Mari Minum untuk Segelas Keberanian
Mari Minum untuk Segelas Keberanian
Tuan San memandang Wan Li di sampingnya dengan senyum penuh perhatian. "Bagaimana? Bahagia sekarang?"
"Saya tidak bisa berbicara tentang kebahagiaan, tapi saya hanya ingin tahu apakah Ye Fei akan melepaskannya…" ujar Wan Li. Nada bicaranya penuh dengan kesombongan yang jelas. Namun, jika bukan karena permintaan Tuan San, ia tidak akan pernah berani bertanya.
"Tergantung pada apa yang dimaksud Tuan Su. Itu tergantung pada keinginan Tuan Su…" gumam Tuan San santai.
Mendengar percakapan mereka, mata Ye Fei sekali lagi tertuju pada Su Mohan. Rasanya ia ingin membaca pikiran pria itu. Su Mohan, apakah kamu harus mempermalukanku dan menginjak-injakku di depan umum? Kali ini, ia tidak memohon belas kasihan seperti dulu karena ia tahu itu tidak akan ada gunanya.
Seiring berjalannya waktu, Ye Fei tetap berdiri terdiam di sana dengan kaku. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu mengangkat tangannya yang ramping dan membuka dua kuncir di rambutnya hingga rambut panjangnya mengayun lembut. Rambutnya yang berombak kembali terurai seperti rumput laut, lalu ia menyampirkan seluruh rambutnya ke satu sisi.
Tuan San berdiri dari sofa dan membuka sebotol anggur, lalu menuangkan banyak-banyak ke dalam gelas sampai hampir meluap. Namun, lelaki itu dengan mantap memberikannya pada Ye Fei. Ia meletakkan gelas di tangannya di meja dan anggur itu tidak tumpah setetes pun. "Apakah pertama-tama kamu ingin meminum segelas untuk sebuah keberanian?"
Pandangan Ye Fei jatuh pada Tuan San, lalu ia mengaitkan bibirnya dengan lembut dan tersenyum. "Terima kasih banyak."
Tuan San tersenyum dan duduk di kursinya. Kemudian, Wan Li berkata. "Tuan San benar-benar baik."
Ye Fei tidak ragu lagi. Ia telah membuat keputusan. Meskipun melepas pakaian terasa mengerikan, mungkin ia bisa menjadi terkenal seperti aktris. Jika ia melepas pakaiannya, itu berarti ia juga melepas pendiriannya. Melepas pakaian juga berarti melepas keangkuhannya. Ia harus menampil sikap yang paling sempurna, bahkan tanpa satu inci pun pakaian. Ia harus tampak menakjubkan.
Ye Fei menggenggam gelas anggur yang diletakkan di depannya, lalu mengangkat gelas itu dan meminumnya. Setetes alkohol panas mulai menyelinap ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Kini, perutnya terus-menerus terbakar hingga terasa meledak seperti api. Setelah minum, wajah Ye Fei yang tadinya santai mulai berubah memancarkan pendar merah, menunjukkan suhu panas yang mendidih.
Ye Fei menyeka tetesan anggur dari sudut mulutnya dengan lembut, lalu memandang Su Mohan sambil tersenyum dan berkata, "Karena Tuan Su telah menghabiskan banyak uang, tidak baik bagi saya untuk mengecewakan Tuan Su. Bagaimana jika saya memiliki cara yang berbeda untuk melepas pakaian saya hari ini, agar Tuan bisa menikmatinya sendiri?"
Wajah dingin Su Mohan masih setenang air. Ia duduk di sofa sambil menyilangkan kaki dengan tampilan yang mulia layaknya seorang kaisar dan memancarkan sentuhan aura dingin. Ye Fei tidak menatapnya lagi. Wanita itu melangkahkan kaki dengan ringan ke atas panggung yang terang benderang sementara tatapan semua orang tertuju padanya. Para penari dan gadis-gadis yang sebelumnya menari langsung memberi jalan hingga hanya tersisa sosok ramping Ye Fei di atas panggung itu. Lampu-lampu neon yang berwarna-warni mengitarinya hingga ia berada dalam lingkaran kuning dan fatamorgana ungu.