Kau Terlalu \"Seksi\" dan Cantik (3)
Kau Terlalu \"Seksi\" dan Cantik (3)
"Miauw?" Kucing hitam itu menggeliat di tangan Jun Wu Xie, mengibaskan ekornya dengan santai, sembari memandang santai Qiao Chu dan gengnya, yang menatap Jun Wu Xie dengan wajah sedikit aneh.
Jun Wu Xie memiringkan kepalanya tertegun seraya ia menatap keempat kawannya. Tindakan mereka tampak normal, tetapi cara mereka melihatnya sangat berbeda dari sebelumnya.
"Xie Kecil?" Qiao Chu menatap Jun Wu Xie penuh ragu, berbicara dengan hati-hati.
"Hmm?" Jun Wu Xie mengangkat alisnya sebelah.
Qiao Chu tiba-tiba merasa sensasi hangat di hidungnya. Ia segera mencubit hidungnya dengan tangannya, menengadahkan kepalanya untuk melihat ke langit, dan berlari kebingungan ke pinggir.
Jun Wu Xie sepenuhnya tidak mengerti, matanya dipenuhi pertanyaan.
"Apa yang salah dengan dirinya?"
Fei Yan merasa sedikit gugup. Namun setelah melihat Qiao Chu yang antik, ia mendadak tertawa terbahak-bahak.
"Hufftt … Qiao dungu hanya bersikap bodoh seperti biasa. Diamkan saja."
Rong Ruo menggelengkan kepalanya tak berdaya sebelum ia menatap Jun Xie, "Aku tidak menyangka Xie Kecil memiliki kejutan besar untuk kita."
"Kejutan?" Jun Wu Xie mengernyit. "Kalian datang terlambat."
"Terlambat?" Rong Ruo heran.
"Ning Xin sudah meninggal." Jun Wu Xie berkata dengan sangat serius.
Ia berniat untuk memberi pertunjukan yang terbaik pada Qiao Chu dan yang lain tetapi sayang, mereka tidak tiba tepat waktu.
"Bukan … bukan Ning Xin …." Rong Ruo ingin tertawa ketika ia melihat Jun Wu Xie. Gadis kecil ini biasanya sangat tajam dengan akalnya, tetapi di beberapa aspek tertentu, sangat sulit dipercaya ia begitu bebal.
"Bukan Ning Xin?" Jun Wu Xie tidak mengerti. Ia pikir kejutan yang disebutkan Rong Ruo adalah ia menghukum Ning Xin. Rong Ruo tidak tahu apakah ia harus menangis atau tertawa, dan ia hanya menunjuk wajah Jun Wu Xie.
Jun Wu Xie mengangkat tangannya untuk memegang wajahnya, tetapi ia tak merasa ada sesuatu yang salah.
Melihat iblis kecil mereka sendiri menangkap dengan lambat, Rong Ruo tiba-tiba tertawa semakin keras.
"Nona Muda kesayanganku! Kau tidak memahamiku!" Rong Ruo masih tertawa seraya memegang wajah Jun Wu Xie dengan tangannya. Mereka berdua adalah gadis dan ia tak merasa perlu membuat jarak padanya.
"Dengan wajah yang mampu meluluh-lantakkan kota dan meruntuhkan sebuah bangsa, mengapa kau membuat dirimu terlihat begitu jelek?" Rong Ruo tertawa ketika ia berbicara. Sebenarnya, Jun Wu Xie tidak jelek setelah ia mengubah penampilannya, dan masih bisa dianggap cantik dan menarik. Hanya saja setelah melihat penampilan aslinya di balik topeng itu, dirinya yang menyamar tak dapat dibandingkan sama sekali, tidak sedikit pun.
Jun Wu Xie terkejut. Walaupun ia sangat pintar, tidak sekali pun ia memikirkan apa yang dibicarakan Rong Ruo adalah, penampilannya.
Meluluh-lantakkan kota dan meruntuhkan bangsa ….
Ungkapan yang baru saja didengarnya dari orang lain berenang-renang di benak Jun Wu Xie, di kehidupan masa lalunya dan sekarang, ia tak pernah berpikir sedikit pun untuk merangkai kata-kata itu sendiri.
Di dalam benaknya, apakah seseorang cantik atau jelek bukan sebuah pertimbangan yang digunakan untuk menilai seseorang.
Sebagai seorang dokter, tak peduli siapa yang dilihatnya, ia melihat mereka dengan mata baik atau buruknya seseorang dibedah. Sehubungan dengan penampilan luar mereka, ia tak peduli sama sekali.
Wajahnya sendiri, ia telah melihatnya ribuan kali, dan ia tak melihat wajahnya berbeda dari orang lain.
"Lihat, begitu kau mengungkap wajahmu yang sebenarnya pada kami, kau benar-benar membuat Qiao dungu ketakutan setengah mati!" Rong Ruo berkata sambil tertawa, melihat Jun Wu Xie sangat mengagumkan saat itu, bersikap seperti anak yang polos dan cuek, ekspresinya benar-benar membingungkan.
Dibandingkan dengan kepribadian Jun Wu Xie yang biasanya dingin dan sangat logis, Rong Ruo merasa perbedaan kontras ini begitu menawan.
"Aku tidak ketakutan!" Qiao Chu berseru, sambil berjongkok di sudut memegangi hidungnya.
Dengan teriakan keras itu, mimisan yang berusaha dihentikannya mendadak semakin deras, dan darah mengalir kembali ke tenggorokannya. Rasa darah yang mendadak dirasakan di mulutnya membuatnya tercekik dan ia hampir memuntahkan darah itu keluar!