Maafkan Aku!
Maafkan Aku!
Qiara bisa bernafas lega setelah mendengar jawaban Aurel. Setidaknya ia tidak akan mengecewakan siapapun.
'Beruntunglah aku memiliki bos seperti pak Kevin. Setidaknya aku bisa menjernihkan pikiran ku saat ini!' Batin Qiara.
Tentu saja Kevin bisa menundanya karena dia adalah bagian dari Luan Grup. Tetua Luan yang merupakan kakeknya itu tidak mungkin menolak permintaan nya. Apalagi sekarang, yang memimpin Luan Grup bukan kakak nya lagi melainkan dibiarkan kosong sampai Kevin mau menempatinya. Hanya asisten pribadi tetua Luan yang mengurus semua urusan perusahaan.
"Sampaikan rasa terimakasih saya buat pak Kevin! Saya janji akan mengurus semuanya setelah keadaan saya menjadi lebih baik." Ucap Qiara dengan senyum yang ia paksakan.
Aurel merasa ada yang Qiara sembunyikan. Ia ingin membantu artinya itu, tapi Qiara sangat tertutup soal kehidupan pribadinya sehingga ia tidak berani ikut campur untuk itu.
"Apa kamu yakin kalau kamu baik-baik saja?" Tanya Aurel dengan sedikit cemas.
"Iya. Aku akan pulang menggunakan taxi! Sampai ketemu lagi kak Aurel!" Qiara mengangguk. Setelah itu ia menunjukkan hormatnya lalu pergi meninggalkan Aurel.
Qiara bergegas keluar dari kantor YM Entertainment karena ia ingin melihat Zio. Karena hanya Zio yang bisa menenangkan perasaannya seperti semalam.
'Aku merasa kalau Liana menyimpan begitu banyak rahasia. Tapi, aku tidak bisa menembak nya.'Batin Aurel.
Setelah membatin, Aurel pun berbalik pergi karena ia masih memiliki artis lain yang harus ia urus.
Tepat saat Qiara menunggu Taxi pesanannya. Tiba-tiba mobil mewah berwarna hitam berhenti di depannya. Qiara terkejut dan langsung mindur beberapa langkah karena ia merasa kenal dengan mobil itu.
'Bukamkah itu mobil Julian? '
Tidak lama setelah itu, Julian turun dari mobil dengan mata yang memerah dan rambut yang acak-acakan.
Qiara mengerutkan keningnya saat melihat penampilan suaminya yang berantakan. Walaupun begitu, Julian tetap terlihat tampan dan berkarisma.
"Sayang ... " Julian berusaha memegang tangan Qiara ketika ia sudah berdiri di hadapan Qiara.
Akan tetapi, Qiara menepis tangan Julian sambil berkata dengan Ekspresi yang dingin." Ayo kita bicara di rumah!"
Setelah mengatakan itu, Qiara segera masuk ke mobil saat ia yakin tidak ada orang yang memperhatikan nya.
Julian menarik nafas dalam, setelah itu ia mengikuti Qiara untuk masuk ke dalam mobil.
Tidak lama setelah itu, mobil mewah Julian meninggalkan area kantor YM Entertainment tanpa ada yang tahu.
Sepanjang perjalanan Qiara dan Julian hanya terdiam karena Qiara belum mau bicara dengan Julian.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dan sunyi, mereka berdua akhirnya sampai di rumah.
Qiara keluar terlebih dahulu dari mobil, ia lalu berjalan masuk lebih dulu tanpa menghiraukan Julian.
Dengan segera Julian berlari menyusul Qiara.
Kamar Julian.
Qiara duduk di pinggir ranjang sambil menatap keluar jendela yang terbuka.
"Maafkan aku!" Ucap Julian dengan suara yang lemah setelah ia berdiri di samping Qiara.
Akan tetapi Qiara masih duduk diam tanpa menoleh kearah Julia.
Air mata Julian kembali mengalir tak terbendung kan. Ia bukan nya cengeng, hanya saja ia terlalu mencintai istrinya dan takut kehilangannya lagi.
"Aku tidak ... "
"Kemana kamu semalam?"
Julian tidak bisa melanjutkan ucapannya saat mendengar pertanyaan Qiara. Ia pun segera berdiri di hadapan Qiara lalu berlutut.
"Aku ... " Julian lagi-lagi tidak bisa melanjutkan ucapannya karena air matanya semakin deras saat menatap wajah Qiara yang lusuh dan matanya pun membengkak.
Melihat Julian menangis, Qiara juga tidak bisa membendung air matanya. Hatinya hancur melihat lelaki yang dia cintai itu meneteskan air mata.
"Kenapa kamu membohongiku selama ini? Kak Vania tidak pernah menulis surat wasiat seperti itu? Tidakkah kamu berfikir kalau apa yang kamu lakukan sudah menghancurkan masa mudaku?" Tanya Qiara sambil menangis tersedu.
Julian menunduk karena tidak sanggup melihat air mata Qiara. Untuk sesaat ia merasa kehilangan kata-kata seolah ia tiba-tiba menjadi bisu.
"Di surat kak Vania yang asli, ia menitipkan aku dan Mama kepada Maxwell bukan kamu. Tapi, kenapa kamu harus menulis surat palsu itu? Jawab Julian! Katakan kalau surat yang aku temukan itu palsu!" Teriak Qiara yang mulai hilang kesabaran nya.
Di kamar yang luas itu hanya ada suara tangisan mereka berdua. Hati Qiara hancur dan sangat sakit. Ia membenci kebohongan dan menyesali kepahitan yang dia alami semasa remaja.
Sesaat kemudian.
"Apa kamu menyesal menikah denganku? Apakah selama ini cinta di hatimu buatku dan Zio hanya sampai di sini sehingga kamu sangat marah?" Tanya Julian setelah ia puas bergelut dengan perasaan nya kacau serta air mata yang deras.
Julian mendongak menatap wajah Qiara yang basah oleh air mata sambil menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
Qiara mengatur nafasnya, setelah itu ia menatap Julian.
"Apakah aku dan Zio adalah penyesalan terbesarmu sehingga kamu marah terhadap kebohongan ku?" Tanya Julian lagi.
Tanpa menjawab pertanyaan Julian, Qiara turun dan ranjang lalu memeluk erat tubuh Julian sambil berkata, "Aku marah bukan karena menyesal, tapi aku takut jika Maxwell tahu tentang surat ini maka ia akan melakukan hal yang tidak kita pikirkan sebelumnya. Tapi, aku ingin mendengar semua penjelasan mu sebelum aku menemui Maxwell karena surat itu adalah amanah dari kak Vania sehingga harus di sampaikan. Kita tidak boleh melakukan kesalahan lagi!"
Qiara semakin mengeratkan pelukannya setelah mengatakan isi hatinya. Ia memang terluka dan berencana untuk membencinya, tapi cintanya pada Julian dan Zio menghapus semua rasa sakit itu.
"Ahhh ... " Julian meringis kesakitan saat Qiara memeluk erat tubuhnya sambil menepuk-nepuk bahunya.
Qiara pun menyadari hal itu sehingga ia langsung melepaskan pelukannya.
"Ada apa? " Tanya Qiara dengan cemas ketika melihat Julian seperti menahan tangis.
"Ada apa denganmu? Kenapa bajumu lecek begini? Badanmu juga bau. Memangnya semalam kamu kemana saja?" Tanya Qiara lagi setelah ia menyadari ada bau darah dari tubuh Julian.
Julian tampak ragu menjawab pertanyaan Qiara. Karena ia khawatir Qiara akan panik jika tabu dia sudah terkena tembakan dan disekap oleh Maxwell di rumahnya.
Karena Julian tidak menjawab pertanyaan nya, Qiara pun segera memeriksa punggung Julian yang sedari tadi Julian pegang menggunakan tangan kanannya.
"Aku tidak apa-apa! Hanya saja aku tergores sesuatu semalam sehingga punggung terluka dan aku terpkasa bermalam di rumah sakit. Maafkan aku karena tidak mengabarimu karena ponsel ku mati!" Kata Julian sebelum Qiara sempat menyentuh dan melihat bentuk lukanya.
Qiara terdiam sambil memperhatikan Ekspresi Julian saat menjelaskan keadaannya. Seketika itu Qiara merasa kalau Julian sedang tidak jujur padanya.