hal ini, tapi entah siapa yang bisa membujuk Ji Jinchuan dengan temperamennya yang seperti itu. Dia tidak bisa mengikutinya dan mengawasinya selama 24 jam dalam sehari.
Dokter memberi tahu beberapa hal lain sebelum akhirnya pergi. Ji Shaoheng membuka panci pengawet panas, yang merupakan bubur yang dibawa untuk Ji Nuo dan menuangkan ke dalam mangkuk untuk Ji Jinchuan.
Chen Youran tiba-tiba berkata, "Beri dia air hangat dulu."
Begitu kalimat itu keluar, bukan hanya Ji Shaoheng yang menatap Chen Youran, tetapi Ji Jinchuan juga membuka matanya. Kondisi Ji Jinchuan saat ini sangat lemah, bulu matanya berkedip ringan dua kali.
Ji Shaoheng meletakkan mangkuk bubur di atas meja, menyentuh ketel air, dan berkata kepada Chen Youran, "Aku belum pernah merawat pasien. Tolong bantu aku."
Chen Youran membuang muka dan berdiri dalam diam. Mata Ji Shaoheng menjadi gelap. Dia mengambil ketel dan menuangkan secangkir air lalu membawanya ke Ji Jinchuan.
Tiba-tiba, Chen Youran mendengar suara pecahan kaca dan menggerakkan matanya. Ji Jinchuan duduk dengan setengah tubuhnya disangga, sementara cangkir air pecah sudah di lantai. Asap panasnya berputar-putar. Tangan Ji Jinchuan pun merah karena air panas.
Chen Youran mengerutkan kening dan berkata, "Air yang baru saja kamu tuangkan terlalu panas. Bagaimana kamu bisa memberikannya langsung padanya?"
"Aku tidak memiliki pengalaman." Ji Shaoheng tampak polos.
Chen Youran mengerutkan bibirnya dengan erat. Meskipun seorang tuan muda seperti Ji Shaoheng hanya bisa mengulurkan tangannya dan membuka mulutnya setiap hari, serta dilayani oleh sekelompok pelayan untuk meminta sesuatu, tetapi apa dia tidak bisa memperhitungkan suhu air untuk bisa diminum? Bukankah dia seharusnya tahu ini? Batinnya.
Ji Jinchuan kembali berbaring, sedikit meringkukkan badan, dan tangan kanannya terus menekan perutnya. Dia berbaring terlalu keras barusah sehingga jarum di punggung tangan kirinya mengeluarkan darah. Ji Shaoheng secara tidak sengaja melirik dan segera keluar dari kamar pasien untuk memanggil perawat.
Melihat ini, Chen Youran ragu-ragu untuk maju dan melihat bahwa cairan infus sebagian besar dipenuhi oleh darah. Ekspresi wajahnya tampak sedikit berubah. Dia berjalan dari ujung tempat tidur ke sisi lain dan hendak mengangkat tangan kirinya. Tepat pada saat itu, Ji Shaoheng masuk bersama perawat. Dia pun berjalan ke samping dan memberi ruang untuk perawat.
Perawat membenarkan jarum dan menempelnya dengan plester lagi. Melihat sisa pecahan kaca di lantai, dia tersenyum pada Ji Shaoheng dan bertanya, "Perlu seseorang untuk membersihkannya?"
"Terima kasih…" ucap Ji Shaoheng dengan suara berat khas seorang pria sambil tersenyum. Perawat muda itu terpesona oleh senyumnya dan menundukkan kepalanya dengan malu-malu. Wajahnya yang kemerahan sedikit malu. Kemudian, perawat itu mengangkat pandangannya dan meliriknya diam-diam sebelum pergi.
Setelah beberapa saat, perawat kembali, diikuti oleh petugas kebersihan. Perawat itu memberikan obat yang sudah diresepkan untuk Ji Jinchuan kepada Ji Shaoheng. Kemudian, dia berkata dengan lembut, "Semuanya sudah ada petunjuk penggunaannya."