My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Mengejar Axelard



Mengejar Axelard

3Sebelumnya Chleo sama sekali tidak peduli apakah suaminya, Harry McKenzie akan meninggalkannya ataupun membuangnya. Dia malahan berharap Harry segera melepasnya pergi agar dia bisa kembali ke Amerika untuk bersama Alexis.     

Tapi disaat dia menjalani kehidupan barunya dan ingatan dimana Axelard mencurahkan segala kasihnya untuknya, dia menjadi terlena. Dia merasa percaya diri bahwa Axel tidak mungkin meninggalkannya.     

Kepercayaan dirinya meroket saat mendengar ungkapan pria itu yang mengucapkan tidak akan pernah meninggalkannya.     

Tapi siapa sangka, pria itu sungguh akan meninggalkannya?     

Chleo serasa menjadi lemas dan tak berdaya seolah dia baru saja terkena luka tembak. Dia merasa dirinya kembali ke dalam kegelapan dimana dia dikurung kedalam wadah di dunia Vectis.     

Melihat ekspresi syok serta kalut pada ekspresi Chleo, Katie menarik kembali tangannya untuk bicara dengan ibunda dari anak remaja itu.     

"Cathy, aku akan menghubungimu nanti."     

"Baiklah. Aku titip putriku padamu."     

"Hm. Serahkan padaku." setelah memutuskan koneksi panggilannya, Katie menoleh kembali ke arah keponakannya yang tampak tak memiliki jiwa kehidupan. "Chleo, kau baik-baik saja?"     

"Tidak mungkin. Axe tidak mungkin pergi meninggalkanku."     

"Chleo, apa kau ingat saat kau diculik di Jerman belasan tahun yang lalu? Apa kau ingat siapa yang menolongmu kala itu?"     

Mana mungkin Chleo melupakannya? Orang yang menyelamatkannya adalah pangeran esnya. Pangeran esnya tidak lain adalah Axelard.     

Selama bertahun-tahun ini pria itu selalu menumbuhkan bunga camellia di hari ulang tahunnya. Selama bertahun-tahun ini pula Chleo menantikan pertemuan mereka kembali.     

Tapi kenapa dia menantikan pertemuan mereka? Karena dia terkagum pada pangeran es yang menyelamatkannya.     

Kenapa pangeran es menyelamatkannya disaat pria itu belum bertemu dengannya?     

Bahkan jauh sebelum kejadian penculikan itu, pria itu selalu muncul dimanapun Chleo berada. Pria itu selalu mengucapkan bahwa dia kebetulan berada di tempat yang sama dengannya. Tapi kalau setelah dipikir ulang, apakah itu benar kebetulan?     

Bagaimana kalau pria itu sengaja mencarinya dan menemuinya?     

Selama ini Axel yang terus mencari serta mendekatinya untuk berusaha memasuki hatinya!     

Tidak peduli seberapa sering Chleo bersikap dingin ataupun mengucapkan kalimat pedas, pria itu tidak pernah menyerah berusaha menyenangkan hatinya.     

Chleo mengangkat kepalanya dan menatap lurus mata bibinya saat menjawab pertanyaannya, "Aku mengingatnya. Aku tidak pernah melupakannya."     

Katie tersenyum lembut layaknya seorang ibu sedang tersenyum pada anaknya. "Kalau begitu keputusannya ada di tanganmu. Kau ingin menghabiskan seumur hidupmu bersamanya atau tidak. Dia sudah mengulurkan tangannya padamu, tapi kau menolaknya. Jika aku menjadi kau dan kau yakin dengan perasaanmu, aku akan mengejarnya dan kali ini aku tidak akan menolaknya."     

Chleo tiba-tiba bangkit berdiri membuat Katie terkejut. Belum sempat bertanya, Chleo lebih mengejutkannya dengan berlari masuk ke dalam rumah.     

"Paman Kinsey!"     

Kinsey baru saja melahap sandwich sarapannya saat mendengar suara yang lantang dari keponakannya, berhenti mengunyah seketika. Kendrich serta Melodie yang juga sedang menikmati sarapan mereka tiba-tiba berhenti beraktivitas untuk melihat ke arah kakak sepupu mereka.     

"Pinjamkan aku sebuah mobil dan juga seorang supir yang tidak takut mati."     

Ha?? Apa maksudnya dengan tidak takut mati?     

"Aku harus sampai di bandara secepatnya."     

Chleo ingat ibunya memberitahunya pesawat yang akan dinaiki Axel akan berangkat satu jam lagi, sementara perjalanan dari tempat ini menuju kebandara memakan hampir satu jam dalam keadaan normal.     

Chleo tidak bisa menyetir mobil karena ayahnya terlalu memanjakannya dengan memberikannya supir pribadi. Di kehidupan dulupun, Chleo tidak bisa menyetir, karena dia terlalu malas untuk belajar menyetir.     

Karena itulah dia hanya bisa meminta bantuan pamannya yang pastinya memiliki belasan bahkan puluhan supir yang sanggup mengendarai mobil secepat mungkin.     

Dia tidak peduli jika supirnya harus melanggar lalu lintas, yang ia tahu, dia harus tiba di bandara dalam waktu setengah jam.     

"Baiklah." Kinsey tidak menyelesaikan sarapannya dan beranjak mengambil mantel serta kunci mobilnya.     

"Paman? Aku meminta supir."     

"Semua supir yang kupekerjakan tidak akan menuruti permintaanmu. Mereka sudah dilatih untuk berkendara dengan nyaman dan aman. Jika kecepatan yang kau inginkan, aku adalah pilihan terbaik."     

"Paman…" Chleo merasa tidak enak kalau harus pamannya yang mengantarnya.     

"Sejak kapan kau merasa segan padaku? Chleo yang kukenal tidak memiliki kata 'sungkan' dalam kamusnya."     

Chleo tersenyum terharu sembari menikmati elusan sayang pada pipinya.     

"Kita berangkat sekarang?"     

"En."     

Kinsey memeluk istrinya untuk mencium pipinya dengan singkat dan membawa Chleo ke garasi kebanggaannya.     

Disana Chleo melihat mobil keluaran Bernz group terbaru yang dirancang sebagai mobil tercepat dan tergesit yang pernah ada.     

Tanpa menunggu waktu, Chleo langsung masuk ke kursi penumpang begitu Kinsey masuk ke kursi supir. Mesin dinyalakan dan mereka disapa oleh suara pria yang terdengar ramah dan sopan.     

Suara itu adalah pemilik dari program yang mengatur sistem kerja mobil yang dinaiki mereka.     

Biasanya jika sang pengemudi ingin berkencan dengan kekasihnya atau mengobrol dengan santai tanpa khawatir akan terjadi kecelakaan, program ini bisa diatur sebagai auto drive dan tetap berjalan hingga sampai ke tempat tujuan.     

Namun karena kali ini mereka membutuhkan kecepatan super tinggi, Kinsey tidak mengaktifkan auto drive dan menjalankannya secara manual.     

Tubuh Chleo seakan tersentak kebelakang tiap kali pamannya menginjak gas untuk menambah kecepatan. Kepalanya agak terasa pusing disaat mobil melakukan gerakan zig zag untuk menyalip mobil-mobil di depan mereka, namun Chleo tidak mengeluh.     

Dia terus bertahan dan terus melihat jalan berharap bangunan bandara segera dilihatnya.     

Tidak sampai setengah jam, mereka tiba di bandara tepat waktu.     

Chleo merasa perutnya seakan berputar dan dia ingin mengeluarkan segala isi perutnya. Untungnya, dia belum makan apa-apa semenjak bangun tadi, sehingga dia tidak ada yang harus dikeluarkan dari perutnya.     

"Terima kasih paman."     

Tanpa menunggu respon dari pamannya, Chleo segera keluar dari pintu mobil dan berlari sekencangnya menuju ke tempat penjualan tiket untuk membeli boardingpass yang akan mengizinkannya masuk ke gate manapun.     

Setelah membeli apa yang diinginkannya, Chleo segera mencari gate keberangkatan menuju ke Inggris.     

Ada tiga gate yang berbeda dan Chleo tidak tahu gate yang mana yang dituju Axel sehingga dia memutuskan untuk memeriksanya satu persatu.     

Dia tidak melihat sosok Axel pada gate pertama ataupun kedua, namun saat dia menuju ke gate ke tiga, dia melihat sosok pemuda tinggi dengan warna rambut yang sangat mencolok.     

Warna rambut manusia di bandara ini rata-rata bewarna coklat gelap, atau pirang. Tapi hanya satu rambut yang bewarna platinum, dan Chleo langsung bisa menebak bahwa orang itu adalah Axelard, suaminya.     

Tanpa pikir panjang, Chleo berlari ke arah pria itu dan menarik tangannya untuk menahan pria itu berjalan memasuki gate untuk menaiki pesawat yang sebentar lagi akan berangkat.     

"Axe."     

Sepasang mata biru membelalak lebar melihat Chleo berada di bandara.     

"Chleo? Apa yang kau lakukan disini? Darimana…"     

"Axe, dengarkan aku. Aku tahu aku salah, aku tahu aku sungguh bodoh dan egois, tapi kumohon jangan pergi. Kau bilang kau tidak akan meninggalkanku, kau bilang kau berharap aku memberimu kesempatan. Aku memberimu kesempatan, aku ingin kau bersamaku, tidak… Aku ingin bersamamu. Tidak peduli di Inggris atau dimanapun, aku ingin hidup bersamamu. Aku mencintaimu, Axe. Jadi kumohon, jangan pergi."     

"…"     

"Jangan tinggalkan aku." Chleo menggenggam kedua tangan Axel dengan erat sementara hatinya merasa gelisah karena sedari tadi pria itu hanya diam saja sambil menatapnya dengan pandangan yang rumit.     

'Ehem...ehem...'     

Secara perlahan Axel menoleh ke samping disusul dengan Chleo yang turut menoleh untuk melihat orang yang sudah sengaja berdehem mengganggu momennya bersama Axel.     

"Tuan muda Cavendish, dia cantik sekali. Apakah kau benar-benar ingin meninggalkannya?"     

Axel tersenyum tipis mendengar pertanyaannya. "Anda pasti sedang bercanda. Aku tidak tahu mengapa dia berpikir aku akan pergi dari sini, tapi anda tahu persis aku tidak akan kembali ke Inggris untuk sementara waktu. Sepertinya dia sedang salah paham denganku."     

Ha?? Salah paham? Apa maksudnya?     

-     

Beberapa saat sebelumnya disaat Chleo keluar dari mobil pamannya, Kinsey menghubungi Diego.     

"Diego, jangan salahkan aku kalau kakakmu akan membencimu setelah ini. Teganya kau mengerjai kakakmu."     

"Ah, paman. Kakak tidak akan pernah membenciku. Dia terlaluuuu menyayangiku. Lagipula tidak ada bukti kalau aku yang merencanakan ini semua."     

Kinsey memutar kedua matanya dengan malas mendengar nada kepercayaan diri keponakannya, kemudian menjalankan kembali mobilnya untuk kembali pulang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.