My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Janji



Janji

0Di suatu negeri di benua Eropa, sebuah gempa kecil terjadi. Seluruh binatang peliharaan menjadi liar sementara binatang liar menjadi buas. Semua warga didalam negeri merasa panik. Mereka kesulitan menenangkan binatang peliharaan mereka sementara gempa terjadi.     

Sesekali terdengar lolongan para binatang dari arah hutan dan burung-burung berterbangan sambil berkuak ketakutan.     

Gempa yang dirasakan memang tidak parah namun cukup mengguncangkan perabotan rumah seperti kursi atau barang-barang ringan lainnya.     

Untungnya, gempa hanya berlangsung selama dua menit sebelum akhirnya semuanya kembali normal. Anehnya, para binatangpun juga mulai tenang.     

Biasanya, kalau terjadi gempa.. para binatang akan merasakan ketakutan dari pemilik dan ikut merasa gelisah. Tapi kali ini seluruh binatang berubah menjadi agresif. Bukannya diam tapi malah berkeliaran kesana kemari dan menghancurkan benda apapun yang ditemui.     

Seluruh isi rumah berantakan bukan karena gempa, tapi karena ulah binatang peliharaan mereka. Bahkan burung yang dikurung dalam sangkar juga bersikap aneh. Entah darimana si burung mendapatkan kekuatan hingga merusak sangkarnya dan terbang mengelilingi rumah, menabrak apapun yang menghalangi jalur terbangnya.     

Perilaku binatang yang aneh lebih mengkhawatirkan daripada gempa yang terjadi sebelumnya. Terlebih lagi para binatang berperilaku aneh secara serempak di seluruh negeri. Para warga mencoba memanggil dokter hewan untuk menyelidiki perilaku aneh para binatang.     

Hanya saja, dokter terbaikpun juga tidak bisa menemukan jawabannya. Yang mengetahui jawaban atas kemisteriusan ini hanyalah kaum Vangarian dan juga... Keluarga kerajaan Prusia.     

Satu-satunya yang bisa menyebabkan perilaku aneh para binatang adalah kekuatan emosi sang 'Raja Merah'. Mereka langsung berusaha melacak sumber emosi raja merah.     

"Kalian menemukannya?" Raja Prusia bertanya pada umbra miliknya di balkon kamarnya.     

"Melvi bilang dia merasakan aura anak itu di Amerika."     

"Amerika? Apakah kau masih memiliki kontak anak itu?"     

"Masih."     

"Hubungi dia. Kita bisa memanfaatkannya untuk mencari anak bermata amber."     

"Baik."     

Kemudian umbra melompat keluar dan menghilang dalam kegelapan malam.     

Dua hari kemudian di kota Lousiana, Katie duduk di pelataran rumahnya sambil menatap sedih ke arah pepohonan.     

Katie tidak pernah merasa seburuk ini sebelumnya. Bukan hanya dihukum tidak boleh bermain, dia juga tidak boleh menemui teman-temannya sementara waktu. Dia bahkan tidak diizinkan menjenguk Kinsey di rumah sakit. Dia dengar, Kinsey sakit demam semenjak terjatuh ke sungai.     

Perasaan bersalah Katie semakin besar dan dia ingin sekali menemui Kinsey untuk mengurangi rasa bersalahnya. Tapi apa daya yang dia punya? Umbranya melarangnya pergi, bahkan ibunya yang biasanya bekerja.. kini di rumah hanya untuk mengawasinya.     

Katie tidak punya pilihan lain selain menurut dan duduk manis di rumah.     

Dia merenungkan apa yang telah terjadi kemarin lusa. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba mengingatnya, dia sama sekali tidak ingat. Dia hanya ingat umbra berhasil menyelamatkan Kinsey. Setelah itu dia sama sekali tidak ingat apa-apa.     

Tiba-tiba saja dia sudah terbangun di kamarnya dan Kinsey sudah dibawa ke rumah sakit. Dia sama sekali tidak ingat bagaimana Kinsey dibawa ke rumah sakit. Padahal dia juga ingin ikut untuk menemani Kinsey sampai bangun. Dengan begitu dia bisa segera minta maaf padanya.     

Katie mendesah pelan dan masih melamun. Dia sama sekali tidak sadar ada seseorang yang mendekatinya diam-diam, kemudian..     

"DOR!!"     

"Aaa!!"     

Seseorang memberi tepukan mendadak di punggung Katie membuat Katie terlonjak kaget dan berteriak.     

Setelah puas memberi ekspresi terkejut pada Katie, si pelaku tertawa terbahak-bahak.     

"KINSEY!! Kejam sekali! Aku kira jantungku sudah berhenti." omel Katie sambil memukul pundak Kinsey.     

Kinsey masih tertawa sambil meringis kesakitan karena pukulan Katie di pundaknya. Namun dia tidak melawan atau membalas, dia membiarkan Katie yang bertenaga besar ini memukulnya sepuasnya.     

"Habisnya, dari tadi aku memanggilmu, kau diam saja. Apa saja sih yang kau pikirkan? Serius sekali."     

"Hmph! Aku tidak mau bicara lagi denganmu!" rajuk Katie sembari kembali duduk di batu besar.     

Kinsey tertawa kecil sebelum duduk di batu bersebelahan dengan Katie. Katie melirik ke arah Kinsey dengan ragu. Dia harus mengatakan apa yang ingin diucapkannya. Dia harus meminta maaf pada anak lelaki itu.     

"Kin.." hanya saja kalimatnya tertelan kembali begitu Kinsey memotongnya.     

"Aku mendengarnya waktu itu."     

"Mendengar apa?"     

"Kau bilang kau janji kau tidak akan nakal lagi. Berarti, kau tidak akan mengerjaiku lagi kan?"     

Katie menundukkan kepalanya kemudian mengganggukkan kepalanya.     

"Maaf. Gara-gara aku, kau jadi dalam bahaya."     

"Tidak masalah. Bukankah aku baik-baik saja sekarang. Tapi aku penasaran. Bagaimana ayahmu menyelamatkanku? Aku ingat waktu itu tidak ada siapapun disana. Dan juga, aku yakin ayahmu masih bekerja di pabrik. Jadi bagaimana caranya dia bisa sampai ke sungai tepat waktu?"     

"..." Katie sama sekali tidak tahu harus menjawab seperti apa.     

Yang sebenarnya yang menyelamatkan Kinsey adalah umbra. Tapi keberadaan dan identitas umbra tidak boleh diketahui orang asing. Karena itu, ayahnya yang mengaku bahwa dialah yang menyelamatkan Kinsey kala itu.     

"Katie, sudah saatnya makan siang."     

Untungnya ibunya datang tepat waktu untuk menyelamatkannya.     

"Oh? Ada Kinsey disini. Tapi, saat ini Katie sedang dihukum. Dia tidak boleh keluar untuk bermain."     

"Dihukum? Kenapa?"     

Sang ibu tersenyum hangat saat menjawabnya. "Karena anak ini sudah melakukan kesalahan."     

Mulut Kinsey membentuk huruf o tanda mengerti. Tentu saja dia tahu Katie dihukum karena melakukan kesalahan. Yang Kinsey ingin ketahui adalah kesalahan apa yang sudah dilakukan Katie sehingga mendapat hukuman seperti ini.     

Kinsey sangat tahu Katie paling suka bermain dan bergerak. Duduk diam merenungkan kesalahan sama sekali bukan sifat Katie yang sebenarnya. Hanya saja Kinsey tidak bertanya lebih lanjut.     

Nyonya Morse juga mengajak Kinsey untuk makan siang bersama yang langsung diterima oleh Kinsey. Kapan lagi dia mencoba masakan ala seorang ibu? Kinsey.. tidak memiliki seorang ibu yang bisa memasak untuk makanannya sehari-hari.     

Dia memiliki ayah kandung serta ayah angkat. Keduanya sangat menyayanginya dan dia bisa merasakan kasih sayang mereka. Tapi.. tetap saja.. dia rindu akan kasih seorang ibu.     

Karena itulah.. untuk pertama kalinya dia merasa antusias mencicipi masakan ibu Katie. Belum lagi hari ini dia akan bertemu dengan Chloeny lagi.     

Sebenarnya dia ingin mengajak Katie untuk menemui Chloe bersama. Sayangnya, Katie sedang dihukum. Karenanya, dia tidak jadi mengajak Katie.     

Selesai makan siang, Kinsey pamit pulang karena jam janji temu dengan Chloe sudah hampir tiba. Katie mengantar Kinsey pulang hingga perbatasan antara hutan dengan jalanan.     

"Hari ini aku akan pulang ke Kentucky. Aku akan datang lagi bulan Maret tahun depan."     

"Kau tidak tinggal disini? Kupikir rumahmu ada disini?"     

"Tidak. Aku datang kesini enam bulan sekali untuk bertemu dengan seseorang. Hari ini aku akan menemui orang itu, kemudian aku akan pulang."     

"Tapi selama ini kau ada disini kan?"     

"Aku sengaja meminta ayahku untuk mengizinkanku tinggal disini selama seminggu." jelas Kinsey dengan sabar. Sebenarnya dia nyaris tertawa geli karena Katie bersikeras kalau dia tinggal disini. "Aku akan datang lagi tepat hari ulang tahunmu."     

"Memangnya kau tahu tanggal ulang tahunku?"     

"Tanggal satu Maret kan?"     

Mulut Katie melebar. "Bagaimana kau bisa tahu?"     

Kinsey mendesah untuk kesekian kalinya. "Kau lupa kita pernah makan es krim di hari ulang tahunmu?"     

"Oh, es krim terenak di dunia ini. Hei, kau bilang di dekat rumahmu ada yang jual es krim yang lebih enak. Kau harus membawanya nanti saat datang lagi."     

Astaga.. Anak ini mengingat hal sepele asal berhubungan dengan es krim? Kinsey hanya bisa geleng-geleng. Apakah kehadiran es krim lebih penting daripada kehadirannya?     

"Oke. Aku akan membawakannya untukmu."     

Katie tersenyum lebar mendengarnya. Kinsey hanya bisa mendesah pasrah melihat Katie lebih menantikan kedatangan es krimnya daripada dirinya.     

"Ah satu lagi. Bukankah kau suka menyanyi? Ini untukmu." Kinsey menunjukkan sebuah benda perak berbentuk persegi panjang yang dihiasi sebuah mic di dua sisi. Di bawahnya terukir tulisan 'Best Friends'. Sementara di atasnya terdapat dua buah lingkaran untuk menggantungkan kunci.     

Sebelum memberikannya ke atas tangan Katie, Kinsey menarik salah satu pegangan hingga terpisah dari lainnya. Rupanya gantungan itu bisa dipisah dan kini menjadi dua bagian. Kinsey memberikan satu pada Katie dan satu lagi disimpannya.     

"Bagaimana kalau kita bertemu setiap hari? Bukankah akan lebih menyenangkan kalau kita bisa bertemu setiap hari?"     

"Bagaimana caranya? Kau bahkan tidak tinggal disini."     

"Di kota New York ada sekolah Trinity. Disana ada jurusan khusus untuk kesenian. Kudengar penyanyi terkenal berasal dari sana. Aku memutuskan akan sekolah disana saat SMA nanti. Jika kau berhasil masuk disana, kita bisa bertemu setiap hari. Dan jika beruntung, kita bisa jadi teman sekelas. Bagaimana menurutmu?"     

"Benarkah? Janji?" Katie mengacungkan jari kelingkingnya.     

"Janji." Kinsey mengaitkan jari kelingkingnya ke jari Katie mengesahkan janji mereka.     

"Tapi kau tetap datang kan bulan Maret nanti?"     

"Tentu saja." jawab Kinsey dengan senyuman lebar.     

Kemudian Kinsey masuk ke mobil saat Karel menjemputnya. Kinsey membuka jendela mobilnya untuk melihat Katie. Keduanya saling melambaikan tangannya sambil berkata 'Sampai ketemu lagi'.     

Sayangnya... keduanya tidak tahu bahwa hari itu adalah pertemuan mereka yang terakhir kalinya. Sesuatu yang buruk terjadi di kehidupan Kinsey dan tidak bisa datang di hari ulang tahun Katie.     

Chloeny Paxton telah meninggalkan dunia ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.