Akan Selalu Ada Aku di Sini
Akan Selalu Ada Aku di Sini
"Kamu…" Ji Yangkun menatap Ji Jinchuan. Sejak temperamen Ji Jinchuan berubah drastis dari enam tahun lalu, hubungan antara ayah dan anak itu menjadi tidak terlalu baik. Keduanya sangat keras kepala. Dan Ji Jinchuan menolak untuk tunduk pada ayahnya, sehingga dia seringkali membuat jalannya sendiri.
Setelah itu, Ji Jinchuan membuang rokok di tangannya dan berjalan menuju ke pintu ruang kerja Ji Yangkun. Dia meletakkan jarinya di pintu dan membukanya, kemudian berjalan pergi.
***
Ketika Chen Youran bangun, ada seorang pria yang duduk di samping tempat tidur. Pria itu mengenakan kemeja hitam dan wajah tampannya tampak menjadi semakin menarik. Melihatnya bangun, mata dalam pria itu seolah dipenuhi dengan senyum hangat.
"Sudah bangun?" tanya Ji Jinchuan.
"Apa kamu sudah pulang kerja?" Pandangan mata Chen Youran masih kabur dan pipinya yang putih tampak kemerahan setelah tidur dengan nyenyak. Suaranya terdengar lembut dan juga tenang.
"Ya," jawab Ji Jinchuan sambil mengelus pipi Chen Youran. Pupil gelapnya yang memantulkan bayangan wanita menawan yang ada di sampingnya.
Bukannya itu berarti aku sudah tertidur cukup lama? Batin Chen Youran.
Chen Youran ingin segera bangun, tetapi Ji Jinchuan memeluknya dengan lengan panjangnya. Dagunya bergesekan dengan kulit leher wanita di sampingnya. Napas hangatnya terasa di telinga suaminya. Suaranya terdengar rendah dan magnetis terdengar berkata, "Jangan khawatir… Selama aku ada di sini, tidak akan ada yang berani mengatakan apa pun kepadamu."
Meskipun dagu Ji Jinchuan sudah dicukur bersih, tetapi kulit Chen Youran teramat halus dan lembut, dia merasa ada sedikit rasa gatal di kulitnya. Di pun menciutkan lehernya dan berkata, "Itu akan meninggalkan kesan buruk pada orang tuamu."
Ji Jinchuan memeluk Chen Youran dengan erat dan tidak melepaskannya. Kemudian, dia mencium daun telinganya dan berkata, "Aku sudah memberi tahu Bibi Wu, aku akan membawamu ke sini setelah bekerja. Kenapa kamu datang ke sini sendirian?"
Punggung Chen Youran menempel pada dada Ji Jinchuan yang lebar dan kekar, seperti tameng yang melindunginya. Dia lalu berkata pada suaminya, "Saat ini, aku masih berada dalam tahap mengambil hati mertuaku. Kalau menunggumu pulang kerja, itu akan membutuhkan beberapa jam yang cukup lama. Dan itu bisa saja membuat mereka merasa tidak senang."
"Lalu, apa kamu merasa tidak bahagia hari ini?" Ji Jinchuan bertanya lagi.
"Tidak," jawab Chen Youran. Dia mengetahui apa maksud sebenarnya dari pertanyaan suaminya.
"Apa benar kamu tidak merasa tidak bahagia?" Ji Jinchuan terus memeluk erat istrinya yang sudah berada dalam dekapannya.
"Benar, aku tidak merasa begitu, kok," kata Chen Youran. Meskipun percakapan dengan Ji Yangkun tidak berlangsung harmonis, tetapi tidak ada hal tidak menyenangkan yang terjadi.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan dari luar pintu yang diikuti dengan suara pengurus rumah berkata, "Tuan Muda, waktunya makan…"
Ji Jinchuan meninggikan volume suaranya dan berkata, "Ya, aku tahu."
Lalu, terdengar langkah kaki orang di luar pintu pergi menjauh. Ji Jinchuan pun membebaskan Chen Youran dari pelukannya. Kemudian, Chen Youran bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia menata pakaiannya dan menyisir rambutnya yang berantakan. Setelah itu, dia turun ke lantai bawah sambil memegang lengan Ji Jinchuan.
Ji Yangkun dan Xie Suling sudah duduk di meja makan. Chen Youran lalu menyapa mereka, "Ayah, ibu…"
Sosok Ji Yangkun yang duduk di depan meja tampak seperti Gunung Tai yang menjulang tinggi dan tidak stabil. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Xie Suling mengangguk dan berkata dengan suara hangat, "Cepat duduk…"
Pengurus rumah menarik kursi untuk Ji Jinchuan. Namun bukannya duduk, Ji Jinchuan malah menarik kursi untuk Chen Youran. Pengurus rumah itu pun segera berkata dengan cemas, "Tuan Muda, maafkan kesalahanku."
Namun, Ji Jinchuan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Wajahnya masih tampak dingin, sehingga tidak terlihat emosi apa pun di sana. Rahang tegangnya membentuk garis lurus. Hal itu membuat pengurus rumah lebih ketakutan. Dia terus menatap wajah tuan mudanya itu dengan dipenuhi rasa cemas.
Chen Youran lalu mengajak Ji Jinchuan untuk duduk. Dia memandang pengurus rumah dan berkata, "Aku suka minum teh setelah makan, tolong siapkan secangkir untukku…"
"Baik," jawab pengurus rumah. Dia pun bergegas melangkah mundur. Setelah meninggalkan ruang makan, dia menghela napas panjang. Untung Nyonya Muda menyuruhku keluar. Nyonya Muda sangat baik, pengertian, dan perhatian, batinnya.
Suasana di ruang makan itu sangat hening. Suasananya cocok dengan wajah Ji Yangkun yang terlihat masam. Setelah makan malam, pelayan menyajikan teh untuk mereka. Chen Youran dan Ji Jinchuan duduk selama setengah jam, lalu meninggalkan kediaman utama Keluarga Ji.