My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Berada Di Atas Flex Group



Berada Di Atas Flex Group

3Axelard selesai membuat sarapan ketika dia mendengar suara gesekan pintu yang terbuka. Dia menduga Chleo sudah bangun sehingga dia meletakkan alat masaknya dan mematikan kompor untuk menghampiri Chleo.     

Anehnya, gadis itu malah tampak melamun di luar halaman. Dia ingat dia pernah membawa Chleo kemari sewaktu gadis itu masih kecil, apakah mungkin dia mulai ingat?     

Kira-kira seperti apa reaksinya begitu menyadari bahwa dia adalah pangeran esnya yang pernah menolongnya dulu?     

"Chleo, kau sudah bangun?" Axel menahan senyumnya saat dia berusaha bersikap tidak tahu apa-apa.     

Tapi rasanya sulit bagi Axel untuk tidak tersenyum terlebih ekspresi Chleo saat ini luar biasa epik sekali. Mulutnya terbuka lebar dan sepasang mata coklat membelalak lebar, belum lagi rambut hitamnya yang agak sedikit acak-acakan membuat sosok Chleo yang seharusnya lugu kini menjadi lebih seksi.     

"Kau…adalah pangeran es?" suara Chleo nyaris seperti berbisik saking tidak percayanya.     

Bagaimana bisa dia percaya? Dia ingat betul pangeran esnya berusia muda dan sudah lewat empat belas tahun. Mana mungkin pangeran esnya masih tampak muda seperti ini.     

"Akhirnya kau mengingatnya?" terdengar nada geli pada suara Axel saat dia berjalan keluar menghampiri kekasihnya.     

Chleo terlalu terkejut dan masih mengira dia sedang bermimpi. Tatapannya seolah seperti terhipnotis dan tidak bisa dialihkan dari sepasang mata biru itu. Dia bahkan tidak sadar Axel telah melingkarkan kedua tangannya di pinggangnya serta menutup celah apapun diantara mereka.     

"Kau… benar-benar adalah pangeran es? Orang yang mengajakku bermain di lautan dan juga… menunggangi ikan paus?"     

"Hm. Aku juga yang membuat bunga camellia bermekaran di tiap hari ulang tahunmu." lanjut Axel membuat Chleo sekali lagi menahan napasnya.     

Mamamia! Selama ini dia mencari pangeran esnya yang hasilnya sia-sia, tapi orang ini malah muncul ketika dia menyerah mencari sosok pangeran es?! Dan tiba-tiba saja dia menjadi kekasih pangeran es?!     

Apakah ini mimpi? Pasti mimpi, dia pasti sedang bermimpi. Ini sama sekali tidak nyata.     

"Ada apa? Sepertinya kau tidak mempercayainya?"     

"Tidak. Ini terlalu tidak nyata. Bagaimana bisa kau adalah pangeran es? Ini… terasa tidak nyata. Aku…"     

Cup!     

Deg! Seketika jantung Chleo seakan berhenti berdetak dan untuk kesekian kalinya dia menahan napasnya. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja Axelard menciumnya! Bukan di pipi, atau di kening seperti yang biasa dilakukan pria itu, tapi persis di bibirnya!     

Tadi itu adalah ciuman pertamanya! Ah, kenapa cepat sekali? Kenapa pria itu hanya sekedar mengecupnya?     

[author: gubrak! :woman_facepalming:]     

"Apa kau tahu penderitaanku saat aku membawamu kemari untuk pertama kalinya?" Chleo menggelengkan kepalanya karena tidak bisa menemukan suaranya yang tiba-tiba menghilang entah kemana, "Karena aku harus menahan diri."     

Menahan diri? Dari apa?     

"Dari ini." seolah bisa membaca pikirannya, sekali lagi Axel mengecup bibirnya. Hanya saja kali ini dia menciumnya dengan mengulum kedua bibirnya agak lebih lama.     

Tidak menyangka Axel menciumnya dengan begitu memabukkan, Chleo tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Kepalanya terasa panas, jantungnya berdebar dengan kencang serta dia merasa ada kupu-kupu menari dibagian perutnya.     

Sepasang bibir basah pada mulutnya terasa dingin namun dia merasa nyaman dan terbuai. Cumbuan yang dilakukan Axel tidaklah menuntut tapi seolah pria itu tengah menciumnya dengan penuh kelembutan Chleo adalah benda berharga yang mudah pecah jika tidak diperlakukan hati-hati.     

Setelah dirasanya Axel hendak bertindak jauh, Axel melepaskan diri lalu mengumbar senyuman miring membuat Chleo merona merasa malu luar biasa.     

Tanpa sadar Chleo membasahi bibirnya dengan lidahnya sambil menundukkan kepalanya karena tidak sanggup menatap langsung mata kekasihnya.     

Aiya, pria ini sungguh tidak menahan diri untuk menggodanya.     

Chleo berdehem beberapa kali untuk menyingkirkan kegugupannya, lalu bertanya sesuatu yang membuat Axel agak terkejut.     

"Itu berarti, kau adalah raja biru?"     

"…"     

"Bibi Katie bilang, orang yang membawaku pulang dengan selamat waktu itu adalah raja biru."     

"Ah, rupanya bibimu sudah memberitahumu identitasku. Jadi kau sudah tahu apa saja yang bisa aku lakukan?"     

"Hm… entahlah. Aku hanya tahu kau bisa berpindah tempat, membekukan jantung manusia dan juga… memasak?"     

Axel tertawa mendengar nada jahil serta permainan mata dari gadis itu disusul dengan tawa geli dari Chleo.     

"Kau lapar? Aku membuatkan sarapan untuk kita berdua."     

"Aku lapar, tapi aku malas bergerak. Aku lebih suka disini." sahut Chleo sambil membenamkan wajahnya ke sang penyelamatnya.     

Dasar Chleo bodoh. Jelas-jelas suhu tubuh pria ini sangat dingin seperti es, tapi kenapa kau tidak menyadari pria ini adalah pangeran esmu? Pikir Chleo.     

Axel tersenyum melihat sikap manja Chleo terhadapnya. Chleo memang anak yang manja, tapi kali ini sikap manjanya meningkat berkali lipat begitu mengetahui dia adalah pangeran es.     

Yang lebih mengejutkan lagi ketika mendengar Chleo telah mengetahui identitasnya yang sebenarnya. Aiya, kalau dia tahu ternyata Chleo mudah menerima kehadiran para penguasa alam, dia tidak perlu khawatir dan mencari cara untuk memberitahu gadis itu mengenai jati dirinya.     

Chleo merasa puas dipeluk dengan erat oleh kekasihnya. Dia merasa aman dan penuh ketika tubuh besar Axel menaungi tubuhnya. Setelah beberapa saat menikmati dekapan pria itu, Chleo mendongakan wajahnya. Ada begitu banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi dia tidak tahu apakah dia boleh bertanya.     

"Kau boleh bertanya apapun yang ingin kau tanyakan."     

Chleo tersenyum lebar mendengar ini. Ah, memiliki kelemahan mudah dibaca orang ternyata berguna juga. Dia tahu Axel paling ahli membaca raut mukanya, karena itu dia hanya memandang Axel saja tanpa mengutarakan keinginannya. Dan bingo! Axel memang bisa mengerti maksudnya.     

"Ada banyak yang membuatku tidak mengerti, tapi aku ingin tahu akan satu hal. Apakah kemarin aku… aku terjatuh dari tempat tinggi? Apakah kau yang menolongku dengan menggunakan kemampuanmu?"     

"…" bukannya Axel tidak mau menjawab, tapi dia tidak ingin Chleo mengingat hal buruk yang mengerikan seperti kemarin.     

"Aku baik-baik saja. Aku bukanlah anak yang lemah seperti saat kau menyelamatkanku pertama kalinya. Aku hanya ingin tahu dimana aku diculik dan terjatuh. Bisakah kau membawaku kesana?"     

"Kau yakin?"     

"Hm. Aku yakin."     

"Jangan lepaskan tanganmu, oke?"     

"Tentu saja tidak." jawabnya dengan senyuman sumringah lalu kembali mengeratkan tangannya yang memeluk pinggang Axel.     

Detik berikutnya, mereka sudah tidak berada di dunia astral Axel melainkan di atas sebuah atap gedung yang sangat tinggi. Tanpa melepaskan pegangannya, Chleo mengerling ke sebelah kanan serta kirinya.     

Di sebelah kanan dia melihat tonggak yang menjadi pondasi sebuah plafon berbahan kayu triplek yang kini menjadi pijakan kakinya. Di sebelah kirinya tidak ada apa-apa namun langsung turun kebawah dan pasti akan mati jika dia jatuh dari tempat ini.     

Apakah dia dibaringkan di atas plafon ini? Kalaupun seandainya dia bergeser kekanan, dia pasti tetap akan jatuh, tapi setidaknya dia tidak akan mati karena jarak plafon dengan tanah hanyalah sekitar lima meter. Mungkin dia akan terluka atau mengalami patah tulang, tapi dia tidak akan mati.     

Sementara kalau dia jatuh dari sisi kiri…     

Chleo tidak bisa membayangkan seperti apa tubuhnya begitu menghantam tanah dengan keras. Tubuhnya bergidik ngeri membayangkannya.     

Kemudian Chleo melirik ke kanan lagi mencari sesuatu dan matanya melihat ada sebuah papan nama dengan huruf yang sangat besar.     

Flex Corp!?!?     

Dia ada di atas atap perusahaan ayahnya?! Itu berarti dia ada di New York?? Bagaimana bisa?     

Chleo kembali memandangi Axel dengan tatapan bertanya.     

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku juga tidak tahu jawabannya. Sebaiknya kita pergi dari sini."     

Lalu mereka menghilang dari atap gedung itu seolah mereka tidak pernah ada disana sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.