My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Dancing Fountain



Dancing Fountain

3Axel membawa Diego serta Chleo ke pusat kota tepat lima belas menit sebelum acara dimulai. Mereka bertiga langsung masuk ke kerumunan orang yang juga ingin melihat dancing fountain.     

Suasana disekitar sangat ramai dipenuhi orang-orang. Ada juga beberapa turis yang datang khusus untuk melihat acara ini yang hanya diadakan awal musim.     

Tiap-tiap awal musim dimulai, dancing fountain akan menyajikan suguhan pancuran air menari dengan music yang bertema sesuai musimnya. Acaranya hanya berlangsung selama sepuluh hari dan kebetulan hari ini adalah hari pertama, sehingga jumlah penonton yang datang berkali lipat lebih banyak dari biasanya.     

Seketika Chleo menjadi khawatir. Dia ingat kemarin Axel berkata bahwa dia tidak suka keramaian. Kenapa pria itu membawa mereka kemari jika pria itu tidak suka tempat yang ramai?     

"Axel, kau baik-baik saja?"     

"Hm? Aku baik-baik saja. Kenapa?"     

"Bukankah kau bilang kau tidak suka keramaian? Bagaimana kalau kau pucat lagi gara-gara terlalu ramai?"     

Axel tersenyum mendengar nada kekhawatiran yang khas dari Chleo. Gadis ini tampak terlihat semakin cantik saat sinar matanya menunjukkan sorot kekhawatiran.     

"Aku memang tidak suka keramaian, tapi bukan berarti aku akan jatuh sakit berdiri ditengah keramaian seperti ini."     

"Kau yakin?"     

"Hm. Aku yakin. Lagipula…" Axel agak menundukkan badannya agar pandangannya bisa sejajar dengan Chleo. Perbedaan tinggi mereka cukup jauh sehingga Chleo harus terus menerus mendongakkan kepalanya tiap kali berbicara dengannya dalam jarak dekat.     

"Lagipula apa?" semburat merah muncul di kedua pipinya ketika sadar wajah Axel sangat dekat dengannya.     

"Aku ingin melihatmu tertawa. Jika berada di tempat ini bisa melihatmu tertawa, aku rela berdiri disini."     

Sudah tidak tahu lagi seberapa merah wajah Chleo saat ini. Yang dia tahu, dia merasa wajahnya terasa panas padahal udara disekitarnya sangat dingin.     

Ah, siapa yang menyangka Axelard sangat pandai dalam berbicara manis.     

"Hei, lihat acaranya dimulai." Seru Diego yang sama sekali tidak memperdulikan percikan asmara diantara keduanya dan langsung menarik tangan kakaknya untuk mendekat ke acara.     

Dan benar saja begitu Chleo tiba agak lebih mendekat ke depan, sebuah suara music klasik bertema musim dingin mulai terdengar. Kilauan laser lampu yang cantik mulai menari-nari dengan indah disusul dengan semburan air dari sebuah kubah setengah bola.     

Semuanya terpana menyaksikan keindahan dancing fountain tersebut. Selesai menyaksikan pertunjukan, ada beberapa teriakan kaget disekitar penonton yang ternyata muncul cipratan air dari jalanan yang sama sekali tak terduga. Detik berikutnya daerah tempat Chleo juga mengalami hal yang sama membuat beberapa penonton basah.     

Suana ceria dan tawa yang membahana cepat menular dan langsung saja Chleo menangkup kedua tangannya untuk menapung air dan melemparinya ke arah Diego. Diego tertawa kemudian melakukan hal yang sama namun melemparnya ke arah Axel. Pada akhirnya mereka saling membasahi satu sama lain dan kejar mengejar diantara kerumunan yang juga tengah melakukan hal yang sama pada teman atau keluarganya.     

Sekarang telah memasuki bulan Desember menandakan musim dingin telah tiba dan cuaca sekitar sangat dingin sekali. Meskipun begitu, semua orang yang datang tampak begitu bersemangat bermain air sama sekali tidak memperdulikan suhu dingin yang sanggup membekukan tubuh mereka. Semuanya tanpa terkecuali termasuk Axel dan Regnz bersaudara bermain air layaknya mereka adalah anak kecil.     

Setelah puas bermain ketiganya menuju ke kios penjual handuk. Hanya acara dancing fountain inilah terdapat kios handuk yang berjualan disepanjang jalan. Tampaknya sudah bukan rahasia umum lagi akan banyak pengunjung yang kebasahan karena menyaksikan dancing fountain.     

Axel memberikan satu handuk pada Diego kemudian satu lagi untuk Chleo. Sebelum dia mengeringkan rambutnya sendiri, Dia membantu mengeringkan rambut Chleo dengan lembut membuat jantung gadis itu kembali berdebar-debar tak karuan.     

Diego masih asyik mengelap rambutnya dengan gerakan cepat karena dia sudah kedinginan dan ingin segera pulang. Tapi dia malah melihat kemesraan kakaknya yang tiada habisnya bersama pemuda bermata biru tersebut.     

Kini dia merasa telah resmi menjadi obat nyamuk bagi pasangan sejoli itu. Lain kali dia tidak akan mau ikut. Dia mencoba mengingatkan dirinya sendiri.     

***     

"Hmm♪ hmm♪ lalala♪ lalala♪"     

Sudah hampir setengah jam senandung riang terdengar di dalam rumah membuat Diego tidak bisa konsen pada game onlinenya.     

Semenjak mereka diantar pulang oleh Axel beberapa saat lalu, kakaknya sudah bersenandung seperti ini. Sepertinya kali ini Chleo sudah benar-benar dilanda asmara.     

Kini Diego sadar. Chleo sama sekali tidak menyukai Alexis sebagai seorang pria. Dari dulu hingga sekarang perlakuan Chleo terhadap Alexis hampir sama dengan para sepupunya. Chleo hanya menganggap Alexis sebagai teman, saudara dan seorang kakak. Tidak lebih dari itu.     

Kenapa dia bisa berpikiran kakaknya memiliki perasaan khusus terhadap Alexis?     

Diego kembali memusatkan perhatiannya pada game onlinenya ketika sebuah notifikasi panggilan muncul di smartphonenya. Dengan enggan Diego berjalan mencari 'black orb' untuk disambungkan ke smartphonenya.     

Black orb adalah perangkat khusus ciptaan Stanley yang kini dijual di perusahaan cabang naungan Alvianc group. Black orb berbentuk seperti bola bewarna hitam pekat dengan lubang kamera dan lubang pantulan gambar. Jika disambungkan maka akan muncul pemandangan yang tertangkap pada kamera black orb di seberang. Kalau dengan menggunakan kamera hape biasa, mereka hanya bisa melihat wajahnya saja dan pemandangan yang tertangkap kamera sangat terbatas.     

Tapi dengan menggunakan black orb, mereka bisa melihat keseluruhan tubuh serta sekeliling mereka jika black orb telah tersambung dengan kamera cctv rumah.     

"Halo ma. Apa kabar? Kalian sudah kembali dari Bali?" sapa Diego begitu black orb menyala dan muncul seorang wanita yang sangat disayanginya.     

"Besok lusa kita akan pulang. Apakah tadi kalian pergi? Sedari tadi pagi mama menghubungi kalian tidak ada sambungan sama sekali. Disana pasti sudah jam 10 malam kan? Kalian sudah makan? Kalian sehat? Kenapa kakakmu tidak mengaktifkan hapenya?"     

Diego tertawa kecil sambil melirik ke arah kakaknya yang masih bersenandung riang di balkon luar menikmati angin dingin. Sayangnya di rumah ini tidak dilengkapi kamera cctv sehingga Diego tidak bisa menunjukkan lingkungan sekitar pada ibunya selain memutar bola hitam tersebut mengarah ke Chleo.     

"Astaga! Ada apa dengan kakakmu? Kenapa dia menari-nari seperti itu?"     

Saat ini Chleo menggerakkan kakinya seperti menari santai sambil memejamkan matanya dan bersenandung dengan gembira. Chleo sama sekali tidak peduli akan sekitar dan meninggalkan hapenya didalam kamar. Itu sebabnya dia sama sekali tidak tahu ibunya sudah menghubunginya beberapa kali semenjak dia pulang. Bahkan saat inipun Chleo sama sekali tidak menyadari Diego dan ibunya saling berbincang-bincang di ruang tamu karena Chleo berdiri di balkon luar sambil bernyanyi dengan keras.     

"Kurasa dia sedang gembira."     

"Kenapa? Ada apa? Apa yang terjadi?" sang ibu tidak lagi bisa menahan penasarannya.     

Diego merasa gatal sekali ingin menceritakan apa saja yang diketahuinya. Tapi mengingat ibunya pasti akan memberitahu sang ayah, dan ayah yang super protektif mereka pasti akan langsung menyelidiki latar belakang Axel lalu memperketat pengawasan Chleo, Diego memutuskan tidak memberitahu ibunya. Dia akan membiarkan Chleo sendiri yang menceritakan hal ini pada kedua orangtua mereka.     

"Kak Chleo, mama memanggilmu."     

Chleo langsung tergugah dari dunianya dan langsung menyambut ibunya dengan wajah cerah penuh kebahagiaan.     

"Mama! Apakah mama sudah kembali dari Bali?"     

Cathy tertawa melihat kebahagiaan tiada habisnya menghiasi wajah putrinya. Sangat jarang melihat putrinya bisa terlihat bahagia yang sangat berlebihan seperti ini karena pada dasarnya kehidupan Chleo memang sudah bahagia dan segala kebutuhannya telah terpenuhi.     

Itu sebabnya sangat jarang melihat wajah Chleo bersinar-sinar hingga kedua pipinya bersemu merah menambah kadar kecantikannya. Pemuda manapun akan langsung jatuh hati pada putri sulungnya ini.     

"Mama dan papa akan kembali besok lusa. Bagaimana dengan kalian? Kapan kalian akan pulang? Bukankah kau juga akan segera libur?"     

"Mama. Aku diterima bekerja magang disini selama tiga minggu. Setelah itu akan ada liburan 1 minggu. Barulah saat itu aku akan pulang."     

"Kau diterima kerja? Bagaimana bisa?"     

"Ah, aku hampir lupa. Mama, kenapa papa memberikan larangan di seluruh perusahaan di Washington? Apakah ini berarti papa mengingkari janji?"     

"…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.