Chleo Diculik Lagi
Chleo Diculik Lagi
Para wanita langsung menghampiri perhiasan yang tampak elegan dan mengagumkan sementara para suami yang mengenali Tuan besar Regnz dan Alvianc saling berebutan ingin membangun koneksi dengan mereka.
Dengan penuh kesabaran serta keramahan, Vincent dan Kinsey menanggapi mereka satu per satu dan berusaha menghindari topik kerjasama karena mereka tidak sedang berminat memikirkan bisnis.
Sementara itu Stanley serta lainnya melihat-lihat perhiasan serta aksesori karya Chleo yang dipajang di etalase khusus.
"Wah, semua ini kak Chleo yang buat?" tanya Moni dengan tatapan terkagum-kagum.
"Designya memang dari kak Chleo, tapi pabrik yang membuatnya." Katie menjawab pertanyaan keponakannya sambil tertawa geli.
"Kapan kak Chleo kemari? Acaranya kan sudah dimulai." kali ini Richard yang bertanya sambil melirik ke arah seluruh ruangan mencari sosok kakaknya.
"Hm… Seharusnya dia sudah datang. Ah, itu Diego. Coba tanya padanya saja." ajak Meisya lalu menghampiri Diego yang kini sedang makan pudding coklat.
"Kau ini, bukannya melihat-lihat hasil karya kakakmu, tapi malah menyerbu cemilan dulu."
Diego tersenyum malu-malu mendengar gurauan bibi Meisya. "Ah, bibi, masa tidak tahu aku? Aku sudah sering melihat gambar kak Chleo, jadi aku lebih memilih cemilan manis. Ini enak lho." Diego menyuapkan buah strawberi berlapis saos coklat pada Moni yang telah membuka mulutnya dengan senang hati.
"Kak Diego, kapan kak Chleo datang?"
"Dia sudah datang dari tadi. Mungkin dia masih mengurusi pekerjaannya disini. Dia, kan termasuk anggota panitia acara."
Moni serta Meli sama-sama memanyunkan mulut mereka karena mereka sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan Chleo. Melihat kedua adik termudanya memasang muka cemberut, Diego terkekeh pelan.
"Baiklah, aku akan menghubunginya."
Wajah kedua anak berwajah mirip itu langsung sumringah begitu Diego mengucapkan kalimatnya dan langsung merogoh ponselnya untuk menghubungi kakaknya.
Satu dering…
Dua dering…
Bahkan hingga tersambung ke pesan suara, Chleo masih belum mengangkat panggilannya. Diego memutuskan sambungannya hanya untuk menelpon Chleo kembali. Tapi yang inipun juga sama. Chleo sama sekali tidak mengangkatnya.
Biasanya, tidak peduli sesibuk apa Chleo, kakaknya itu akan selalu menjawab panggilan dari keluarganya. Jika dia memang tidak bisa diganggu, dia tetap akan menyempatkan diri untuk mengangkatnya hanya sekedar untuk mengatakan dia akan menelponnya kembali.
Tapi kini Chleo sama sekali tidak mengangkatnya? Apakah kakaknya lupa membawa hapenya? Mungkin saja begitu mengingat kakaknya luar biasa ceroboh.
"Sepertinya dia memang sangat sibuk. Kita hanya bisa bersabar. Ada yang mau pudding coklat?" seru Diego berusaha meningkatkan mood adik-adik termudanya yang ternyata berhasil. Kini mereka semua menikmati cemilan yang disediakan di sweet corner untuk para pengunjung.
Diego sedang asyik berbincang-bincang dengan santai saat merasa hapenya bergetar.
Diego kembali merogoh ponselnya lalu membuka isi pesan yang baru masuk. Ternyata pengirimnya adalah kakaknya membuatnya terheran-heran. Kenapa kakaknya tidak langsung menghubunginya saja daripada memberi pesan.
'Maaf Diego, sekarang aku sedang sibuk sehingga tidak bisa mengangkat panggilanmu. Nanti aku akan menghubungimu lagi nanti.'
Untuk beberapa detik Diego menjadi patung dengan pandangan masih terfokus pada layar ponselnya. Rahangnya semakin keras dan sinar matanya menggelap.
Stanley merasakan perubahan aura disekitar keponakannya sehingga dia menepuk bahu pemuda itu untuk menggugah pikiran gelap apapun yang sedang memenuhi Diego.
"Diego, ada apa?"
"Sepertinya, kak Chleo diculik."
"Ha? Kenapa kau berpikir seperti itu?"
Diego menunjukkan layar ponselnya pada Stanley agar pamannya bisa membaca isi pesan Chleo.
"Menurutku ini chat yang normal. Apa yang aneh?"
"Kak Chleo tidak pernah bersikap hormat padaku. Dia tidak pernah mengirim pesan sesopan ini padaku."
Sekali lagi Stanley membaca tulisan itu dan baru menyadari, gaya bahasa pesan tersebut memang sangat sopan seperti seorang pegawai sedang berbicara pada atasannya.
"Kau masih memiliki Helper Miyu kan?"
"Aku… aku meninggalkannya di New York."
Diego mengutuki dirinya sendiri karena telah berpikir tidak membutuhkan helper Miyu di Washington ini.
Sementara Stanley menghela napas seraya mencari jalan keluar untuk menemukan posisi Chleo.
"Eleanor, kau bisa melacak gelang camellia Chleo? Aku membutuhkan kordinatnya sekarang." Stanley mengaktifkan Eleanor pada jam tangannya untuk memberi perintah.
Tidak lama kemudian, koordinat alat pelacak yang dipasang di gelang camellia muncul dan titik lokasinya menunjukkan bahwa Chleo ada di dalam hotel?
Itu berarti seseorang mengurung Chleo disuatu tempat.
"Audrey, retas kamera cctv hotel ini dan cari jejak Chleo. Kemana Chleo pergi dan dengan siapa Chleora bertemu."
"Baik."
"Ada apa?"
Stanley serta Diego terkesiap begitu Meisya serta Katie tiba-tiba muncul didekat mereka.
"Kenapa kau menyuruh Audrey mencari Chleo?"
Stanley serta Diego saling melirik seolah sedang berdiskusi melalui mata. Kalau bisa, anggota keluarga lainnya tidak perlu tahu dulu kalau Chleo diculik. Jika Chleo masih ada didalam hotel ini, ada kemungkinan mereka salah menduga.
Tidak baik juga memberi kabar buruk palsu membuat lainnya khawatir padahal Chleo memang sedang sibuk mengurusi acara di balik layar.
Akhirnya, mereka sepakat untuk merahasiakannya terlebih dulu dan menyelidikinya diam-diam.
Stanley berhasil mengalihkan pembicaraan dan membawa istri serta iparnya kembali menikmati perhiasan mewah yang disajikan oleh Daphinia ini. Sementara Diego menyusup keluar tanpa ketahuan untuk menghubungi Yuna.
"Miyu, aku membutuhkan bantuanmu. Bisakah aku meminjam Vectismu sebentar?"
"Tentu saja."
Sedetik kemudian, makhluk mistis yang memiliki dua warna berbeda itu muncul dihadapannya.
"Apa yang bisa saya bantu, tuan?"
"Tolong cari kakakku. Aku menduga dia ada disini, tapi aku ingin tahu letak pastinya."
"Baik."
Tidak lama setelah Vectis tersebut menghilang, Diego menerima notif dari Stanley yang memberitahunya letak persis dimana gelang Chleo berada. Tanpa menunda waktu lagi Diego langsung menuju ke lantai tiga dan masuk ke kantor administrasi.
Begitu pintu terbuka, Diego tidak menemukan siapa-siapa disana. Aneh sekali, jelas-jelas alat pelacak pada gelang kakaknya berada disini, tapi kenapa tidak ada seorangpun di ruangan ini?
"Kak Chleo? Kak Chleo!"
"Tuan,"
Diego langsung menoleh ke arah Vectis yang sudah berada disamping sebuah meja bundar.
"Bukankah itu milik nona Chleora?" Vectis menunjuk ke lantai dimana sebuah gelang rantai dengan kaitan terbuka ada disana.
Diego segera mengambil gelang tersebut untuk memastikan gelang ini adalah milik kakaknya.
Gelang ini memang kepunyaan sang kakak! Tidak hanya itu, dia melihat sebuah gelang lain yang berhiaskan batu bewarna biru. Kalau tidak salah ingat, bukankah itu gelang pemberian Axel untuk kakaknya?
Kalau hanya kehilangan satu gelang, maka mungkin Diego bisa memakluminya. Mungkin saja, Chleo tidak sengaja menjatuhkannya tanpa disadarinya. Tapi ini ada dua gelang dan kedua-duanya merupakan gelang kesukaan kakaknya.
Chleo tidak mungkin sengaja melepaskan gelangnya, kan?
"Apa kau menemukan kakakku?" dada Diego semakin sesak memikirkan kemungkinan Chleo telah diculik semakin besar.
"Maaf, tuan. Tapi, aku sama sekali tidak merasakan kehidupan nona Chleo didalam hotel ini. Sepertinya, nona sudah tidak ada dalam gedung ini."
Seketika lutut Diego menjadi lemas mendengar kabar ini. Dia bahkan harus berpegangan pada kursi untuk menopang tubuhnya.
Apakah orang yang mengincar kakaknya telah muncul? Bukankah ini terlalu cepat?
Siapa? Sebenarnya siapa yang telah mengincar kakaknya?!