Mencuri Hati Tuan Su

Orang Kampung dan Anjing Dilarang Masuk



Orang Kampung dan Anjing Dilarang Masuk

2Ye Fei berdiri sambil tertawa. Melihat Su Mohan mengerutkan kening dan merapikan tempat tidur dengan lengan baju yang digulung, Ye Fei tidak tahan untuk diam-diam memotret Su Mohan dengan ponselnya.     

Seluruh proses berlangsung selama setengah jam. Su Mohan sibuk memilah barang-barang Ye Fei, dan Ye Fei dengan hati-hati menempatkan barang-barang orang lain yang telah Su Mohan buang agar pemiliknya tidak marah saat kembali ke kamar.     

Sampai Su Mohan meletakkan koper Ye Fei sambil mengerutkan kening, Ye Fei akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, "Su Mohan, akhirnya aku tahu apa yang aneh."     

"Hm?"     

"Apakah kamu pernah berpikir bahwa kamu sudah seperti ayahku sendiri? Atau bisa dibilang sudah seperti orang tuaku sendiri ... Kamu mengurus barang bawaanku, membantu membersihkan kamar, dan bahkan mengancam jika nilaiku jelek." Ye Fei tidak bisa menahan tawa.     

Wajah Su Mohan menjadi gelap dan ia menarik Ye Fei. "Dasar wanita kecil yang tak berperasaan. Aku di sini sedang sibuk membantumu, tapi kamu malah berbicara omong kosong di sana."     

Ye Fei berdiri dan berjinjit sedikit untuk menyeka keringat dari dahi Su Mohan, kemudian ia mengulurkan tangan dan melingkarkannya di pinggang Su Mohan. "Su Mohan, apakah kamu adalah bala bantuan yang diutus oleh pasukan monyet?" [1][1]     

Su Mohan sedikit terkejut, ia tidak pernah menyangka bahwa kalimat yang tidak beraturan ini keluar dari mulut Ye Fei.     

Ye Fei dengan ringan bersandar di dada Su Mohan. "Aku tidak tahu akan seperti apa aku tanpamu. Aku berpikir, bahwa aku masih harus berterima kasih kepada Tuhan. Meskipun Dia memberiku banyak ujian dan cobaan, kamu adalah hadiah terbaik yang diberikan oleh-Nya untukku."     

Tatapan Su Mohan berangsur-angsur menjadi lebih lembut. Wanita kecilnya ini, terkadang dia sangat mudah membuat orang lain marah, namun di sisi lain dia sangat ahli saat berbicara tentang hal yang romantis.     

Hati Ye Fei memang tersentuh. Ia percaya bahwa Su Mohan pasti belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Namun sekarang Su Mohan bersedia untuk mendaki gunung dan menyeberangi lautan demi dirinya sendiri di sini, melakukan hal seperti seorang kuli. Bagaimana ia tidak bisa merasa puas?      

Setelah melepas mantelnya yang mewah itu, Su Mohan sebenarnya hanyalah orang biasa yang memerlukan kehangatan.     

Setelah berkemas, Ye Fei pergi dengan Su Mohan untuk makan sesuatu. Selesai makan, Ye Fei mengusir Su Mohan pergi.     

Bagaimanapun, Su Mohan pasti memiliki kesibukannya setiap hari. Meskipun Ye Fei berharap Su Mohan bisa tinggal bersamanya untuk sementara waktu, Ye Fei tidak ingin Su Mohan lembur untuk mengurus urusan bisnisnya.     

Ye Fei kembali ke kamar asrama. Ketika ia menggesek kartu kamarnya, ia mendengar suara seseorang yang sedang marah di dalam. "Siapa yang mengizinkannya memindahkan barang-barangku?"     

Ye Fei mendorong pintu kamar dan masuk. Tiga pasang mata melihat ke arahnya. Salah satunya memiliki tatapan yang panas.     

Seorang wanita menatapnya. Wanita itu mengenakan jas warna biru laut. Seluruh tubuhnya seperti sedang berapi-api, memiliki rambut sedikit melewati bahu, riasan wajahnya agak tebal. Rok yang awalnya memang tidak panjang dipotong sedikit lebih pendek olehnya. Sepasang kaus kaki hangat menutupi kakinya dari bawah hingga ke lutut, namun paha putihnya masih terlihat.     

Hanya sekilas melihatnya, Ye Fei tahu bahwa kehidupan asrama yang harmonis dan bahagia dalam bayangannya akan hancur begitu saja. Namun itu tidak masalah. Ada pepatah berkata, saat jauh dari rumah, bagaimana mungkin ia tidak menemukan hal-hal seperti ini.     

Tiga pasang mata menatap Ye Fei. Rambut Ye Fei diikat menjadi seperti bola. Ia mengenakan sweater putih yang tebal, dipasangkan dengan celana jeans dan sepasang sepatu kets. Selain kartu kamar di tangannya, selain itu tidak ada hal lain di tubuhnya.     

Gadis centil yang ada di hadapan Ye Fei menatap Ye Fei dari atas ke bawah. Pada akhirnya, gadis centil itu memastikan bahwa pendatang baru ini bukanlah karakter yang tidak bisa ia provokasi, dan langsung mencibir, "Hei! Pendatang baru, apakah kamu tidak melihat tulisan di pintu bahwa orang kampung dan anjing tidak diizinkan masuk?"     

[1] Kata kunci internet berasal dari sebuah kalimat yang diucapkan dalam sebuah acara TV 'Journey to the West' (Kera Sakti) episode 86. Mengacu pada sekelompok orang yang menjaga perdamaian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.