Kecuali Ji Jinchuan Mau Bercerai
Kecuali Ji Jinchuan Mau Bercerai
"Bukan teman…" jawab Chen Youran sambil menggelengkan kepalanya. Wajahnya tampak seputih kertas. Sinar matahari yang masuk dari jendela kaca di kafe itu, membuat wajahnya tampak transparan. "Itu untuk diriku sendiri."
Pengacara Fu seketika menjatuhkan sendok kopinya di atas meja dan menatap Chen Youran dengan wajah kaget. Chen Youran hanya menjelaskan sebab dan akibat mengenai hal yang terjadi kepadanya. Setelah mendengar ini, Pengacara Fu mengerutkan kening. Meskipun dia telah menerima banyak kasus perceraian keluarga kaya, tapi kali ini pihak lain adalah Ji Jinchuan, mana mungkin dia berani mengambil alih kasus ini dengan mudah.
"Nona Chen, apa perceraian itu hasil kesepakatan Anda dengan Presiden Ji atau hanya keinginan sepihak dari Anda?"
"Aku ingin bercerai." Chen Youran menurunkan pandangan matanya dan menggigit bibirnya yang putih.
Pengacara Fu bertanya lagi, "Apa Presiden Ji juga menginginkan itu?"
Chen Youran menggelengkan kepalanya dan berkata dengan sedih, "Aku tidak menginginkan apa pun. Aku hanya ingin hak asuh anak."
Pengacara Fu berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau Presiden Ji tidak berencana untuk bercerai, saya khawatir kasus ini akan sedikit rumit."
***
Selama rapat pagi berlangsung, Ji Jinchuan tidak fokus. Para pemimpin senior lainnya menyadarinya, tetapi tidak ada yang berani berkomentar. Setelah selesai rapat, Ji Jinchuan kembali ke kantornya, diikuti Xiao Cheng, yang kemudian melaporkan hasil penyelidikan kepadanya.
"Saya telah memeriksa catatan semua hotel. Nyonya Muda tidak check-in di mana pun tadi malam. Dia juga tidak pulang ke kediaman Keluarga Chen. Dalam catatan panggilannya, panggilan terakhir adalah ke Chen Shuna."
Ji Jinchuan yang duduk di kursinya berkata dengan lembut, "Apa dia pergi ke kantor majalah hari ini?"
"Tidak…" jawab Xiao Cheng sembari menggelengkan kepalanya.
"Kamu boleh keluar." Wajah dingin Ji Jinchuan tidak memiliki emosi apa pun di dalamnya.
Xiao Cheng pun undur diri dari kantor tersebut. Ji Jinchuan mengambil dokumen untuk melanjutkan pekerjaannya, tetapi dia tidak bisa fokus. Dia bangkit dan melangkah ke depan jendela bergaya Prancis, dia melihat gedung-gedung tinggi di luar dengan pandangan serius.
***
Di luar kafe, Gu Jinchen menunggu dengan sabar. Satu jam telah berlalu, entah apa hasil pembicaraan mereka. Setelah menunggu beberapa saat, dia melihat Chen Youran mendorong pintu kaca kafe hingga terbuka dan keluar dari dalam. Dia pun turun dan pergi ke sisi lain untuk membuka pintu mobil untuknya.
Chen Youran membungkuk dan duduk. Gu Jinchen kembali ke kursi pengemudi dan bertanya, "Bagaimana?"
"Walaupun Pengacara Fu berjanji untuk mengambil alih kasus ini, tapi dia mengatakan kepadaku kalau kecuali Ji Jinchuan mau bercerai, kecil kemungkinannya untuk menang," kata Chen Youran, yang tampak pucat, dengan suara rendah.
Dengan posisi Ji Jinchuan di Kota A, memang sulit untuk bisa melawannya. Gu Jinchen mulai menyalakan mobil, kemudian melaju ke terowongan. Dia bertanya, "Bagaimana bisa kamu tahu tidak mungkin akan menang kalau kamu tidak mencoba? Apa ada yang bisa aku bantu?"
"Bantu aku mendapatkan surat perceraian." Chen Youran bersandar di jendela. Bulu matanya yang tipis menutupi mata hitamnya, sehingga menghalangi cahaya dari matanya.
"Oke," jawab Gu Jinchen.
Chen Youran berhenti sejenak dan melanjutkan, "Aku tidak menginginkan apa pun, aku hanya ingin Nuonuo"
"Tidurlah… Aku akan membangunkanmu saat waktunya tiba." Gu Jinchen meliriknya dan merasa sangat tidak senang.
"Umm…" jawab Chen Youran dengan singkat. Dia kemudian menutup matanya.
Setelah kembali ke kediamannya, Gu Jinchen menghentikan mobil dan memandang wanita yang duduk di kursi sampingnya. Chen Youran tertidur, wajahnya masih tampak pucat, seolah tanpa aliran darah. Lingkaran hitam di kelopak matanya terlihat jelas dan penampilannya yang tenang tampak seperti boneka porselen, seolah jika dia menyentuhnya dengan tidak hati-hati, itu akan pecah dan tidak bisa lagi disatukan. Dia ingin melindungi wanita yang ingin dia miliki dan memberinya kebahagiaan, tetapi wanita itu malah terluka lagi. Jika bisa, dia bersedia menanggung semua kemalangannya untuknya. Dia hanya ingin wanita itu hidup bahagia.