Tarian Tunggal
Tarian Tunggal
"Apakah kamu serius?"
"Iya, aku serius."
Mendengarkan kata-kata Ye Fei yang lembut, bulu mata Su Mohan bergetar. "Baguslah kalau begitu, aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Ye Fei dengan ringan mencium bibir Su Mohan dan berkata, "Meskipun matamu tidak bisa melihat, kamu masih bisa bermain piano. Saat aku pertama kali melihatmu, kamu sedang bermain piano. Aku tidak berani mengeluarkan suara karena takut mengganggumu yang sedang bermain."
Su Mohan tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan kembali cara mereka bertemu untuk pertama kalinya. Tidak satu pun dari mereka pada waktu itu akan memikirkan masa depan seperti saat ini.
Ye Fei membantu Su Mohan bangun dan pergi ke ruang piano, kemudian ia membawa perlengkapan melukisnya. Jadi saat Su Mohan memainkan piano, ia akan melukis sosok Su Mohan yang sedang bermain piano, terdengar cukup menyenangkan.
Karena piano Su Mohan sangat bagus, meskipun Su Monan tidak bisa melihat, dengan ujung jarinya, setiap nada yang dimainkan terdengar halus sehalus biasanya.
Sore hari telah berlalu. Su Mohan tampaknya sudah lama tidak merasa bahagia seperti ini.
Sejak menjadi buta, ia sepertinya akhirnya menemukan satu hal yang bisa membuatnya tidak berdaya.
"Su Mohan, aku menggambarmu saat sedang bermain piano. Aku akan menunjukkannya kepadamu ketika matamu sembuh." Ye Fei meletakkan kuas dan berjalan ke arah Su Mohan.
"Baiklah."
Ye Fei membantu Su Mohan kembali ke kursi roda, kemudian mendorong kursi roda keluar. "Aku tiba-tiba teringat apakah aku sempat mengambil beberapa hasil lukisan ibuku di pelelangan terakhir kali?"
"Ya, itu ada di galeri lukisan."
"Ayo pergi ke sana dan melihat-lihat. Setelah memikirkannya kembali sekarang, sepertinya aku belum terlalu mengapresiasi barang-barang milik ibuku."
"Iya, dari koridor di lantai dua, belok kiri menuju ke ruangan nomor tiga."
Ye Fei mendorong kursi roda Su Mohan dan dengan cepat tiba di ruang galeri lukisan. Galeri lukisan ini menyerupai istana kekaisaran Eropa pada Abad Pertengahan. Gaya dekorasi Eropa kuno sangat mengejutkannya, keindahannya terlihat sederhana namun mewah.
Begitu masuk ke dalam ruangan, Ye Fei tertarik dengan lukisan gantung di setiap sisi dinding. Ada banyak lukisan dari berbagai gaya, dan sekilas terlihat berbagai macam perhiasan di bawah matanya.
Ye Fei dengan mudah menemukan lukisan minyak ibunya di dalamnya. Pada lukisan itu ada sosok seorang gadis dengan satu kaki berputar dalam gaun baletnya. Rambut lembut gadis itu disisir dengan rapi, dan sinar matahari yang hangat menyelimuti aula dansa besar. Gadis itu menutup matanya karena menghayati. Bulu matanya yang panjang meninggalkan dua bayangan di wajah, dan lengkungan sudut mulutnya entah kenapa membuat orang yang melihat merasa tersentuh.
"Tarian Tunggal dari Seri Cahaya dan Bayangan." Ye Fei membaca judul lukisan itu dengan lembut, kemudian ia melihat bayangan panjang di bawah kaki gadis itu.
Ketika Ye Fei melihat bayangan itu, ia sedikit terkejut, karena dari bayangan itu, ia bahkan tidak bisa melihat bahwa penari itu kehilangan satu kakinya. Sudut yang dipilih membuatnya merasa gadis itu seperti gadis biasa yang sedang menari balet, seperti seekor angsa yang cantik.
Su Mohan mencari memori tentang lukisan ini di dalam benaknya, kemudian berkata dengan lembut, "Seri ini dibuat oleh ibumu setelah dia jatuh sakit. Lukisannya sangat dipuji secara internasional. Pada saat itu, dia sepertinya memiliki pemahaman hidup yang berbeda."
Ye Fei melangkah maju dan menurunkan lukisan itu, kemudian ia mengulurkan tangannya dan dengan lembut membelai pipi gadis pada lukisan tersebut. Ekspresi gadis itu begitu memabukkan, seolah-olah berjuang di antara kegelapan dan cahaya. Ada kesedihan dan keputusasaan, tetapi juga ada perasaan hidup yang antusias dan secercah harapan.