Gadis Berbaju Hijau
Gadis Berbaju Hijau
Sebuah api unggun tengah membara di tempat-tempat tertentu pada pulau kecil dapam wilayah laut tersebut. Lin Dong terdiam dan duduk di samping api unggun, sementara ikan bakar di dekat api itu menguarkan aroma yang samar.
"Orang-orang tadi siang itu kemungkinan kelompok kecil tapi elit dari Klan Blood Demon Shark … Tak kusangka sampai bisa berjumpa dengan mereka di tempat ini. Aku penasaran sebenarnya mereka sedang mencari apa?"
Lin Dong memicingkan kedua matanya, dan dia kembali mengingat kejadian siang hari tadi. Klan Blood Demon Shark punya reputasi yang buruk di Chaotic Demon Sea. Walaupun kegilaan mereka untuk membunuh membuat banyak orang takut, tapi reputasi itu juga memunculkan tak sedikit pihak yang mencibir. Banyak pembantaian di Chaotic Demon Sea dalam beberapa tahun terakhir ini yang masih berhubungan dengan Klan Blood Demon Shark.
"Lupakan … Siapa yang peduli mereka sedang mencari apa. Semua itu tak ada hubungannya denganku."
Lin Dong menggeleng. Saat ini, dia hanya berharap bisa tiba secepat mungkin di wilayah Sky Merchant. Orang-orang Klan Blood Demon Shark tidak seharusnya didekati, dan Lin Dong tak ingin mengusik mereka. Lin Dong juga tak berminat dengan alasan mereka berada di area ini.
Lin Dong berhenti memikirkan hal itu. Dia mengambil ikan bakar dan bermaksud memakannya. Akan tetapi, suara 'gluk' dari seseorang yang sedang menelan ludah terdengar tak jauh di sana ketika Lin Dong akan membuka mulutnya.
"Siapa di sana?!"
Suara yang mendadak terdengar itu membuat Lin Dong agak terkejut. Dia mendongak dengan waspada, dan agak tercengang ketika melihat seorang gadis kecil berbaju katun berwarna hijau tengah memandang lekat ke arah ikan bakar di tangannya.
Gadis itu terlihat cukup muda dan sangat imut. Wajahnya cantik seperti boneka kaca, rambutnya diikat menjadi dua sehingga penampilannya terlihat seolah sangat patuh.
Jika beberapa wanita melihat gadis kecil itu, kemungkinan mereka bakal langsung mendekapnya … Namun Lin Dong tidak berpikir demikian. Alih-alih, ada sorot waspada yang terpancar di matanya. Penampilan gadis kecil itu terlalu aneh. Lin Dong benar-benar tidak bisa merasakan bagaimana gadis itu bisa berada sangat dekat dengannya.
Di hutan, Lin Dong dan gadis berbaju hijau itu saling bertatapan. Gadis itu menatap Lin Dong sesaat, dan mata hitam lebarnya sontak diarahkan pada ikan bakar di tangannya. Sosok itu terlihat jelas sedang menelan ludah berkali-kali.
Lin Dong tak punya pilihan selain tersenyum setelah melihat kejadian itu, dan sorot waspada yang terpancar di matanya agak lenyap. Sesaat kemudian, dia melambaikan ikan bakar di tangannya, lalu bertanya, "Mau?"
"Um."
Gadis berbaju hijau itu mengangguk tanpa ragu. Sosoknya yang kecil dan mungil bergegas maju, kemudian duduk di sisi api unggun dengan cara sangat tangkas. Mata gadis itu menatap cemas pada Lin Dong.
Lin Dong tersenyum simpul. Dia mengulurkan tangannya dan menawarkan ikan bakar pada gadis itu. "Kau bisa memakannya kalau tak takut bakal kuracun."
"Aku tidak takut dengan racun."
Suara gadis berbaju hijau itu sangat jernih. Seakan-akan ada manik terbuat dari giok yang terjatuh ke piring perak. Walaupun suara itu terdengar masih muda, tapi kemungkinan ketika gadis tersebut semakin beranjak dewasa, dia nantinya bisa memikat hati banyak pria hanya dengan suaranya.
Gadis itu langsung menerima ikan bakar usai berbicara. Dia tak ragu-ragu sedikit pun, lalu mulai melahapnya.
Lin Dong tersenyum. Dia kembali mengambil beberapa ikan segar, dan pandangan matanya diedarkan ke sosok gadis berbaju hijau. Sesaat kemudian, matanya agak terfokus. Lin Dong bisa melihat terdapat luka parah di lengan gadis itu. Ada bekas mengering di atas luka tersebut.
"Kau terluka?" Lin Dong terlihat linglung ketika meletakkan ikan itu di dekat api unggun, dan sontak bertanya padanya.
"Ya. Luka itu dikarenakan beberapa orang yang mengesalkan." Gadis berbaju hijau itu mengangguk dan menjawab.
Lin Dong merespon dengan 'oh' tapi tidak bertanya lebih jauh. Sesaat kemudian, dia memberikan ikan yang sudah terpanggang. Gadis berbaju hijau sontak menerimanya, dan mulai melahapnya tanpa peduli dengan citra dirinya.
Nafsu makan gadis berbaju hijau itu agak mencengangkan. Lin Dong terus-menerus memberikan 20 ikan bakar berukuran besar, baru kemudian si gadis merasa puas dan berhenti makan. Gadis itu lalu menepuk perutnya yang mungil dan tersenyum manis pada Lin Dong. "Terima kasih, Kak."
Masih ada beberapa bekas makanan di sudut bibir gadis tersebut. Namun, senyumannya sangat manis sampai membuat hati siapapun terenyuh. Lin Dong diam-diam kembali menghela napas. Jika ada seorang wanita yang melihatnya, kemungkinan wanita itu bakal langsung kalah karena senyuman gadis tersebut…
"Siapa namamu?" Lin Dong menepuk tangannya dan bertanya.
"Mu Lingshan."
Gadis berbaju hijau itu menarik salah satu rambutnya yang terkuncir. Sesaat kemudian, mata lebarnya menatap Lin Dong dan berkata, "Kalau Kakak?"
"Lin Dong." Lin Dong tersenyum ramah dan menjawab.
"Nama yang terdengar biasa saja." Mu Lingshan berkata sambil tersenyum. Dia memiringkan kepalanya dan menatap ke arah Lin Dong. "Sebenarnya, aku tidak tertarik dengan ikan bakar. Aku hanya ingin mengikuti Kakak setelah melihat sosokmu."
"Kau mengikutiku? Sejak kapan?" Lin Dong agak terkejut dan dia berseru.
"Ketika kau berjumpa dengan orang-orang itu hari ini. Aku sudah mengikutimu sejak saat itu," kata Mu Lingshan.
Mata Lin Dong agak berkedut. Dia rupanya tidak sadar sedikit pun meskipun sudah diikuti seharian penuh? Sebenarnya darimana asal-muasal gadis ini?
"Mengapa kau mengikutiku?" Lin Dong agak mengerutkan dahi dan bertanya.
"Aku tidak tahu…"
Jawaban Mu Lingshan menyebabkan sudut bibir Lin Dong berkedut. Gadis itu menggelengkan kepalanya, dan dua kuncir rambutnya ikut terayun. "Apapun itu, aku hanya mengikutimu … Aku tak tahu mengapa, tapi aku merasa Kakak tidak akan melukaiku."
Lin Dong agak mengernyit. Semua kejadian ini terlalu aneh. Mengapa Mu Lingshan percaya kalau dia—pemuda yang belum pernah ditemuinya—tidak akan melukainya?
"Kak, aku terluka dan akan istirahat dulu." Mu Lingshan tidak peduli dengan apa yang dipikirkan oleh Lin Dong. Gadis itu hanya mengutarakan kata-kata itu sambil tersenyum, lalu merebahkan diri di atas batu. Gadis itu tertidur seperti kucing kecil di depan Lin Dong yang menatap kebingungan.
Ekspresi Lin Dong yang diterangi cahaya yang berpendar dari api unggun di hutan tampak agak tidak yakin. Dia menatap ke arah Mu Lingshan yang tertidur lelap. Gadis kecil dengan asal-muasal misterius itu menyingkirkan rasa waspadanya, dan malah tertidur di depan mata Lin Dong?
"Oh?"
Sementara mata Lin Dong berkedip, dia mendadak melihat kilau biru gelap menguar dari badan Mu Lingshan. Kilau itu seperti tameng cahaya yang menyelimuti diri gadis tersebut. Di waktu bersamaan, luka-luka yang terlihat parah di lengan kurus Mu Lingshan kembali pulih dengan kecepatan yang bisa dilihat mata telanjang.
"Ini…"
Lin Dong terdiam dan tercengang saat menyaksikan kejadian tersebut. Dia bisa merasakan gejolak energi yang sangat aneh dari tameng cahaya itu.
"Undying Overflowing Heaven Method…" Suara Yan yang terdengar terkejut mendadak muncul saat itu.
"Undying Overflowing Heaven Method? Apa itu?" Lin Dong terkejut dan kembali bertanya.
"Apa gadis kecil itu berasal dari Klan Immortal Sage Whale? Metode itu adalah cara unik yang digunakan oleh mereka," gumam Yan.
"Immortal Sage Whale?"
Pupil Lin Dong agak menciut setelah mendengar nama tersebut. Walaupun dia tidak terlalu paham dengan Suku Sea Demon, tapi dia masih tahu kalau Klan Immortal Sage Whale adalah salah satu dari klan-klan yang cukup mengerikan di antara Suku Sea Demon. Apa gadis kecil di hadapannya sekarang berasal dari klan itu?
"Sepertinya bukan … Fondasi gadis kecil itu tidak terlihat sepenuhnya berasal dari Immortal Sage Whale … Tapi mengapa dia tahu mengenai Undying Overflowing Heaven Method? Fondasi ini … bahkan aku tidak bisa memahaminya…"
Yan bergumam. Suaranya mengandung nada tidak yakin. Kejadian itu membuat Lin Dong sontak tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya apa latar belakang Mu Lingshan? Bahkan Yan tidak bisa mengenalinya?
"Mengapa gadis itu berkata kalau dia tak punya pilihan selain mengikutiku? Apa dia berbohong?" Lin Dong bertanya.
"Sepertinya tidak demikian. Gadis kecil itu sangat tulus. Semua yang dikatakan olehnya pasti benar. Sedangkan mengapa dia tak punya pilihan selain mendekatimu … mungkin karena dia tertarik dengan sesuatu di dalam dirimu." Yan mengungkapkan pikirannya.
"Benar-benar aneh."
Lin Dong agak menautkan alisnya. Dia menatap ke arah Mu Lingshan yang tidak memperlihatkan rasa curiga padanya selama dia tertidur lelap. Hingga pada akhirnya, Lin Dong hanya mampu menggeleng tak berdaya. Tak peduli bagaimanapun, dia akan pergi besok. Pemuda itu benar-benar tidak berharap bakal terlibat dalam urusan yang bisa saja merupakan berkah, atau bencana.
Lin Dong berangsur-angsur memejamkan matanya sambil berpikir. Sesaat kemudian, pemuda itu mulai bermeditasi.
Langit berlalu secara damai. Mu Lingshan yang tertidur lelap, akhirnya membuka matanya yang lebar pada keesokan harinya. Ada sorot cerdas terlihat di matanya yang hitam legam.
Saat ini mata Lin Dong juga ikut terbuka. Dia memandang ke arah Mu Lingshan, lalu nyengir kecil dan bertanya, "Sudah bangun?"
"Um."
Mu Lingshan mengangguk sambil tersenyum. Dia menoleh memandang luka di lengannya yang sudah pulih, lalu mengatupkan bibirnya. Tak lama kemudian, dia melambaikan tangannya ke arah Lin Dong dan berkata, "Kak, terima kasih atas ikan bakarnya. Aku pergi dulu…"
Setelah berbicara, sosok mungil Mu Lingshan melompat ke pohon yang tinggi. Gadis itu ragu-ragu sesaat. Dia lalu memegang salah satu kunciran rambutnya dan berkata, "Kak, jangan pergi ke arah yang sama denganku."
"Oh?"
Lin Dong tercengang. Dia baru hendak berbicara ketika Mu Lingshan terkekeh riang. Sosok mungilnya berubah menjadi sinar cahaya yang kemudian bergegas keluar pulau kecil, dan menghilang cepat dari jarak pandang Lin Dong.
Lin Dong menatap ke arah di mana sosok Mu Lingshan lenyap. Pemuda itu akhirnya terkekeh kecut. Sebenarnya apa yang baru saja terjadi?