Perasaan Takut
Perasaan Takut
Awalnya Axel mengira mungkin Chleo sedang sibuk di suatu tempat dan dengan cerobohnya menjatuhkan gelang serta meninggalkan ponselnya. Karena itulah dia hanya menyuruh Falcon mencari di atas sambil melacak energi bibit yang ditanamkannya pada jemari Chleo.
Tapi ketika Falcon memberitahunya bahwa dia sama sekali tidak merasakan kehadiran Chleo didalam hotel, Axel semakin gelisah. Dia bolak-balik berteleport ke tempat-tempat yang sering dikunjungi gadis itu selama tinggal di Washington. Hasilnya juga nihil. Dia tidak bisa menemukan Chleo dimanapun ia mencari.
Alasan mengapa Axel tidak mencari di luar Washington karena mengira tidak mungkin gadis itu pergi dari luar kota. Chleo adalah orang yang bertanggung jawab sehingga tidak mungkin pergi begitu saja meninggalkan tanggung jawabnya sebagai anggota panitia acara.
Kalaupun ada yang menculiknya, maka saat ini Chleo pasti belum terlalu jauh dari daerah sekitar hotel mengingat dia baru saja melakukan video call dengan gadis itu sejam yang lalu.
"Chleo, sebenarnya kau ada dimana?"
Axelard masih belum menyerah dan terus-menerus berteleport ke berbagai tempat sambil terus berusaha melacak energi dingin dari bibit energi miliknya pada jemari Chleo. Hingga Dexter menghubunginya hanya untuk memberitahunya bahwa acara telah dimulai.
"Apakah Chleo sudah datang ke aula?"
"Belum. Malahan sedari tadi kami mencari nona Chleo. Tanpa nona Chleo, kami belum bisa memperkenalkan produk dari design miliknya."
"Aku mengerti. Aku akan mencarinya. Segera hubungi aku jika Chleo muncul."
"Baik."
Setelah mencari selama hampir setengah jam tanpa hasil, Axelard mengerang frustrasi. Perasaannya mulai tidak tenang dan merasa gelisah. Perasaannya ini sangat tidak enak seolah menggerogoti jiwanya.
Anehnya, dia merasa seperti pernah mengalaminya tapi dia tidak ingat kapan dia pernah mengalaminya.
Axel mengelus dadanya yang mulai terasa sakit seolah jantungnya dicengkeram oleh sebuah tangan besar. Pikirannya dipenuhi dengan Chleo. Dimana gadis itu sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Oh, Axel sungguh berharap gadis itu baik-baik saja.
Tidak lama kemudian dia melihat sebuah peta melalui pikiran Falcon. Peta kota New York? Kenapa pikiran Falcon bisa memunculkan peta kota New York?
Belum sempat Axe menutup koneksi telepatinya dengan Falcon karena tidak ingin mengganggu pencariannya, dia melihat Chleo ada di sebuah atap gedung.
Dalam sekejap Axel menghilang dan langsung berada di atas kepala Falcon yang kini dalam wujud aslinya, yaitu burung raksasa setinggi pohon cemara dengan bola mata biru seperti Kristal jernih serta bulu putih bersih seperti salju.
Begitu Axel bersimpu satu kaki di atas kepalanya untuk bersiap-siap, Falcon melesat dengan cepat menuju ke New York.
Axel sudah terlalu banyak menggunakan kekuatan teleportnya sehingga dia tidak akan bisa berteleport langsung ke jarak yang jauh. Dia hanya bisa mengandalkan kecepatan Falcon yang kini melesat bagaikan pesawat tempur pasukan militer angkatan udara.
Hanya dalam sepuluh menit mereka tiba persis di atas gedung Flex group dimana Chleo akan menjatuhkan diri!?
Jantung Axel seakan berhenti saat itu juga ketika Chleo mendorong sisa bokongnya dan turun kebawah.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Chleo sama sekali tidak mengira jarak antara kakinya dengan tanah begini jauh. Dia mengira dia berada di bawah, namun ternyata dia berada di atas?? Lalu bagaimana bisa orang yang mengajaknya bicara terasa seperti berdiri dihadapannya?
Apakah dia akan mati? Dia bahkan belum menikah. Dia memang tidak pernah memikirkan pernikahan sebelumnya, tapi semenjak dia bertemu dengan Axel dia mulai memikirkan masa depannya.
Dia masih belum ingin mati, apalagi dia masih sangat muda. Ya, Tuhan, apa yang akan terjadi pada keluarganya begitu melihat mayatnya? Mereka semua akan bersedih begitu mendengar kabar kematiannya.
Karena pandangannya kini ditutup oleh kain, tidak akan ada yang melihat air matanya, tapi Chleo tahu, air matanya sudah mengalir tanpa bisa dibendung.
Tepat saat tubuh Chleo hampir menabrak tanah, dia merasakan ada seseorang yang mendekap tubuhnya dengan erat lalu tubuh Chleo menghilang seketika.
Vectis yang menyaksikan itu melirik sinis dan mengepalkan kedua tangannya. Lagi-lagi dia gagal mengambil jiwa gadis itu! Kemudian dia kembali ke dunia asalnya sebelum Falcon, binatang milik raja biru merasakan kehadirannya.
Tepat saat Falcon mencium aroma asing yang tidak dimiliki makhluk di bumi ini, aroma tersebut menghilang seketika secepat datangnya. Mengira sudah tidak ada apa-apa disini, Falcon kembali menyamar sebagai burung elang biasa lalu pergi kembali ke sarangnya.
Sementara itu di dunia astral milik raja biru, suara hantaman antara punggung Axel dengan tanah bersalju terdengar sangat keras membuat Axel mengerang kesakitan.
"Hiks…hiks…"
Axel langsung tersadar begitu mendengar isakan gadis didekapannya dan tanpa memperdulikan rasa sakitnya, dia langsung bangkit untuk duduk seraya menyingkirkan kain penutup mata Chleo.
"Chleo, ini aku."
"Hiks… Axe… huwaaaaaa… Axeeelll! Apa aku sudah mati? Apakah ini di surga?"
Axelard menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau belum mati." jawabnya dengan lembut sambil melepaskan ikatan tali di tangan serta kaki Chleo. "Dan ini bukan di surga. Kau sudah aman sekarang."
"Huwaaaaaaaaa…." begitu Chleo bisa menggerakkan tangannya, dia langsung mencengkeram tuxedo Axel dan membenamkan wajahnya disana. "Aku pikir aku akan mati. Tadi itu sangat menakutkan…"
"Ssst. Aku tahu. Aku ada disini, aku tidak akan membiarkannya terjadi lagi."
Rasanya lucu sekali Axel menenangkan Chleo yang bergetar ketakutan, karena dia sendiripun sedang bergetar. Benar. Axel merasa takut, takut sekali.
Ini pertama kalinya dia merasa ketakutan seperti ini. Bahkan jantungnya belum berdetak normal dan masih berpacu cepat seolah dia telah melakukan sesuatu yang memacu adrenalinnya.
Dia sungguh takut melihat gadis yang dicintainya mati didepan matanya. Entah kenapa bayangan wajah Chleo yang berlumuran darah disekitar wajahnya begitu fresh dipikirannya seolah dia pernah melihatnya sebelumnya.
Dengan tangan gemetar, Axel memeluk Chleo lebih erat sambil memberi kecupan-kecupan ringan di atas puncak kepalanya.
Dia sangat lega sekali, dia menggapai tubuh Chleo tepat waktu. Yang tadi itu memang benar-benar sangat menakutkan. Tidak hanya bagi Chleo, tapi bagi Axel juga yang sebelumnya tidak pernah merasa takut.
Keduanya masih saling berpelukan untuk menenangkan rasa takut yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka sama sekali tidak ingat akan acara gala show di Washington, karena saat ini pikiran mereka hanya satu. Mereka sama-sama bersyukur karena Chleo masih hidup di dunia ini.
Sementara itu di hotel Hamilton, Washington, Dexter memanggil Chleo West selaku designer yang telah mendesign semua perhiasan serta aksesoris eksklusif dari Daphinia Fashion.
Seorang gadis bergaun biru laut yang anggun nan elegan muncul dari balik panggung. Rambut gadis itu diurai secara bergelombang dan kedua sisi rambutnya dijadikan satu di belakang kepalanya. Gadis itu tersenyum dengan sangat manis membuat para tamu terpesona.
"Selamat malam, semua. Nama saya Chleo West."
Suara tepuk tangan terdengar menyambut sapaan sederhana sang gadis sementara Diego hanya menggeleng-geleng kepala dengan pasrah.
-
(Flashback)
"Tuan, aku mendapat kabar raja biru sudah berhasil menemukan nona Chleo." lapor Vectis milik Yuna pada Diego.
"Benarkah? Baguslah kalau begitu. Dimana mereka sekarang?"
"…"
"Kenapa kau tidak menjawab?"
"Mereka… tidak ada di dunia ini, mereka…"
"APA? Maksudmu mereka meninggal???"
"Bukan. Saat ini mereka berada di dunia lain. Dugaanku, raja biru membawa nona Chleo ke dunia astralnya."
"Phew… kenapa kau tidak bilang dari tadi?"
"…" tuan Diego, tadi saya mau bilang, tapi anda memotong kalimat saya terlebih dulu. Keluh sang Vectis dalam hati.
"Tapi, untuk apa Axel membawanya ke dunia astralnya?"
Pada akhirnya Vectis memberitahu apa saja yang didengarnya dari 'informan'nya. Dia juga memberitahu bahwa yang menculik Chleo kali ini bukan manusia, tapi Vectis lainnya yang seharusnya tidak diizinkan datang ke dunia manusia.
Kabar ini membuat Diego bergidik mengeri. Apa itu berarti, musuh mereka yang sebenarnya memang bukan manusia??
Diego tidak ingin memberitahu kasus penculikan kakaknya pada keluarganya jika pelaku penculiknya memang bukan manusia. Lagipula dia tidak ingin melibatkan keluarganya yang tidak tahu apa-apa masuk ke dunia mistis. Cukup dirinya serta Chleo saja yang mengenal penguasa alam atau Vectis.
Pada akhirnya, Diego meminta Vectis untuk menyamar sebagai Chleo agar acara ini tetap berjalan tanpa masalah.
Inilah salah satu kelebihan Vectis lainnya, mengubah wujudnya menjadi tubuh serta wajah yang menjadi target samarannya. Bahkan suara serta karakternyapun sangatlah sama persis membuat siapapun tidak akan bisa membedakannya.
Dan Chleo West yang dipanggil Dexter saat ini tidak lain adalah Vectis milik Yuna yang sedang menyamar.
Kalau boleh jujur, jika seandainya Diego tidak tahu didepan matanya adalah Vectis, dia akan percaya kalau saat ini yang sedang melakukan presentasi adalah kakaknya. Karena itulah dia geleng-geleng kepala dengan pasrah.
Sungguh sempurna sekali penyamaran yang dilakukan Vectis ini!