Anak Zero I
Anak Zero I
Sayangnya, kecantikannya berkurang karena berbagai macam luka menghiasi di seluruh tubuh seorang Katleen Morse.
Katleen baru terbangun dari tidurnya yang panjang setelah diberikan obat penawar dua puluh jam yang lalu. Kitty membuka kelopak matanya dengan lemah dan menunjukkan sepasang mata amber yang indah.
Kitty memandang ke sekitarnya dengan was-was merasa akan ada lagi yang menyerangnya. Namun saat mendengar suara sahabatnya dan lingkungan yang lebih bersahabat, barulah dia bisa bernapas dengan lega.
"Kitty, syukurlah, akhirnya kau bangun juga." isak seseorang yang kini memeluk lehernya dengan erat.
"Cathy.." panggil Kitty dengan susah payah sambil menepuk pundaknya. "Aku tidak bisa bernapas."
Cathy segera melepas pelukannya dan memandangnya dengan khawatir.
"Kau baik-baik saja? Apakah kepalamu pusing? Aku pikir aku benar-benar kehilanganmu."
Kitty tertawa berusaha mengurangi kekhawatiran sahabatnya. "Aku baik-baik saja. Bukankah sekarang aku baik-baik saja?"
Kemudian keduanya kembali berpelukan dengan kelegaan yang luar biasa.
"Dasar ceroboh, kenapa kau langsung menyuntikkan racunnya ke dalam tubuhmu. Orang jahat itu berbohong. Dari awal dia tidak memasang bom apapun di rumahku. Orang itu benar-benar kejam." ungkap Cathy dengan isakan kecil.
Namun isakannya kali ini bukan tangisan kesedihan atau takut, tapi rasa kelegaan luar biasa karena sahabatnya telah bangun.
Kitty juga meneteskan air mata karena tidak menyangka dia masih bisa hidup. Dia berusaha bangun hanya agar bisa memeluk sahabatnya lebih leluasa. Keduanya berpelukan dengan perasaan lega dan senang.
Jika seandainya tidak ada seseorang yang berdehem memecah pelukan mereka, mereka akan terus berada di posisi yang sama dan tidak akan melepaskan pelukan mereka.
"Maaf mengganggu waktu kalian. Tapi, saya ingin bicara dengan nona Katleen kalau nona kedua tidak keberatan."
Cathy masih belum terbiasa dipanggil dengan sebutan nona kedua oleh para anggota Alpha dan Zero. Ditambah lagi, Zero adalah ayah angkatnya, tapi Cathy harus berpura-pura tidak tahu siapa yang berada di balik topeng itu.
Karena tahu Zero tidak mungkin menekan Kitty atau melukainya, Cathy mengizinkan keduanya berbicara empat mata.
Cathy sama sekali tidak tahu apa saja yang dibicarakan keduanya, tapi dia menduga mereka membicarakan sesuatu mengenai Raja Merah. Alpha serta Zero telah mendengar percakapan mereka semenjak Cathy dan Kitty menangis dengan suara yang keras. Waktu itu Kitty baru menyuntikkan racun ke dalam tubuhnya.
Zero II, telah memperingatkannya untuk tidak menyebut apapun tentang raja merah, termasuk pada Vincent.
Di luar sana ada pembunuh bayaran yang selalu siap membunuh siapa saja yang sudah mengetahui identitas raja merah.
Karena itu, Cathy mengunci mulutnya dan menganggap dia tidak pernah mendengar kata 'raja merah'.
Cathy sedang melamun di luar saat dua orang pria berjalan menghampirinya. Lamunannya pecah begitu merasakan sebuah tangan memijat keningnya.
"Sebaiknya kau tidur sana. Wajahmu menjadi sangat jelek karena ada kantung hitam di bawah matamu."
Cathy cemberut mendengarnya dan beralih pada pria di sebelahnya.
"Apakah aku sejelek itu?"
"Tidak. Kau terlihat cantik. Kau selalu cantik dimataku."
Kinsey mendengus mendengarnya sambil memutar matanya dengan malas. Sementara Cathy tersenyum lebar tidak memperdulikan ejekan kakaknya.
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." kali ini Vincent yang berbicara. Hanya saja nada suaranya terdengar serius membuat tubuh Cathy menegang. "Frank akan mengantarmu menemuinya. Aku akan menyusulmu nanti."
"Baiklah." jawab Cathy menurut setelah menimbang-nimbang sesuatu. "Aku tidak akan memaafkan kalian jika kalian bertengkar." ancam Cathy sebelum akhirnya menghilang dari pandangan keduanya.
Darimana Cathy tahu kalau Kinsey berniat menghajar Vincent begitu Cathy pergi? Dia masih belum membuat perhitungan pada Vincent karena telah menikahi adiknya di belakangnya!
Yah, kini dia tidak bisa melakukan niatannya setelah mendengar ancaman adiknya kan?
"Kapan kau akan memberitahuku kalau kau sudah menikahi adikku huh?" jelas sekali Kinsey tidak suka dengan kenyataan adiknya telah bersuami.
"Kau tahu?"
Kinsey mendengus kesal. "Cincin di jarinya mirip dengan cincin yang kau pakai. Orang bodoh juga bisa melihatnya jika itu cincin pernikahan."
"Jadi.. apa sebaiknya aku mulai memanggilmu kakak?"
Kinsey memandang Vincent dengan tatapan jijik menanggapi humor garing saudara iparnya.
"Aku hanya bercanda." Vincent mengangkat kedua tangannya tanda menyerah menghadapi kakak iparnya yang sedang berada suasana hati super buruk.
Vincent memutuskan menyusul istrinya. Dia tidak melewatkan sinar mata Kinsey saat berjalan melewatinya. Vincent mengenal betul arti pandangan Kinsey ketika memandang sebuah pintu kamar seseorang. Vincent tersenyum melihatnya sebelum melanjutkan langkah kakinya.
Sepertinya dia tidak perlu mengkhawatirkan Kinsey akan menentang hubungannya dengan Cathy. Tampaknya Kinsey memiliki hal lain yang lebih penting dibandingkan pernikahan adiknya. Pria itu sedang jatuh cinta pada Katleen Morse.
-
"Namaku Friska, aku adalah anak perempuan dari Rischa. Ayahku.. beliau adalah Zero yang ditahan di sel bawah tanah Aiden Paxton."
Cathy membelalak terkejut mendengarnya. Saat Vincent mengatakan ada seseorang ingin bertemu dengannya, dia sama sekali tidak menyangka dia akan bertemu dengan seorang gadis muda yang mengatakan bahwa kedua orangtua kandungnya adalah Rischa dan Zero.
Otak pintar Cathy berpikir dengan cepat dan mulai menduga-duga.. apakah itu berarti pria tua yang menolongnya waktu itu.. adalah Zero generasi pertama? Lalu apa yang terjadi pada pria tua malang itu? Bisa-bisanya dia melupakan pria itu dan lupa berterimakasih padanya.
"Bagaimana dengan Zero I? Apa yang terjadi padanya?"
"Anggota kita menemukannya dalam keadaan tertembak. Dia.. sudah tiada."
Tenggorokan Cathy terasa sakit seketika, terlebih saat melihat ekspresi kehilangan pada Friska. Seharusnya dia sudah menduganya. Pria itu sudah sangat tua dan lemah. Hanya suatu keajaiban dan tekad yang besar membuat pria itu sanggup bertahan.
Jika seandainya Cathy tidak egois dan meninggalkan Zero pertama seorang diri disana, apakah Friska akan masih bisa menemui ayahnya?
"Aku.. aku turut berduka dan ikut merasakan kehilangan untukmu." ucap Cathy sambil menggenggam kedua tangan gadis muda tersebut. "Ayahmu adalah pria yang hebat. Bahkan disaat lemah sekalipun, beliau sanggup mematahkan rantai yang membelenggunya dan melindungiku." Dia juga telah menyelamatkan Vincent sembilan belas tahun yang lalu. Lirih Cathy di pikirannya. "Maafkan aku, karena ayahmu harus melindungi orang sepertiku."
Terdapat air mata yang menetes di ujung mata Friska.
"Aku tahu. Aku sering mendengarnya dari ibuku. Ibu juga sering menceritakan tentangmu dan bagaimana ayah selalu melindungi kalian berdua. Hari ini aku datang menemuimu untuk memberikan ini padamu." Friska memberikan sebuah batang baja dengan ujung berbentuk seperti bintang dan lingkaran di tengahnya pada Cathy.
"Apa ini?"
"Ini adalah kunci pengaktifan satelit Stealth. Alasan mengapa kau harus berpisah dari Rischa karena nona Chloeny mempercayakan kuncinya pada ibuku. Dan sekarang aku mengembalikannya pada pemilik kunci yang sebenarnya."
Ternyata begitu. Chloe tidak ingin memasukkannya ke dalam bahaya jika ada kunci pengaktifan disisinya. Karena itu dia harus berpisah dari Rischa.
"Dimana Rischa? Dimana ibumu? Aku ingin bertemu dengannya."
Friska menggeleng sedih saat menjawab pertanyaannya. "Berita meninggalnya nona Chloeny sudah membuatnya syok berat. Apalagi disusul dengan kabar menghilangnya ayah membuat ibu tidak bisa menerimanya. Beliau... tiada setelah jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit selama dua bulan."
Mendengar berita duka lainnya membuat Cathy kesulitan untuk bernapas. Bagaimana bisa? Tanpa sepengetahuannya, orang-orang yang melindunginya, merawatnya sewaktu dia masih bayi telah meninggalkan dunia ini? Meninggalkannya tanpa membiarkannya membalas kebaikan mereka? Bahkan hanya untuk sekedar mengucapkan terima kasih saja, dia tidak bisa melakukannya. Kenapa dunia ini begitu kejam terhadap dirinya?
Meski Cathy hanya mengingat keduanya dengan samar-samar, Cathy tetap merasakan kesedihan yang mendalam. Kesedihan karena kehilangan orang yang disayangi. Lalu bagaimana dengan Friska? Anak itu bertumbuh besar bersama kedua orangtuanya dan mengetahui resiko profesi ayahnya.
Hari ini Friska secara resmi menjadi yatim piatu setelah mendapatkan kabar kematian ayahnya.
"Sebelum beliau tiada, ibu menitipkan ini padaku dan berpesan untuk memberikannya pada waktunya. Dan sekarang.. kurasa sekaranglah waktu yang tepat."
Cathy menerimanya dengan ekspresi datar. Dia sama sekali tidak peduli pada kunci pengaktifan. Dia juga tidak peduli pada ambisi untuk menguasai dunia. Saat ini hanya ada satu perasaan kuat yang muncul didalam hatinya. Keinginan untuk melindungi dan memelihara orang-orang terdekatnya.
Sudah cukup ia menyaksikan orang-orang tersayangnya hidup menderita dan terluka karena dirinya. Karena itu, kali ini dia yang akan bertindak.
Cathy menawarkan Friska bantuannya. Cathy akan memodali apapun jika seandainya gadis muda itu ingin membuka suatu usaha. Cathy juga memberinya sebuah naungan perlindungan jika gadis itu tidak memiliki rumah. Intinya, Cathy akan memberikan apapun untuk menjaga kenyamanan dan kedamaian kehidupan Friska...Putri dari dua orang yang telah melindunginya semenjak Cathy masih bayi.
Mendengar tawaran ini, Friska menangis terharu dan menerima kebaikan Cathy.
"Terima kasih. Aku tidak tahu apakah aku bisa membalas kebaikanmu suatu saat nanti."
Cathy menggelengkan kepalanya mendengar kalimat Friska. Tepat saat itulah Vincent tiba di ruangan dan tanpa sengaja mendengar apa yang diucapkan Cathy berikutnya.
"Kau tidak berhutang apapun padaku. Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan. Terlebih lagi.. aku yakin, ibu kandungku juga akan melakukan hal yang sama. Kau adalah keluargaku dan aku tidak akan membiarkan keluargaku menderita."
"Terima kasih." ucap Friska sekali lagi sambil terisak.
Vincent menyendengkan kepalanya ke pintu sembari menyaksikan adegan yang mengharukan tersebut. Dia sama sekali tidak menyangka istrinya memiliki hati yang lembut dan dipenuhi dengan kasih sayang.
Kabar yang lebih menggembirakan lagi adalah.. ketika polisi menangkap James dan Martin dengan gugatan penggelapan dana serta perdagangan manusia.
Bukti-bukti yang mereka kumpulkan akhirnya cukup untuk menggugat keduanya dan memasukkan mereka setidaknya puluhan tahun penjara.
Dengan begini, semua orang yang berusaha menyakiti Cathy atau berencana merebut warisan Cathy telah lenyap. Cathy bisa menjalani hidup normal seperti biasa lagi.
Vincent tersenyum saat melihat Cathy menoleh ke arahnya dengan senyuman. Mereka saling memandang satu sama lain dengan sinar mata yang dipenuhi dengan cinta.
Di dunia ini mereka hanya bisa jatuh cinta pada satu orang saja yaitu pasangannya. Dan mereka tidak akan menukarkan apapun untuk mengorbankan kebahagiaan pasangannya. Keduanya sama-sama bersyukur bisa selamat dari semua ini dan menantikan kehidupan rumah tangga mereka ke depannya.