Putus Asa
Putus Asa
Katie sudah terbiasa mendengarnya. Segala peringatan telah diberikan Ode serta Egon semenjak dia datang ke Bayern enam tahun lalu. Tapi dia tidak pernah mengalaminya. Dia tidak pernah berhadapan langsung dengan orang yang ingin membunuhnya.
Katie terbiasa tinggal di Amerika dan mudah bergaul dengan semua orang. Dia membuat semua orang ditemuinya ingin berteman dengannya dan tidak sedikit yang ingin berteman dengannya.
Karena itulah, ini adalah pertama kalinya dia berhadapan seseorang yang sangat ingin membunuhnya. Hanya saja, alasan orang ini ingin membunuhnya bukan karena dia adalah raja merah, melainkan karena dia adalah putri Keisha?
Apa yang dilakukan ibunya dulu sehingga membuat orang ini begitu membenci anaknya? Jika ibunya memang melakukan kesalahan membuat orang ini mendendam, tidak seharusnya melampiaskannya pada anak yang tidak tahu apa-apa! Lagipula, Katie belum pernah sekalipun bertemu dengan ibu kandungnya!
Katie bangkit berdiri berusaha menghiraukan rasa sakit pada tangannya setelah mencabut belatinya. Biar bagaimanapun dia tidak ingin mati dibunuh seperti ini. Dia tidak ingin mati sebelum bertemu dengan ibunya. Dia bahkan masih belum tahu siapa ayah kandungnya.
Katie memang curiga, Lemar adalah ayah kandungnya. Dia pernah mendengar rumor wanita Amerika yang ditahan di kastil cabang keluarga Heinest adalah istri Lemar, pemimpin para kaum Vangarians.
Mungkin karena itulah, Ode serta Egon tidak memberitahunya. Mereka tidak ingin Katie mencari ayah kandungnya yang malah membawa kematiannya.
Lemar tidak akan peduli apakah Katie darah dagingnya atau bukan. Selama Katie adalah raja merah, pria tua itu akan membunuhnya tanpa belas kasihan.
Hanya saja, Katie pernah bertemu Lemar tanpa sengaja di suatu tempat. Di dalam hati kecilnya mengatakan bahwa Lemar bukanlah ayah kandungnya. Entah apakah suara itu hanyalah harapannya ataukah berasal dari sumber energi kehidupan miliknya?
Katie berdiri dengan tegak merasakan angin disekitarnya memihaknya. Selama alam disekitarnya berdiri disisinya, Katie tidak takut. Selama bukan serigala merah yang melawannya, Katie tidak akan gentar.
Orang ini hanyalah manusia biasa, sama seperti manusia lainnya. Katie bisa melawannya, dia bisa mengalahkan orang ini. Pikir Katie berusaha meningkatkan kepercayaan dirinya.
Katie tidak ingin menunggu dan memutuskan bergerak duluan. Dengan satu hentakan tegas, Katie berlari menyerang orang itu dengan gesit.
Orang tersebut bisa menangkis serangannya dengan mudah. Katie terpaksa menggunakan kekuatannya. Dia mengatur energi kekuatan raja merah menumpuk di sisi tinju tangannya yang tidak terluka sebelum melayangkan tinju ke arah orang tersebut.
Lagi-lagi orang itu berhasil menahannya, bahkan memerangkap tinjunya membuat Katie terkejut. Selama ini tidak ada manusia yang bisa menahan kekuatan raja merah. Bahkan umbranya sekalipun tidak bisa menahan energinya.
Siapa orang ini? Kenapa dia bisa menahan seranganku?
Katie lengah karena larut akan pikirannya membuat orang itu memberikan pukulan keras ke perutnya.
Katie terdorong dengan sangat keras dan terjatuh sambil mengerang kesakitan. Dia bahkan terbatuk-batuk memuntahkan darah.
Disaat dia baru bisa bernapas lega, tenggorokannya terasa tercekat dan dia tidak bisa bernapas. Orang itu telah menduduki tubuhnya dan mencekiknya dengan keras.
Kedua kaki Katie bergerak meronta-ronta dibawah jepitan kaki pria itu, namun tidak bisa membuat penyerangnya mengendorkan cengkeramannya.
Semakin lama napas Katie semakin habis dan kepalanya terasa pusing karena kehabisan oksigen.
Apakah dia akan mati? Apakah dia tidak akan bertemu dengan Kinsey lagi?
Bayangan kenangannya bersama Kinsey kembali terputar di otaknya. Pertemuan pertama mereka di koridor mansion, kebersamaan mereka saat berdansa di balkon. Berlanjut kencan manis mereka di pantai.
Setelah itu mereka bertemu kembali di Jerman dalam suasana tidak bersahabat. Mereka bertengkar dan saling menghindar satu sama lain.
Tunggu. Kinsey tidak menghindarinya. Pria itu malah berusaha mendekatinya dengan mengikuti kemanapun ia pergi. Katie-lah yang berusaha menghindari pria itu. Dia yang tidak ingin bertemu dengan Kinsey karena tidak kuat menahan rasa sakit di hatinya akan enam tahun yang lalu.
Kalau setelah dipikir-pikir, kenapa Kinsey bersikeras mendekatinya? Kenapa Kinsey muncul lagi dihadapannya tanpa terduga? Kenapa?
'Aku mencintaimu.'
Air mata menetes dari matanya mengingat ucapan Kinsey sebelum dia berangkat ke kediaman Tettero. Kinsey mencintainya. Meski dia tidak tahu apakah Kinsey juga memiliki perasaan yang sama enam tahun yang lalu, tapi kini dia tahu... Kinsey yang sekarang, mencintainya.
Pria itu melakukan semua hal demi melindunginya. Pria itu melakukan semua hal untuk menyenangkan hatinya. Kinsey pula yang sanggup memberikannya kebahagiaan yang tidak pernah ia harapkan.
Kenapa Katie sempat meragukan perasaan kekasihnya?
Katie melepas sebelah tangannya dan kembali memfokuskan pusat energinya ke telapak tangannya. Kemudian Katie menyentakkan tubuh penyerangnya sekuat tenaga menggunakan telapak tangan.
Pusaran angin terbentuk bersamaan sebuah gelombang kasat mata mengelilingnya setelah berhasil menyingkirkan dua tangan yang mencengkeram lehernya.
Katie tidak menghentikan pusaran angin yang kini membesar untuk melindunginya. Dia kembali terbatuk-batuk dan berusaha mengambil napas panjang.
"Aaaa!"
Sayangnya, lagi-lagi, sebuah benda tajam menembus masuk kulitnya. Kali ini sebuah pisau... merobek kulit kakinya menembus dagingnya hingga membuatnya kesulitan untuk berdiri.
Air mata Katie bercucuran merasakan rasa sakit yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Semenjak kecil, Katie paling tidak kuat menahan rasa sakit. Begitu terluka sedikit, dia akan menangis sekeras-kerasnya. Karena itulah, umbra serta kedua orangtua asuhnya sangat menjaganya agar tidak terluka sedikitpun.
Justru hal ini malah membuat kulitnya semakin sensitif dan dia tidak bisa mentolerir rasa sakit sedikitpun.
Rasa sakit yang dirasakannya saat ini jauh lebih mengerikan dibandingkan saat dia diserang berandalan yang dipimpin Aiden. Kala itu, kulitnya hanya tergores akibat sayatan pisau yang tidak terlalu dalam.
Kali ini, pisau menembus serta menusuk kulit dagingnya membuatnya ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Orang tersebut tersenyum senang melihatnya menderita kesakitan. Sekali lagi orang itu melempar pisau miliknya ke arahnya.
Katie segera memperkuat bola angin untuk menahan pisau itu agar tidak masuk ke dalam lingkaran angin buatannya. Alas, pisau tersebut tetap masuk menembus pertahanannya. Untungnya, kali ini Katie bereaksi cepat sehingga bisa menghindari serangan barusan.
Katie menatap ke arah orang itu dengan penuh amarah sekaligus bingung. Bagaimana bisa ada senjata yang menembus bola pusaran pertahannya? Siapa orang ini sebenarnya?
Katie menggigit bibir berusaha menahan sakit untuk mengantisipasi serangan berikutnya. Saat itulah Katie menyadari sesuatu. Pose orang itu, caranya melempar pisau.. bukankah itu..
"Kau adalah Oostven." sentak Katie sambil menangkap pisau yang terlempar ke arahnya. Karena dia tahu ciri khas Oostven yang sangat ahli dalam melempar pisau, Katie bisa menebak ke arah mana pisau ditargetkan. Jadi Katie bisa menangkapnya dengan mudah.
Sesuai dugaannya, orang tersebut terkejut dan menghentikan serangannya. Sayangnya, orang itu tidak terkejut karena Katie tahu asal usulnya, tapi karena alasan lain.
"Bagaimana kau bisa menangkap pisau lemparanku? Tidak ada orang yang bisa menghindar dari seranganku sebelumnya."
"Bagaimana bisa pisaumu menembus pertahananku? Jika kau menjawabku, aku juga akan menjawabmu."
Orang itu tersenyum licik kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Sayang sekali gadis kecil. Tapi aku tidak terlalu penasaran dengan kemampuanmu. Aku akan membunuhmu, kemudian aku akan mencari adikmu dan membuatnya menyusulmu ke neraka. Hahahaha!"
Adik? Adik apa? Katie tidak memiliki adik apa-apa! Dia adalah anak tunggal. Tapi kenapa dia merasa orang ini juga tidak sedang berbohong. Kenapa orang ini tampaknya lebih banyak mengetahui asal usul kelahirannya dibandingkan Ode serta Egon.
Katie bersiap sekali lagi saat mendapati orang tersebut kembali menyerangnya. Kali ini dia melempar dua pisau!
Dengan wajah penuh kesakitan, Katie menangkap dua pisau tersebut dengan kedua tangannya.
"DIMITRI! Dia yang mengajariku!" seru Katie putus asa berharap orang tersebut mengenal Dimitri.
"Dimitri?"
Katie menangis dalam hati. Apakah mungkin orang ini tidak mengenali Dimitri? Tentu saja tidak. Betapa bodohnya dia! Orang ini terlihat sangat muda, bahkan tidak lebih tua darinya, jadi bagaimana mungkin anak muda ini mengenali umbranya yang sudah hampir berusia lima puluh tahun?!
Ha? Tunggu! Lalu darimana orang itu mengenali ibunya? Dan juga.. orang ini tadi sempat memanggilnya gadis kecil?! Orang yang sangat tidak sopan!
"Dimitri yang mengajarimu?"
Katie masih kalut dalam pikirannya karena sudah putus asa untuk lepas dari cengkeraman pemuda dihadapannya ini. Dia bahkan masih belum mengerti maksud pertanyaan orang ini karena otaknya kembali merasakan sakit tak tertahankan pada kakinya saat bergerak untuk menangkap dua pisau barusan.
"JAWAB AKU! APAKAH DIMITRI YANG MENGAJARIMU?!"
Katie tersentak kaget mendengar suara bentakan itu. Karena saking takutnya, Katie tidak bisa menemukan suaranya. Dia hanya menganggukan kepalanya mengiyakan.
"TIDAK MUNGKIN! Kau bohong! Seharusnya Dimitri juga membencimu. Dia membenci semua anak yang dilahirkan pelacur itu. Seharusnya dia membunuhmu begitu kau berada didalam genggamannya." lanjut pemuda itu sambil mondar-mandir dengan frustrasi.
Katie terpana mendengarnya. Dimitri membencinya? Dimitri ingin membunuhnya? Omong kosong?! Umbranya terlalu menyayanginya sehingga dia sama sekali tidak diizinkan berlompat-lompatan atau memanjat pohon yang mana akan menggores kulitnya dan menciptakan luka.
Mendengar tuduhan asal dari pemuda ini membuat Katie marah.
"Memangnya siapa kau? Apa hakmu menghakimi Dimitri? Asal kau tahu, Dimitri adalah umbraku. Dia yang melindungiku dan menjagaku dari semua orang jahat. Dia juga yang mengajariku bertarung agar aku bisa membela diri di saat darurat. Tidak ada.. SIAPAPUN yang berhak menghakimi umbraku!"
Putaran angin ciptaan Katie semakin membesar menunjukkan bahwa kali ini dia benar-benar marah.
Pemuda tadi menatap pusaran tersebut dengan cuek, seolah angin topan itu sama sekali tidak menakutinya.
"Umbra? Jangan membuatku tertawa. Hal terakhir yang ingin dilakukannya adalah menjadi umbra, apalagi umbra anak pelacur itu!" lanjut orang itu dengan nada meledek.
Lalu orang itu bersiul aneh disusul dengan munculnya binatang buas dari segala arah. Harimau, macan, singa serta beruang muncul dan berjalan memasuki pusaran angin tanpa kesulitan.
"Jika aku tidak bisa menyentuhmu, maka mereka yang akan membunuhmu."
Seketika wajah Katie langsung pucat pasi. Bagaimana bisa para binatang berjalan menembus energi pertahanannya tanpa terluka?
Kini dia benar-benar menemui jalan buntu. Dia sedang terluka, sama sekali tidak bisa melarikan diri. Air mata Katie mengalir semakin deras membasahi pipinya melihat para binatang semakin mendekat ke arahnya.
Katie memejamkan matanya karena sudah tidak tahu lagi apa yang bisa dijadikan perlindungannya. Dia sendirian disini. Dan tidak ada yang bisa menyelamatkannya.
Apakah ini akhir hidupnya?