Tersangka Pembunuhan (2)
Tersangka Pembunuhan (2)
"Tolong jaga sikap Anda!" bentak petugas muda itu.
Di luar ruang interogasi, terdengar suara langkah kaki yang mantap. Seorang pria tampan, yang bertubuh tinggi dan kurus masuk dengan tekanan dingin yang kuat. Di belakangnya, ada Xiao Cheng dan kepala polisi. Dia masuk ke ruang interogasi dan langsung mengabaikan yang lain. Dia mendekati Chen Youran dan menatapnya dengan sangat lembut.
Chen Youran tidak melihat ke atas. Satu orang duduk, dan yang satu lagi berdiri. Ji Jinchuan pun hanya dapat melihat rambut hitam istrinya. Jari-jari dengan tulang yang kuat milik Ji Jinchuan mengangkat rahang Chen Youran, sehingga membuat wajahnya menghadap ke dirinya. Melihat bahwa tidak ada bekas diintimidasi di wajah wanita itu, dia mengendurkan rahangnya dan menatap petugas yang menginterogasi.
"Apa penyelidikan sudah selesai?" tanya Ji Jinchuan.
Petugas Wang dan petugas muda melihat Ji Jinchuan dengan ketakutan. Orang yang paling terkejut adalah Polisi Wang. Dia pikir Chen Youran hanya mengenal Ji Jinchuan. Tanpa diduga, mereka akrab satu sama lain, bahkan pria itu datang ke kantor polisi untuk menjemputnya secara langsung.
Petugas muda tidak mengetahui apa yang membuat Petugas Wang begitu terkejut. Entah karena auran dingin Ji Jinchuan yang kuat atau karena merasa proses penyelidikannya diganggu. Dia tidak merespons untuk waktu yang lama.
Saat ini, Ji Jinchuan mengenakan setelan hitam, karena tadi terburu-buru, dia tidak memakai mantelnya. Alisnya yang gelap sedikit berkerut dan wajahnya yang dingin tampak menunjukkan sedikit ketidaksenangan.
Kepala polisi yang melihat bahwa petugas muda itu sangat bodoh sampai-sampai tidak membuka mulutnya kemudian berkata dengan cepat, "Penyelidikan sudah selesai. Nona Chen boleh pergi kapan saja…"
Namun, Chen Youran masih terus duduk. Dia lalu mengambil air di atas meja untuk diminum dan merasakan bahwa air itu sudah dingin. Kemudian, dia berkata, "Barusan aku dilarang pergi, sekarang aku benar-benar tidak ingin pergi."
"Apa kamu merasa tersinggung?" tanya Ji Jinchuan dengan nada lembut sembari menyentuh kepala Chen Youran. Tindakan mesra ini cukup membuat orang lain di ruang interogasi menatapnya dengan terbelalak, lalu wajah mereka menjadi pucat.
Chen Youran mengangkat bibirnya dan berkata dengan santai, "Aku dibawa ke kantor polisi karena tuduhan yang tidak baik. Apa aku tidak boleh merasa tersinggung di dalam hati?"
"Nona Chen, ini hanya penyelidikan untuk membuat catatan laporan. Ini hanya tugas seorang polisi," kata kepala polisi.
Tepat pada saat itu, seorang petugas masuk dengan tergesa-gesa dan berkata, "Petugas Chen, seseorang melihat peristiwa pembunuhan itu kemarin dan mengingat nomor platnya."
Petugas muda yang ternyata bernama Chen itu bertanya, "Apa kamu sudah tahu mobil milik siapa itu?"
"Nona Xue Ling…"
Chen Youran tercengang. Xue Ling membunuh Shi Lan? Batinnya.
Tiba-tiba, seorang pria yang mengenakan jas muncul di pintu ruang penyelidikan sambil berkata, "Aku datang untuk menyerahkan diri."
Setelah itu, Zheng Huai duduk di posisi Chen Youran barusan. Dia diinterogasi oleh para polisi. Sepuluh jarinya pun bertaut di atas pahanya. Dia mengenakan setelan berwarna abu-abu muda, berpakaian rapi, bahkan ia dan menata rambutnya dengan rapi menggunakan gel. Penampilannya tampak seperti hendak menegosiasikan kontrak besar, sangat serius sehingga orang tidak bisa mengabaikannya.
"Apa kamu memiliki dendam kepada Shi Lan?" tanya Petugas Chen.
"Tidak," jawab Zheng Huai.
"Lalu, kenapa kamu menabraknya?"
"Aku menabrak seseorang karena mengemudi dalam keadaan mabuk. Aku tidak tahu siapa yang aku tabrak, apalagi mengenalnya."
Polisi Chen memandangnya dan bertanya, "Tapi, terdeteksi kalau mobil si pembunuh adalah mobil Nona Xue Ling."
"Aku dan dia berteman. Mobilku sedang diperbaiki kemarin. Untuk kenyamanan perjalanan, aku meminjam mobilnya." Zheng Huai tampak sangat tenang dari awal hingga akhir.
"Kalau Anda menelepon kantor polisi atau membawanya ke rumah sakit, dia mungkin masih bisa diselamatkan," tambah Polisi Chen.
Sikap Zheng Huai sangat tegas. Dia lalu berkata dengan cara yang tenang, "Pada waktu itu, aku sangat ketakutan. Aku bingung harus bagaimana. Tidak pikir panjang, karena aku takut dihukum, jadi aku kabur. Hari ini, ketika aku bangun tidur aku menyadari bahwa itu kesalahanku."