Happy Ending
Happy Ending
Tadinya aku berpikir, perasaanku terhadap Axel hanyalah perasaan bersalah dan membulatkan tekat untuk bersamanya. Aku memaksakan diriku untuk memberinya kesempatan dan menerimanya. Tapi perkiraanku salah.
Mungkin aku memang merasa bersalah tapi bukan itu yang membuatku ingin menghabiskan waktu bersamanya. Aku merasa tiap kali dia tidak ada disisiku, ada sebagian dariku yang menghilang. Aku merasa ada sebuah lubang didalam hatiku dan aku tidak tahu bagaimana cara menutupnya.
Namun, disaat aku melihat Axel, disaat dia bersamaku, aku merasa utuh kembali. Aku merasa, kami bisa saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain. Dia sudah banyak menderita dan begitu juga denganku.
Kami… Aku tidak ingin membuang waktu dan ingin selalu bersamanya. Aku sudah tidak ingin terjebak dalam ingatan masa lalu ataupun ragu, bahkan melarikan diri. Aku ingin menghadapinya bersama dengan Axel…" tanpa disadarinya, air mata mulai menggenang didalam matanya, namun Chleo masih berusaha sebaik mungkin untuk berbicara tanpa terbata-bata. "Aku ingin menciptakan kenangan yang baru bersamanya. Kali ini aku tidak akan merusaknya."
"Kau benar-benar mencintainya, ya?" entah kenapa suara Vincent terdengar sedih namun disaat bersamaan dia merasa lega, bahwa Axel yang telah berhasil memenangkan hati putrinya.
"Sangat. Sepenuh jiwaku."
Vincent tertawa kecil, lalu berkata, "Jika kau memang mencintainya dan siap membangun rumah tangga sendiri, maka… dengan berat hati, aku memberikan restuku."
Secara perlahan senyuman Chleo semakin melebar dan air mata dibiarkannya turun membasahi pipinya.
Chleo berjalan memutari meja kerja sang ayah lalu merangkul bahu pria tersebut seraya memberikan kecupan pada pipi ayahnya.
"Terima kasih, papa. Aku sangat menyayangimu."
"Aku juga menyayangimu lebih dari apapun." balas Vincent sambil mengelus belakang kepala Chleo dengan penuh kasih.
Dengan hati penuh dengan kegembiraan tiada tara, Chleo keluar dari ruang kerja ayahnya dan menghampiri orang-orang tersayangnya dengan senyuman terlebar yang pernah ia tampilkan.
Melihat sinar kebahagiaan pada Chleo, semua orang langsung tahu bahwa Tuan besar Regnz yang terkenal sangat protektif pada anak perempuannya telah memberikan restunya.
"Apakah ini berarti akan ada pernikahan?" tebak Cathy dengan nada menggoda saat menyambut kehadiran Chleo kedalam pelukannya.
"En. Papa sudah menyetujuinya." jawab Chleo dengan ceria.
"Bagus sekali. Kita bisa mulai merencanakan semuanya dan mengundang teman-teman. Kapan kalian akan menikah."
"Bulan ini!" seru Chleo membuat semua orang ternganga saking syoknya.
Bahkan Axel juga sempat melongo untuk sepersekian detik sebelum akhirnya dia tertawa kecil.
Ah, sama seperti dirinya, Chleo juga tidak sabar meremiskan tali pernikahan mereka.
"Eh? Bulan ini? Sekarang sudah tanggal sepuluh, tepatnya kalian akan menikah tanggal berapa?"
"Mungkin tanggal dua puluh?"
"Kakak, kita tidak mungkin bisa menyiapkan acara pernikahan kurang dari dua minggu." gerutu Diego yang langsung bisa membayangkan betapa sibuknya anggota keluarga untuk menyiapkan pesta pernikahaan secara mendadak.
"Tidak perlu mengadakan pesta besar-besaran. Aku dan Axel telah bersepakat untuk mengadakan pesta pernikahan secara sederhana saja."
Lagipula, Axel sudah terbiasa tidak muncul di depan publik ataupun membiarkan berita-berita menampilkan wajahnya. Usianya yang tidak bisa menua akan membuat orang-orang curiga jika banyak yang mengenali wajahnya.
Karena itu ada baiknya jika mereka tidak mengundang terlalu banyak orang. Cukup anggota keluarga, teman-teman terdekat serta orang-orang yang telah mengetahui identitas Axel yang sebenarnya. Bagi Axel serta Chleo, kehadiran mereka semua sudah lebih dari cukup.
Pada akhirnya, Cathy beserta lainnya mengikuti keinginan Chleo karena identitas Axel yang memang tidak biasa. Ditambah lagi mereka tidak mungkin membuat Axel menahan 'napas' sepanjang acara pernikahan sehingga akan lebih baik mereka mengundang kenalan yang telah mengetahui identitas Axelard.
Cathy serta Chleo langsung memberitahu anggota keluarga mereka, mulai dari Kinsey, Stanley, Tanya hingga keluarga Ewald Regnz yang tinggal di Kanada.
Kinsey memang sudah tahu dan menerima kenyataan bahwa keponakannya akan menikah tahun ini, tapi dia sama sekali tidak menyangka pernikahan keponakannya akan terjadi kurang dari dua minggu!
Begitu membaca pesan singkat dari adik kembarnya, Kinsey yang tengah meneguk sebuah minuman tersedak dan terbatuk-batuk membuat Katie merasa heran.
"Sayang, ada apa? Kau baik-baik saja?"
"Chleo… dia akan menikah."
"Aku tahu. Kau sudah memberitahuku kemarin."
"Dia akan menikah tanggal dua puluh nanti."
"Bulan ini?" Katie tidak tahu apakah dia harus tertawa ataukah memasang raut serius saat melihat ekspresi suaminya yang tampak tersesat.
Di dunia ini, anggota keluarga yang paling menyayangi Chleo selain Vincent dan Diego adalah Kinsey.
Kinsey turut menemani adik kembarnya disaat Cathy melahirkan Chleo. Dia turut melihat bagaimana bayi mungil nan cantik tidur dan membuka kelopak matanya untuk pertama kalinya.
Dia ingat bagaimana tiap pagi anak itu akan membangunkannya dengan kecupan di pipi. Dia bahkan merasa anak itu masihlah anak kecil beberapa minggu yang lalu, tahu-tahu saja anak itu akan menikah kurang dua minggu lagi.
Bagi Chleo, Kinsey merupakan ayah keduanya dan begitu juga sebaliknya. Karena itulah, Kinsey merasa agak tidak rela jika anak gadis itu menikah dengan begitu cepat.
Dia yakin Vincent juga merasakan hal yang sama dan jauh lebih tidak rela jika Chleo menikah di usia dua puluh dua tahun. Tapi karena anak itu sudah mendapat restu dari Vincent, bukankah dia juga harus mendoakan kebahagiaan Chleo?
"Sayang, kau baik-baik saja?" Katie mengelus punggung suaminya dengan lembut menyadari pergumulan batin pada suaminya.
"Aku tidak tahu." jawab Kinsey dengan jujur.
"Tidak terasa ya, waktu berjalan dengan cepat. Rasanya baru kemarin aku bertemu dengan Chleo kecil dan melihatnya bermain bersama Merah. Tapi kini, dia sudah menemukan pasangan hidupnya dan akan menikah sebentar lagi. Sungguh tak terasa."
Kinsey melirik ke arah istrinya dengan tatapan merajuk. "Kenapa aku merasa kau sedang menabur garam diatas lukaku?"
Katie tertawa geli mendengarnya lalu mengajak suaminya untuk berjalan bersama di halaman rumah sambil menikmati sinar matahari.
-
Enam tahun kemudian…
Seorang anak kecil yang memiliki rambut unik sedang bermain pasir di tepi pantai berusaha untuk membangun istana pasir.
Namun entah kenapa, pasir yang disentuhnya menjadi licin dan tidak mau menuruti bentuk yang diinginkannya. Karena merasa jengkel, anak tersebut mengaktifkan kekuatannya untuk memadatkan pasir yang disentuhnya.
Seketika pasir yang sudah bertumpuk membentuk setengah bangunan menjadi padat dan berubah menjadi es.
"Ehem…"
Sebuah suara deheman tegas terdengar dari belakangnya membuat si anak menengok dengan gugup. Dia tersenyum canggup menunjukkan deretan gigi yang putih bersinar berharap sang ayah tidak terlalu marah terhadapnya.
"Sudah berapa kali aku bilang jangan sembarangan menggunakan kekuatanmu."
"Papa tidak bilang aku tidak boleh menggunakan kekuatanku di pasir?"
Sebelah alis sang ayah terangkat mendengar bantahan anak berusia enam tahun tersebut. Sikap pemberontak ini… darimana dia pernah mendengarnya?
"Sudahlah, Axe. Dia masih anak-anak."
Ah, benar. Dari istrinya yang dulu suka membantah dan bersikap manja tiap kali keinginannya tidak dikabulkan.
"Chleo, kau terlalu memanjakannya."
Chleo tertawa kecil lalu membungkuk untuk mencium pipi putranya membuat si anak kecil tertawa geli.
"Aku tidak memanjakannya, Axe. Aku menyayanginya, bukankah begitu anakku yang tampan?" Chleo mengeluskan hidungnya ke hidung putranya membuat si anak tertawa lebih lebar.
Mendengar tawa dari si anak serta senyuman lebar dari istri, Axel tidak bisa lagi marah pada anaknya.
Lagipula, mereka berada di pulau terpencil yang tidak ada penghuninya. Sehingga mereka tidak perlu khawatir akan ada yang melihat apa saja yang telah dilakukan anak kecilnya.
Axel mengangkat tubuh putranya lalu mendudukkannya di atas bahunya yang langsung disambut dengan tawa sukacita dari sang anak. Kemudian dia menggandeng Chleo dan bersama-sama berjalan kaki sambil menikmati matahari terbenam.
Axel tersenyum gembira saat berjalan bersama istrinya karena dulu dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan mendapatkan kehidupan sempurna seperti ini. Berjalan santai bersama dengan wanita yang dicintainya dan mereka dianugrahi seorang anak yang lucu dan menggemaskan.
Yah, anak mereka tidak akan menggemaskan lagi disaat mengambek dan menjadikan benda-benda disekitar mereka menjadi es batu. Tapi lebih dari itu, Axel beserta Chleo menikmati hari-hari mereka dengan penuh tawa dan hati sukacita.
>>>>> From author
Halo para pembaca tersayang. Saya mulai mengenalkan kisah perjalanan asmara Vincent-Cathy ke global nih. Jadi saya mohon bantuan kalian semua untuk pindahkan vote disini ke novel sebelah. Judulnya 'My Only Love: The Targeted Princess'
Terima kasih atas dukungan dan bantuan cinta kalian semua :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss: