Raja Biru Ingat Kembali
Raja Biru Ingat Kembali
Saat ini sebelah kaki Kendrich diperban dari ujung kaki hingga lututnya dan diangkat ke atas dengan tali penahan. Kepalanyapun juga diperban dan sudut bibirnya bewarna biru keunguan seperti luka memar. Melihat pemandangan menyedihkan ini membuat Chleo merasa sedih.
"Kenken, apa yang terjadi padamu?" Chleo langsung menghampiri Kendrich sambil mengelus sayang kepalanya.
"Anak ini tidak mau melihat jalan depannya dan asal lari saja. Jadi dia menyebrang jalan tanpa melihat ada mobil yang berjalan ke arahnya." jelas Kinsey. "Sepertinya aku harus membuatmu lebih gemuk agar lain kali saat ada mobil yang menabrakmu, mobilnya yang hancur."
Kendrich yang tadinya masih tersenyum sumringah melihat kedatangan kedua kakak sepupunya kini cemberut mendengar sindiran ayahnya.
"Papa, dari dulu aku ingin bertanya hal ini. Apa aku benar adalah putramu? Kenapa papa selalu menyindirku?"
Kinsey mendelik jengkel kearahnya. "Kau masih berani bertanya?"
"Sudah." ujar Katie sambil mengelus dada suaminya untuk menenangkan. Dia tahu sebenarnya Kinsey tidak benar-benar marah pada putranya. Dia tahu suaminya sangat mengkhawatirkan kondisi putra mereka. Hanya saja dia sama sekali tidak mengerti mengapa sangat sulit bagi suaminya untuk memanjakan anak sulung mereka.
"Kenken, jangan bilang begitu. Tentu saja kau adalah anak papa. Kenapa kau berpikir seperti itu?"
Kendrich tidak menjawab namun bibirnya masih maju kedepan karena masih cemberut membuat Chleo tersenyum geli.
"Kenken aku mengerti perasaanmu. Kau adalah anak lelaki itu sebabnya paman Kinsey akan bersikap lebih keras padamu. Tapi kau tahu, papamu yang paling panik saat mendengar kau pingsan."
Kinsey mendelik tidak percaya pada saudara iparnya yang membocorkan rahasianya.
"Benarkah?" tanya Kendrich tidak percaya pada Paman Vincent.
"Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja pada ibumu."
Katie mengangguk pelan sambil tersenyum saat Kendrich menoleh kearah ibunya. Kendrich kembali tersenyum sumringah lalu menepuk selimutnya dengan kedua tangannya.
"Kalau begitu lain kali aku akan mencoba berlari lebih cepat sebelum mobil menabrakku."
"KENDRICH!!" seru Katie serta Kinsey bersamaan membuat Kendrich tertawa riang.
"Aku hanya bercanda."
Vincent serta lainnya geleng-geleng kepala melihat keunikan sifat Kendrich yang sangat lain dari sifat kedua orangtuanya. Sungguh, mereka sama sekali tidak mengerti bagaimana bisa kedua anak Kinsey Alvianc sangat bertolak belakang dengan kedua orangtuanya.
Meskipun dalam keadaan berbaring didalam rumah sakit sekalipun, Kendrich masih bisa mengoceh panjang lebar membuat Kinsey memijat keningnya. Vincent tertawa geli melihat suara Kendrich yang seperti tidak habis. Dia ingat waktu Kinsey sering menitipkan Kendrich pada istrinya sewaktu anak itu masih batita, Vincent yang merasa pusing karena mendengar ocehan tak jelas anak itu.
Siapa yang menyangka hingga saat umur sebelas sekalipun, anak itu tidak pernah bosan untuk berbicara panjang lebar. Tidak heran Kinsey dulu suka sekali menitipkan putranya ke keluarganya dengan alasan ingin berduaan dengan Katie. Rupanya dia juga merasa pusing mendengar ocehan tanpa habis dari putranya.
Hanya Katie serta Cathy yang bisa bersabar dan menanggapi semua ocehan Kenken.
Disaat jam membesuk telah habis, Vincent serta lainnya pamit pulang terlebih dulu dan hanya Kinsey serta Katie yang tinggal menemani Kendrich. Sementara Melodie telah dijemput oleh Darrel dan akan menginap bersama Vincent dan Cathy.
Sementara Chleo harus kembali ke Seattle karena besoknya dia ada jam kuliah pagi. Karena itu Vincent mengirim supir pribadinya serta bebarapa pengawal untuk mengantar Chleo pulang dengan ditemani Diego yang masih ingin mengobrol dengan kakaknya.
"Jadi apa yang kalian lakukan di Washington?" tanya Chleo dengan penasaran.
"Memangnya papa tidak memberitahu kakak? Papa ingin bertemu dengan Axel jadi…"
"Jadi kalian datang kemari? Lalu kenapa paman Kinsey juga ada disini?"
"Kalau soal itu aku juga tidak tahu. Mungkin ada urusan dengan paman Darrel."
"Kalau begitu apa yang kau sembunyikan bersama Axel?"
"Ah?"
"Kau pikir aku tidak tahu kalau kalian diam-diam sering berhubungan dibelakangku?"
"…" iya. Diego benar-benar berpikir kalau kakaknya tidak akan mengetahuinya.
Semenjak kejadian penculikan Chleo di hotel Hamilton, diam-diam Axelard serta Diego saling bekerja sama untuk melacak keberadaan Vectis pemberontak. Karena Diego tidak ingin melibatkan keluarganya mengenai makhluk dunia lain ini, satu-satunya bantuan yang bisa dicarinya hanyalah Yuna serta Axelard selaku salah satu raja warna didunia ini.
Namun penyelidikan mereka serta pengawasan untuk melindungi Chleo melalui Vectis serta Falcon di langit tidak diberitahukan mereka pada Chleo. Mereka sama-sama sepakat tidak ingin membuat Chleo panik ataupun merasa takut yang berlebihan. Mereka ingin membiarkan Chleo bisa hidup dengan penuh sukacita seperti ini.
Jadi darimana Chleo bisa tahu bahwa dia sering berhubungan dengan Axelard?
"Apa yang kakak bicarakan?" Diego memasang tampang tidak mengerti serta bingung padahal yang sebenarnya hatinya merasa gelisah takut sang kakak akan mengetahuinya.
"Memangnya aku salah? Aku yakin sekali aku pernah mendengar namamu disebut saat Axel menghubungi seseorang. Kupikir kaulah yang dihubunginya."
Diego masih memasang tampang kebingungan sementara hatinya merasa lega. Ah, rupanya kakaknya hanya menerka-nerka saja. Siapa yang menyangka kakaknya yang ini memiliki insting yang peka juga. Seingatnya Chleo berambut merah sama sekali tidak peka dan cenderung lebih mudah curiga dan hanya waspada pada untuk dirinya sendiri.
"Tidak. Mungkin hanya perasaan kakak saja." jawab Diego sambil lalu. "Ngomong-ngomong, apakah orang yang bernama Ashley masih mengganggu kakak?"
"Sudah tidak. Malahan aku sama sekali tidak melihatnya di kampus."
"Bukankah itu bagus?"
"Hm. Memang bagus. Aku bisa menikmati masa akhir semesterku dengan tenang."
Diego kembali memandang ke luar jendela menyaksikan pepohonan serta bangunan berlalu dengan cepat.
Dia merasa senang orang bernama Ashley ini tidak lagi mengganggu Chleo, tapi disaat bersamaan dia juga merasakan gelisah. Hingga sekarang dia masih belum menemukan petunjuk mengenai Vectis asing ini dan tujuannya untuk menarget kakaknya.
Belum lagi dia harus memikirkan strategi untuk menghadapi serangan 'orang' itu yang dulu pernah memberi kakaknya racun. Dia hanya berharap 'orang' itu tidak ada hubungannya dengan Vectis asing ini. Kalau keduanya saling berhubungan…
Diego menggigit bibirnya dengan frustrasi. Dia merasa tidak yakin bisa melindungi kakaknya bila keduanya saling berhubungan. Dia juga tidak yakin Axelard serta Vectis Yuna bisa membantunya untuk melindungi Chleo.
Yang satu merupakan Vectis sangat cerdik yang bisa mengalihkan penyelidikan para detektif ke korban kambing hitam sesuka hatinya. Sementara yang satu ahli racun yang efektif langsung bekerja dalam beberapa menit saja. Jika sampai Chleo terkena racun yang sama, bahkan seorang raja biru atau raja merah sekalipun tidak akan sanggup menyelamatkan Chleo.
Para raja warna tidak bisa mengeluarkan racun dari tubuh manusia. Jika ahli racun ini dan Vectis cerdik saling bekerja sama untuk mencelakai Chleo… Diego tidak tahu lagi harus bagaimana untuk melindungi kakaknya.
Tidak lama kemudian Diego mendapatkan pesan dari kekasihnya. Diego asal membacanya karena pikirannya sedang tidak fokus. Namun saat membaca isi pesan kekasihnya, keningnya mengernyit dengan penuh ketertarikan.
'Raja biru telah ingat kembali.'
-
SPIN OFF – DIEGO DAN AXEL
Malam itu setelah menurunkan Chleo ke apertemen Axelard, Diego langsung menghubungi Axel dan bertemu di sebuah kafe terdekat.
Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa yang mendengar pembicaraan mereka barulah Axelard berbicara.
"Aku menebak kau datang memanggilku mengenai ingatanku? Apa kau juga akan menghajarku seperti yang kau lakukan hari itu?"
Diego mengernyit mendengar ini. Apa maksudnya dengan dia akan menghajar Axelard?
"Aku tahu kau juga mendapatkan ingatanmu kembali. Kau yang saat ini adalah Diego yang mengecat rambutnya menjadi merah setelah pemakaman kakakmu. Iya kan?"
"Kau tahu?"
"Kau melakukan kesalahan Diego. Waktu itu kau menyebut nama Harry McKenzie. Tentu saja aku langsung tahu kalau kau adalah Diego yang menghajarku di kehidupan lalu. Di dunia ini, tidak ada yang mengenal nama Harry McKenzie selain orang-orang yang berasal dari kehidupan lalu."
"Kau benar. Aku rasa aku cukup ceroboh."
"Atau kau memang sengaja melakukannya." sambung Axelard sambil menyesapi kopinya dengan santai.
"Jadi apa yang akan kau lakukan? Aku peringatkan kau, kalau kau sampai mengancam kakakku lagi, kali ini aku tidak hanya akan mematahkan hidungmu, tapi aku akan menguburmu hidup-hidup."
Axelard tersenyum sementara matanya menatap cangkir kopinya dengan harapan baru.
"Terima kasih. Aku rasa aku memerlukannya."
"Ah? Kau memerlukan ancamanku? Kenapa?" Diego sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikiran pria ini.
Axel meletakkan cangkir kopinya kembali lalu menatap lurus kearah mata Diego.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu. Aku tidak akan menggunakan kekuatanku untuk mengancam kakakmu demi kepentinganku sendiri. Kali ini aku akan membahagiakannya dengan benar."
"Tapi kenapa aku melihat keraguan pada sinar matamu?"
Axelard hanya tersenyum tipis mendengarnya lalu memandang ke arah luar. "Aku meragukan hal lain. Kau tidak perlu merisaukannya."
"Terserah kau saja. Kau masih belum menjawab pertanyaanku. Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"
"Aku akan kembali ke Inggris."
"Apa?"
"Aku mendapatkan peringatan." Axel mengeluarkan sebuah batu bewarna hitam kemerahan dan meletakkannya di atas meja.
"Apa ini?" Diego menggerakkan sebelah tangannya menyentuh batu tersebut. "Ouch!" namun seketika dia langsung menarik kembali tangannya sambil mengernyit. Dia merasa seperti menyentuh panci yang sedang dipanaskan di atas kompor.
"Batu meteroit milik raja api. Benua Amerika bukanlah daerah kekuasaanku dan sepertinya aku sedang diusir."
"Oleh siapa?"
"Entahlah. Bisa alam atau Vectis lainnya. Jika aku tidak segera kembali, dunia astralku akan hancur dengan kemunculan banyak batu seperti ini. Jika duniaku hancur, keseimbangan dunia astral para penguasa alam akan berantakan. Jadi aku harus kembali ke Inggris secepatnya."
Diego mengambil napas panjang merasa curiga seseorang sengaja menjauhkan Axel dari Chleo. Tidak. Lebih tepatnya seseorang tidak ingin raja biru melindungi Chleo.
"Diego, jika aku kembali ke Inggris, aku tidak akan bisa teleport ke Amerika sementara waktu. Aku tidak bisa melindungi Chleo dari sana."
"Aku tahu. Ck. Kakak juga tidak tinggal di New York bersama kami. Akan sangat sulit melindunginya. Apakah kita tidak memiliki bantuan lainnya?"
"Ada. Raja kuning."
Diego terbengong menyadari dia telah melupakan kenyataan satu ini. Benar. Masih ada satu penguasa alam lagi yang berada di pihak mereka. Meskipun Diego tidak tahu identitas raja kuning yang sekarang, tapi setidaknya dia tahu raja kuning merupakan salah satu dari saudara sepupunya.
"Apa kau tahu identitas raja kuning?"
Axel menggeleng kepala. "Aku tidak tahu. Tapi dia akan membantu Chleo. Setidaknya aku yakin akan hal itu."
"Baiklah. Kalau begitu aku akan meningkatkan keamanan sekuriti cyber disekeliling kakakku. Meskipun tidak begitu banyak membantu jika musuh kita adalah Vectis, tapi setidaknya aku akan langsung tahu jika ada yang tidak beres."
"Ide bagus." Axel mengangguk satu kali menyetujuinya. Lalu dia tersenyum kecil mengingat sesuatu.
"Ada yang lucu?"
"Tidak. Hanya saja aku tidak pernah menyangka akan kembali membahas kesejahteraan Chleo seperti ini. Dulu aku membahasnya bersama dengan ayahmu."
Diego mendengus kesal lalu mereka melanjutkan membahas strategi mereka untuk melindungi Chleo selama Axel di Inggris.