Selamat Tinggal Cinta Pertamaku

Pria Juga Perlu Dirayu



Pria Juga Perlu Dirayu

2Chen Youran menekuk bibirnya. Dia mencela Ji Jinchuan, ada sedikit rasa jengkel dalam nada suaranya, "Kamu tidak menungguku di ruang makan. Ketika turun dari mobil, kamu juga tidak memedulikan aku. Bahkan sekarang kamu tidak mau makan malam, bersembunyi di ruang kerja, dan tidak ingin melihatku."     

Ji Jinchuan menatap ke arah Chen Youran. Jari-jarinya yang putih bersih mengeluarkan sedikit kekuatan dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Salah satu tangannya berada di pinggangnya. Kemudian, dia berbisik, "Apa masih ada lagi?"     

Ketika kembali, Ji Jinchuan sempat mengganti pakaiannya sebelum ke ruang kerja. Dia mengenakan sweater berwarna hitam. Pipi Chen Youran berada sangat dekat dengan pakaiannya. Bahan sweater yang dikenakan Ji Jinchuan sangat lembut, hidung Chen Youran pun dipenuhi dengan aroma mint dari pakaian itu.     

Chen Youran menarik napas perlahan. Rasa jengkel di hatinya sedikit berkurang saat ini. Dia berpikir sejenak, lalu melanjutkan perkataannya, "Kamu juga tidak melepaskan sabuk pengaman yang aku pakai."     

"Ada lagi?" tanya Ji Jinchuan. Bibirnya perlahan terangkat tanpa suara. Suaranya yang lembut disertai dengan napas yang hangat menimbulkan pesona ekstra dari dirinya.     

"Tidak membukakan pintu untukku." Suara Chen Youran semakin sengau dan berat. Dan ada beberapa emosi yang terasa tercekat di tenggorokannya.     

"Lalu?"     

"Tidak mau makan malam denganku…"     

"Youyou…" Ji Jinchuan memeluk Chen Youran dan mendekapnya dengan erat. Nama wanita itu terucap dengan lembut di bibirnya. Suara yang sangat hangat itu seolah berasal dari dalam lubuk hatinya dengan gema yang seperti terus menerus terdengar. "Bisakah aku mengartikan kalau kamu bergantung padaku?"     

Chen Youran lupa sejak kapan itu dimulai. Entah sejak kapan Ji Jinchuan memanggilnya dengan sebutan khusus itu, tetapi dia sudah terbiasa dengan itu. Dia pun menjawab, "Tidak bisakah aku mengandalkanmu?"     

Mata Ji Jichuan yang dalam dan tenang sedikit terbelalak. Dia lalu berbicara dengan sedikit meninggikan suaranya, "Tentu saja boleh."     

"Kamu seolah membuatku merasa kalau aku tidak bisa mengandalkanmu. Kamu selalu berubah-ubah. Mungkin kamu akan sering melakukannya di masa depan, jadi aku masih harus beradaptasi dengan itu." Kepala Chen Youran terbenam di dada Ji Jichuan. Jadi ketika berbicara, suaranya terdengar sedikit pelan.     

"Tidak lagi." Ji Jinchuan melepaskan Chen Youran dari pelukannya, memegangi bahunya, dan membuat wanita di depannya melepaskan pegangannya. Matanya tampak terpaku dan wajahnya memesona. Suaranya terdengar lembut dan kuat. Dia lalu melanjutkan perkataannya, "Itu tidak akan terjadi lagi di masa depan."     

Chen Youran menundukkan pandangan matanya. Tatapannya tertuju pada ritsleting sweater dan tangan kuat pria yang ada di bahunya. Kemudian, dia berbisik, "Kita akan melihatnya nanti…"     

Ji Jinchuan mengangkat rahang Chen Youran, sehingga membuat pandangan mata dan wajahnya terangkat ke atas. Dia menyipitkan matanya, menutup jejak gelap di bawah matanya, dan mengunci arah tatapan matanya yang hitam dan jernih. Dia kemudian bertanya dengan suara yang lembut dan serak, "Kamu tidak percaya?"     

"Jalan hidup yang harus ditempuh masih jauh. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi," ucap Chen Youran. Variabel kehidupannya terlalu besar. Saking besarnya, sehingga dia tidak bisa dengan mudah memercayai hal-hal yang masih berbentuk hipotesis itu di masa depan. Sama seperti dia dan Gu Jinchen pada awalnya. Mereka sama lengketnya dengan lem, tetapi siapa yang tahu apa yang terjadi pada akhirnya. Ini adalah langkah yang tidak bisa diubah.     

Saat suara Chen Youran jatuh, Ji Jinchuan hampir refleks hendak mengerutkan kening. Dia menatap wajah wanita itu yang lembut dan tenang, menghadap matanya yang gelap dan cerdas. Dia mendesah pelan dan suaranya hampir tak terdengar. Dia mencondongkan diri di atas dahinya dan memberinya ciuman.     

"Makanan sudah hampir dingin. Ayo turun untuk makan."     

"Bagaimana denganmu?" Chen Youran menatap Ji Jinchuan dengan penuh rasa ingin tahu.     

Ji Jinchuan menyentuh kepala Chen Youran, memeluk pinggangnya, dan membawanya keluar dari ruang kerja. Dia pun berkata, "Bukannya tadi kamu menuduhku aku tidak mau makan malam denganmu?"     

Chen Yoran diam-diam bergumam dalam hati, ternyata pria juga perlu dirayu. Kalau aku tidak berinisiatif untuk menemuinya lebih dulu tadi, kami berdua mungkin akan mengalami perang dingin selama dua hari dua malam lagi?     

Ketika Bibi Wu melihat mereka turun, kekhawatiran di wajahnya memudar. Dia bergegas pergi ke dapur dan mengambil sepasang sumpit untuk melayani Ji Jinchuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.