My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Menemui Axelard



Menemui Axelard

0Chleo segera menuju ke tempat lokasi sesuai petunjuk adiknya. Untungnya, Axelard tidak melakukan teleport ke luar kota ataupun ke luar negeri. Setidaknya, Chleo tidak perlu naik pesawat ataupun kereta yang akan memakan waktu berjam-jam.     

Chleo memandang hotel di hadapannya dengan perasaan heran.     

Mengapa pria itu menginap di hotel ini padahal pria itu memiliki rumah mewah di kota New York?     

Akhirnya dia tidak terlalu memikirkan jawabannya dan langsung menuju ke resepsionis.     

"Selamat sore, apakah disini ada orang bernama Axelard menginap disini?"     

"Maaf nona, tapi kami tidak bisa memberitahu anda karena ada hak perlindungan privasi bagi pelanggan kami."     

"Aku mengerti. Terima kasih."     

Sang penjaga resepsionis membalas senyumannya dan Chleo berjalan pergi untuk menghubungi adiknya.     

Dalam kondisi seperti saat ini, satu-satunya yang bisa dia andalkan adalah adiknya. Apalagi saat dia mengetahui Diego telah memiliki helper Miyu, adiknya adalah merupakan pilihan bantuan yang sangat tepat.     

"Kau ingin aku apa?!" seru Diego tak percaya akan apa yang baru saja didengarnya.     

"Diego, kau memiliki telinga. Tentu saja kau sangat mendengar apa yang aku ucapkan."     

"…" tidak terdengar respon untuk beberapa saat di seberang sana.     

"Diego?"     

"Kakak, sebenarnya apa yang terjadi. Pertama, kau memintaku untuk melacaknya, sekarang kau ingin meretas sekuriti hotel untuk mencari tahu kamarnya? Ada apa ini? Kakak bisa menghubunginya langsung."     

"Aku tidak akan meminta bantuanmu jika seandainya dia mengangkat teleponnya."     

"Ha? Dia mematikan teleponnya?" terdengar nada marah dari suara adiknya membuat Chleo buru-buru menjelaskan apa yang terjadi sebelum adiknya mengambil kesimpulan yang salah.     

Kening Diego mengernyit mendengar penjelasan kakaknya yang menemui Alexis secara diam-diam tanpa memberitahu Axelard. Namun pada akhirnya Axel mengetahui pertemuan mereka dan kini menghindarinya.     

"Kakak, jika seandainya kau bukan kakakku, aku pasti akan memihak pada Axel. Kenapa kau tidak memberitahunya? Aku yakin dia akan mengerti jika kau mengatakannya dengan baik-baik. Sekarang dia malah salah paham padamu."     

Chleo menggigit bibirnya mendengar nada sarkas dari adiknya. Dia juga tahu bahwa yang dilakukannya salah. Dirinya yang satu sudah memarahinya sepanjang perjalan ke hotel ini dan tidak berhenti mengejeknya karena menyembunyikan hal sepenting ini pada Axel.     

Chleo mengambil napas panjang lalu berbicara lagi, "Jadi kau akan membantuku atau tidak?"     

"Aku akan membantumu. Masuk saja ke dalam lift. Aku akan membuat helper membantumu ke lantai tempat Axel."     

"Baiklah. Terima kasih, Diego."     

Diego geleng-geleng kepala selesai berbicara dengan kakaknya. Kalau dikehidupan sebelumnya, Diego sangat membenci raja biru sedemikian besarnya hingga dia yakin dia tidak akan pernah bisa menerima Axel masuk kedalam keluarganya.     

Namun kini, setelah dia melihat apa saja yang dilakukan Axel untuk Chleo beserta arti dari sebuah cinta yang dimiliki raja warna, Diego merasa simpati dan kasihan pada Axel.     

Sekarang ditambah dengan sikap kakaknya yang tampak ragu dan membuat kesan ingin kembali pada Alexis membuat Diego menjadi lebih merasa simpati pada Axel.     

Sepertinya dia terlalu menyayangi Chleo sehingga kakaknya bisa bersikap semaunya sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain.     

Apa sebaiknya dia memberi pelajaran pada kakaknya?     

Diego tersenyum miring memikirkan ide nakal yang tiba-tiba muncul di kepalanya.     

Ah, sudah lama dia tidak mengerjai orang. Tampaknya kakaknya merupakan target yang pas dalam aksi kejahilannya.     

Chleo yang sama sekali tidak tahu rencana usil yang sedang dipikirkan adiknya untuknya, masuk ke dalam lift dengan jantung berdegup kencang.     

Apa yang harus dia lakukan saat bertemu dengan Axel? Sejujurnya dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kesalahpahaman ini pada pria itu.     

Dia takut, semakin banyak dia bicara untuk menjelaskan, semakin besar pula kemungkinan kalimatnya akan menyakiti pria itu.     

Tidak lama kemudian, pintu lift terbuka dan Chleo berjalan keluar dari lift hanya untuk melihat hanya ada satu pintu kamar disana. Ah, ini pasti adalah penthouse hotel ini. Tebak Chleo karena dia tidak melihat angka lantai yang didatanginya.     

Setelah bolak-balik mengambil napas, Chleo akhirnya memencet tombol bel tersebut dan menunggu dengan sabar.     

Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan muncul pemilik sepasang biru mata yang indah. Hanya saja, mata biru tersebut tidak secerah biasanya membuat Chleo merasa bersalah.     

"Chleo? Kenapa kau ada disini?"     

Nyut…     

Chleo merasa hatinya terasa sakit saat mendengar pertanyaan itu. Memangnya, apakah dia membutuhkan alasan untuk menemui pria itu? Kenapa pria itu seakan tidak mengharapkan kehadirannya?     

"Apakah aku boleh masuk?"     

Axel membuka pintunya dengan lebar untuk membiarkan Chleo masuk ke dalam. Axel mempersilahkan Chleo untuk duduk sementara dia mengambilkan minuman jus buah untuknya.     

Setelah itu, Axel duduk di sofa agak jauh dari Chleo membuat hati Chleo merasa lebih gundah.     

Dia tahu, pria itu sedang menciptakan jurang kasat mata diantara mereka, tapi setidaknya pria itu tidak pernah menghindarinya. Axel akan selalu duduk disebelahnya dan menggandeng tangannya.     

Tapi pria itu sama sekali tidak menggandengnya dan duduk di sofa single padahal ada ruang yang sangat besar disebelah Chleo.     

"Axel, ada yang ingin kujelaskan. Barusan aku bertemu dengan Alexis dan aku tidak ingin kau salah paham. Aku menemuinya karena aku ingin mengakhiri perasaanku. Kami sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Sekarang kami hanya berteman."     

Teman? Hubungan antara pria dan wanita, tidak akan pernah bisa menjadi teman biasa. Salah satunya pasti memiliki perasaan terhadap lainnya.     

Terlihat jelas sekali Axel sama sekali tidak percaya akan penjelasan Chleo.     

"Kau tidak percaya padaku?"     

"Apakah itu penting? Kurasa kau tidak peduli apakah aku akan percaya padamu atau tidak."     

"Axe, aku…"     

"Aku benar-benar menghargai betapa besarnya kepercayaanmu terhadapku."     

Chleo kehabisan kata-kata mendengar nada sarkas keluar dari mulut pria itu.     

"Maafkan aku. Aku ingin sendiri. Kau boleh tinggal disini kalau kau mau."     

Axel bangkit berdiri lalu berjalan masuk ke kamarnya dengan cepat. Chleo turut bangkit berdiri untuk menyusul pria itu. Dia tidak ingin mereka bertengkar seperti ini dan hatinya terasa sakit menerima sikap acuh dari pria itu.     

Dia terbiasa menerima perhatian lebih dari pria itu. Walaupun dia merasakan ada jurang diantara mereka, namun pria itu selalu memperhatikan segala kebutuhan dan kenyamanannya.     

Sekarang disaat Axel bersikap dingin serta acuh terhadapnya, Chleo merasa sedih, kecewa dan terluka.     

Apakah ini perasaan pria itu disaat dia bersikap dingin kepadanya?     

Oh, Axe, sudah berapa banyak aku menyakitimu? Chleo merasakan segenang air berkumpul pada matanya.     

Dan air matanya menetes saat dia membuka pintu kamar yang dituju Axel, namun pria itu tidak ada disana.     

Disaat seperti ini, dia sungguh berharap pria yang ia cintai bukanlah raja biru. Kalau pria itu berteleport ke tempat yang tidak bisa ditujunya, apa yang bisa dia lakukan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.