Kemunculan Alpha
Kemunculan Alpha
Katie memfokuskan pusat energinya ke dalam telapak tangannya untuk mencari jalan keluar dari tempat ini. Jika dia harus berjalan kembali, akan memakan waktu yang sangat lama. Dia harus keluar dari tempat ini detik ini juga.
Namun setelah berkosentrasi selama lebih dari setengah jam, Katie masih belum bisa menemukan jalan keluar. Apa yang harus dia lakukan?
Dia takut. Bagaimana kalau energi api tadi akan melukai orang-orang yang disayanginya? Bagaimana kalau Kinsey akan terluka? Dia merasa sangat takut.
Katie merasa putus asa dan frustrasi karena tidak bisa menemukan jalan keluar juga. Lalu dia merasakan angin berhembus dengan kencang disekelilingnya. Angin tersebut membentuk seperti tornado kecil disekeliling tubuhnya lalu mengecil dan berkumpul menjadi satu disekitar pergelangan tangannya.
Dibagian ekor pusaran angin tersebut melambai seperti seutas tali layang mengarah ke sesuatu. Katie mengikuti jalur ekor tersebut hingga menemui jalan buntu.
Dia mengikuti instingnya dan mengepalkan tangannya yang dikelilingi angin tornado menjadi sebuah tinju. Kemudian dia memukul dinding tersebut sekuat tenaga. Dinding tersebut hancur berkeping-keping membuka sebuah jalan baru yang tak berbentuk.
Tanpa ragu lagi, Katie berjalan mengikuti jalur tersebut hingga menemui sebuah sel tahanan. Akhirnya.. akhirnya dia keluar juga.
Tanpa menunggu lagi dia langsung berlari menaiki tangga berputar yang sangat banyak menghiraukan rasa lelahnya. Untungnya angin juga membantunya meringankan langkahnya sehingga dia bisa menaiki tiga hingga empat anak tangga sekaligus.
Begitu Katie keluar dari pintu penjara tahanan, betapa terkejutnya akan apa yang dilihatnya. Kobaran api dimana-mana. Bahkan istana yang tampak begitu megah dan tak mudah goyah, kini retak dan beberapa pilar yang menjadi pondasi bangunan megah tersebut hancur.
Banyak pepohonan yang bertumbangan akibat dilahap api. Tidak hanya itu, terdengar teriakan histeris disekitarnya membuatnya ngeri.
'Hancurkan! Musnahkan! Bunuh mereka semua!'
Kata-kata ini sungguh sangat mengerikan. Dan sumber energi kehidupan api tadi benar-benar melakukan apa yang dikatakan.
"Huwaaa... mama!... mama!...Huwaaa!"
Katie memincingkan matanya ke arah agak jauh. Disana dia melihat seorang anak kecil yang menangis dan kini dikepung oleh kobaran api yang bergerak ke arahnya.
Katie langsung bertindak dan berlari ke arah anak itu. Matanya sempat melihat pohon di belakang anak itu akan tumbang menindih anak itu. Katie segera mempercepat langkahnya dan dengan sekali hentakan pada kakinya, Katie melompat ke arah anak itu. Katie memeluknya dengan erat untuk melindungi anak itu dari kobaran api.
Tubuh keduanya terhempas akibat tabrakan Katie yang melompat menjauhi titik pohon yang tumbang. Dan benar saja, pohon tersebut jatuh persis diposisi anak ini sebelumnya.
Katie menghela napas lega, dia berhasil menyelamatkan nyawa anak ini.
"Kau baik-baik saja?"
"Huwaaaaa!!" sayangnya anak itu terlalu takut hingga tidak bisa menghentikan tangisannya.
Katie sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya menenangkan anak itu. Dia melihat dengan matanya sendiri setiap manusia akan langsung meleleh begitu terkena kobaran api yang semakin membara itu.
Katie mendongakkan kepalanya ke atas berusaha memanggil hujan. Tapi yang inipun tidak bisa dilakukannya. Entah kenapa, dia sama sekali tidak bisa memanggil unsur bumi lain selain api.
Di tengah-tengah kepanikan yang terjadi, Katie melihat ada sosok yang bisa bertahan di dalam kobaran api tersebut. Sosok itu berjalan santai keluar dari kobaran menunjukkan wujud tubuhnya.
Serigala merah! Apakah mungkin Merah? Bukan. Telinganya tidak selancip Merah, itu berarti... serigala merah yang satu ini adalah Alpha!
Katie bergerak melangkah mundur. Untuk kedua kalinya dia merasa takut. Di dunia ini yang sanggup membuatnya ketakutan tak berdaya seperti ini hanyalah serigala merah yang ingin membunuhnya.
Anehnya, Alpha malah berhenti dan tidak ada tanda-tanda ingin menyerangnya.
'Apa perintahmu? Membunuh mereka semua atau menolong mereka?'
Katie mendelik tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Barusan suara siapa? Suara yang baru saja didengarnya seperti suara seorang pria dengan suara yang sangat berat. Sangat khas seperti seorang pemimpin dengan wibawa yang kuat.
Apakah mungkin...
Katie menatap Alpha dengan tatapan menyelidik.
'Kita tidak punya banyak waktu. Apa keputusanmu?' suara itu terdengar sekali lagi. Hanya saja kali ini terdengar seperti sedang memerintah.
"Menyelamatkan mereka." jawab Katie tanpa ragu.
Detik berikutnya, Alpha melolong dengan sangat keras. Bahkan lolongannya mencapai ke telinga Merah yang masih terdiam didalam kurungan di hutan Valeys.
Begitu mendengar suara panggilan Alpha, Merah bangkit dan langsung mendobrak kurungannya. Sebenarnya dia bisa saja melarikan diri semenjak dia terbangun. Tapi dia sudah tidak bisa mendengar Kinsey lagi, dia juga tidak memiliki host siapapun. Jadi dia hanya berdiam diri menunggu.
Dan kini, Alpha memanggil dirinya. Tidak hanya dirinya, namun seluruh binatang yang tinggal di hutan. Di dalam kepala mereka semua muncul sebuah perintah.
Menjauhkan manusia dari kobaran api ini.
Dan memang itulah yang dilakukan mereka semua. Ada beruang yang langsung bergerak seolah menyerang manusia tapi sebenarnya menjauhkan manusia tersebut dari api. Ada juga burung-burung yang nekat terbang turun menuntun manusia ke jalanan yang pasti tidak akan dilewati api.
Anehnya, kobaran api tersebut memang menghanguskan segala macam tumbuhan dan membunuh manusia dalam sekejap. Tapi api itu sama sekali tidak melukai para binatang.
Tanya serta Joan yang juga sudah terjebak dalam kebakaran, kini terselamatkan karena Merah muncul menolong mereka. Akhirnya mereka keluar menjauh dari lingkaran api tersebut dengan selamat.
Kini Tanya dan Joan mengetahui batasan yang tidak akan dilewati kobaran api tersebut. Perbatasan Jerman dengan Prussia.
Tampaknya, target amukan energi api hanya dalam lingkup negeri Prussia saja. Tidak heran kenapa banyak warga Prussia pergi meninggalkan rumahnya ke Jerman, Belanda atau sekitarnya.
Tanya serta Joan saling berpandangan ketika Merah melompat-lompat aneh dihadapan mereka. Merah juga mengeluarkan cakarnya lalu membuat garis memanjang secara horizontal persis di depan kaki mereka.
"Apakah kau melarang kami melewati garis ini?" tebak Tanya yang segera diberi anggukan pada Merah.
"Kami tidak mungkin meninggalkan Kinsey dan lainnya disana." sahut Joan memprotes.
Merah menggelengkan kepalanya dengan tatapan peringatan.
"Tapi.." kalimat Joan terhenti ketika merasakan lengannya ditahan oleh Tanya.
"Aku mengerti. Kami tidak akan kembali kesana." jawab Tanya.
"Kau yakin?"
"Memangnya bagaimana kita bisa menyusul kesana tanpa terkena api? Kita hanya akan menjadi penghalang saja. Lebih baik menunggu disini."
Setelah memastikan keduanya baik-baik saja, Merah segera melesat pergi menyusul sang Alpha dan juga Katie.