Mencuri Hati Tuan Su

Sampai Menjadi Tua



Sampai Menjadi Tua

0Karena konsentrasi Hanwen yang buruk, setelah bermain dengan mainan baru untuk beberapa saat, Hanwen pun mulai merasa bosan. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak berlari ke sisi Ye Xiaotian dan mengajaknya berbicara tanpa henti seperti biksu Tang, keahlian yang luar biasa.     

Ye Xiaotian kesal karena merasa terganggu dengan suara Hanwen, sehingga pada akhirnya Ye Xiaotian mau tidak mau harus menemukan cara untuk membuat Hanwen menjauh.     

Jadi, di bawah permintaan 'tulus' Ye Xiaotian, Hanwen memiliki tugas penting untuk menemukan 'Buka Pintu'. Sehingga Hanwen dengan patuh menelusuri ruangan untuk menemukan kura-kura Ye Xiaotian, 'Buka Pintu', jadi di seluruh ruangan terdengar suara memanggil 'Buka Pintu' tanpa henti.     

Ye Fei memandang Su Mohan yang sedikit sedih, lalu mengulurkan tangan dan melingkarkan lengannya di leher Su Mohan dengan lembut, serta mencium janggut tipis Su Mohan sambil berkata dengan ringan, "Bagaimana kalau kita jalan-jalan saja?"     

Su Mohan menoleh dan melihat ke luar jendela. Angin di luar jendela sedikit meniup tirai putih, membawa aroma air laut yang samar. Suara ombak laut bercampur dengan suara embusan angin membuat hati siapa pun yang mendengarnya menjadi tenang.     

"Ayo." Su Mohan menarik Ye Fei untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian mereka berdua berganti pakaian.     

Ye Fei berencana untuk memanggil anak-anak untuk pergi bersama, tetapi rencana itu dengan tegas ditolak oleh Su Mohan. Su Mohan mengatakan mereka harus menghabiskan lebih banyak waktu berdua saja selama menjadi pengantin baru.     

Setelah berkemas, Ye Fei mengikuti Su Mohan keluar dari kamar.     

Pada saat ini, langit baru saja mulai gelap, masih ada sentuhan sisa-sisa matahari terbenam pada garis pantai di kejauhan, seolah-olah lapisan foil emas telah melapisi laut biru yang dalam, serta ada potongan-potongan pecahan emas di bawah gemerlapnya ombak.     

Lampu di garis pantai berangsur-angsur menyala, rumput di depan istana dipenuhi dengan kue-kue dan sampanye yang tidak ada habisnya, pria dan wanita dalam gaun dan pakaian formal secara bertahap menari bersama.     

Ye Fei dan Su Mohan berjalan di sepanjang garis pantai, dan secara bertahap menjauh dari keramaian dan hiruk pikuk keramaian, namun selalu ada serangkaian cahaya terang untuk menuntun mereka sepanjang jalan.     

Tertiup oleh angin laut dan mendengarkan suara ombak, Ye Fei merasa hatinya menjadi tenang.     

Su Mohan meraih tangan Ye Fei dan berkata dengan lembut, "Aku merasa bersalah kepadamu. Pesta pernikahan kita sejak awal memang terlambat diselenggarakan, selain itu ada begitu banyak insiden yang terjadi."     

Ye Fei menolehkan kepalanya dan tersenyum kecil sambil berkata. "Untuk apa merasa bersalah? Meskipun memang ada banyak insiden yang terjadi, selain kematian Yaya, tidak ada insiden buruk."     

Su Mohan terdiam dan tidak mengatakan kepada Ye Fei bahwa Hanwen dan Ye Xiaotian sempat diculik hari itu.     

"Su Mohan, menurutmu berapa lama kita akan bersama?"     

"Sangat-sangat lama … Sampai kita menjadi tua dan kehidupan menjadi layu." Su Mohan berkata dengan lembut, suaranya yang serak membawa kekuatan sihir yang tak dapat dijelaskan juga sangat menenangkan.     

"Kalau begitu bagaimana jika kita bertengkar di masa depan?" Ye Fei menoleh untuk menatap Su Mohan, bertanya-tanya apakah Su Mohan akan mengatakan bahwa ia akan membiarkannya pergi.     

Tanpa diduga, Su Mohan berkata dengan tegas, "Tidak akan ada pertengkaran."     

"Kenapa?"     

"Karena aku tidak akan memberimu kesempatan untuk membuka mulutmu." Su Mohan mengangkat alisnya, ia terlihat sedang berada dalam suasana hati yang baik.     

Ye Fei tidak dapat bereaksi untuk sementara waktu, namun beberapa saat kemudian ia menyadari apa yang Su Mohan maksud, hal itu langsung membuat pipinya menjadi merah.     

Su Mohan berhenti untuk memandang Ye Fei yang linglung dari kejauhan. Angin laut meniup gaun serta rambut Ye Fei yang panjang, wajah Ye Fei memiliki ekspresi kelembutan yang tenang. Sepasang mata yang dengan samar melintaskan ekspresi yang centil, dengan cerdik menggabungkan pesona dan kedamaian bersama.     

Pipi Ye Fei sedikit merah saat melihat tatapan Su Mohan. Ye Fei pun segera berbalik, mereka berdua menghadap ke arah laut untuk melihat lapisan ombak sambil merasakan suasana malam yang nyaman, langka, dan terbatas ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.